Buku ini sangat terkenal, dalam versi bahasa indonesia
berjudul “Personality Plus” karya Florence Litteur. Kami mempunyai buku
terjemahnya dan talah membacanya
dan kami
menemukan banyak manfaat dan faidahnya membaca buku ini. Manfaat buku
ini dipergunakan oleh banyak kalangan, mulai dari psikolog pastinya,
dokter jiwa, anggota MLM [katanya ini adalah buku wajib mereka untuk
mencari
downline], pemimpin dan bos yang mengatur orang banyak,
tokoh masyarakat, pekerjaan yang menuntut berhubungan dengan banyak
orang seperti sales, humas dan entertrainer. Bahkan digunakan untuk
proses ta’aruf ikhwan-akhwat. Dengan sekedar mengatakan bahwa akhwat A
itu plegmatis-melankolis, maka pahamlah si ikhwan bagaimana kira-kira
gambaran umum sifat akhwat tersebut yang bisa dipergunakan sebagai
pertimbangan pemilihan dan menyesuaikan dengan karakter dirinya. Dan
kalau kami bisa memberi masukan, kami berharap para da’i Islam bisa
mengetahui sekilas ilmu ini demi menyebarnya agama Islam sesuai dengan
Al-Quran dan As-Sunnah berdasarkan pemahaman para salaf yaitu Sahabat,
Tabi’in dan
Tabi’ut tabi’in.
Agama Islam Adil
Meskipun penulisnya adalah seorang kafir yang tidak berarti bahwa
kita tidak boleh menggunakan ilmunya. Agama islam yang mulia mengajarkan
kita agar adil terhadap semua mahluk termasuk kapada orang kafir yang
mereka adalah sejahat-jahat mahluk yang sudah diberi kehidupan dan
kenikmatan oleh Allah tetapi malah mengingkari. Bagaimana persaan kita
jika ada seseorang yang telah kita bantu, kita beri segala pertolongan
padahal sebelumnya ia adalah papa. Ternyata ia malah menyakiti kita.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ
أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ.
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula)
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” [Al-Mumtahah: 8]
Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy
rahimahullah,
لا
ينهاكم الله عن البر والصلة، والمكافأة بالمعروف، والقسط للمشركين، من
أقاربكم وغيرهم، حيث كانوا بحال لم ينتصبوا لقتالكم في الدين والإخراج من
دياركم، فليس عليكم جناح أن تصلوهم، فإن صلتهم في هذه الحالة، لا محذور
فيها ولا مفسدة
“Allah tidak melarang kalian untuk berbuat baik, menyambung silaturrahmi, membalas kebaikan , berbuat adil kepada orang-orang musyrik, baik dari keluarga kalian dan orang lain.
Selama mereka tidak memerangi kalian karena agama dan selama mereka
tidak mengusir kalian dari negeri kalian, maka tidak mengapa kalian
menjalin hubungan dengan mereka karena menjalin hubungan dengan mereka
dalam keadaan seperti ini tidak ada larangan dan tidak ada kerusakan.” [
Taisir Karimir Rahmah hal. 819, Dar Ibnu Hazm, Beirut, cet. Ke-1, 1424 H]
Segala solusi ada dalam Islam
Sebenarnya ilmu tentang psikologi manusia sudah dibahas panjang lebar
oleh ulama islam. buku-buku berjilid-jilid tentang tazkiyatun nufus dan
kitab-kitab [رقائق] “
raqoo’iq”/ yaitu cara untuk melembutkan
hati manusia. Hanya saja kita saja yang jarang atau tidak pernah sama
sekali menelaahnya, bahkan tidak tahu apa saja buku-buku tersebut dan
siapa pengarangnya.
penelitian dan penjabaran empat sifat dasar manusia oleh penulisnya
Florence Litteur adalah termasuk perkara dunia yang bermanfaat. Ia juga
memberikan solusi dan bagaimana menyikapi empat sifat dasar ini untuk
diri sendiri dan membina hubungan dengan orang lain. Namun solusinya
terkadang kurang sesuai dengan syariat, kita maklum karena ia seorang
kafir.
Inilah yang kami inginkan dalam benang merah ini, yaitu bagaimana Islam memberi solusi dan menyikapinya.
Karena kami yakin semua solusi dan bimibingan kehidupan baik untuk
kebaikan dunia dan akhirat sudah diajarkan oleh agama Islam. Semuanya
sendi kehidupan besar maupun perkara sekecil apapun maka hukumnya telah
diatur oleh syariat.
Sebagimana kisah ketika seorang kafir jahiliyah ketika ia berkata kepada sahabat Salman Al-Farisi
radhiallahu ‘anhu,
قَدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلَّ شَيْءٍ حَتَّى الْخِرَاءَةَ
“Sungguh Nabi kalian- Shallallahu ‘alaihi wasallam- telah mengajari kalian tentang segala hal sampai tata cara buang air”.
Maka Salman menjawab,
أَجَلْ لَقَدْ نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ لِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِالْيَمِيْنِ
أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بَأَقَلَّ مِنْ ثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بَرَجِيْعٍ أَوْ بِعَظْمٍ
“Benar, Sungguh kami dilarang menghadap kiblat
saat buang air besar atau kecil, (kami juga dilarang) cebok dengan
menggunakan tangan kanan atau cebok kurang dari 3 batu, atau cebok
dengan kotoran hewan atau tulang”. [HR. Muslim no.262, Abu Dawud no. 7, At-Tirmidzi no.16, An-Nasa’i no.41 & 49, Ibnu Majah no.316]
Dan kami tekankan bahwa yang semua yang diatur urusan dunia-akhirat
adalah hukumnya. Bukan berbagai perkara dunia misalnya aturan
lalu-lintas ada dalam syariat, tetapi hukumnya ada yaitu wajib
mentaatinya dalam rangka taat kepada pemerintah/ waliyul amri. Dan taat
kepada pemerintah ada ajarannya dala islam. Oleh karena itu Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أنتم أعلم بأمور دنياكم
“ Kalian lebih tahu urusan dunia kalian” [HR. Muslim no. 2363]
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam TIDAK bersabda,
أنتم أعلم بأحكام أمور دنياكم
“ Kalian lebih tahu hukum-hukum urusan dunia kalian” .
Islam tidak memaksa mengubah sifat dasar manusia
Para sahabatnya Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam mempunyai berbagai sifat dasar. Para sahabat
radhiallahu ‘anhum
ada yang lembut seperti Abu Bakar Abdullah bin Abi Quhafah , ada yang
keras seperti Umar bin Khattab, ada yang pemalu seperti Ustman bin Affan
dan ada juga sahabat beliau yang suka bercanda.
Akan tetapi Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak
berusaha mengubah sifat dasar para sahabatnya. Beliau tidak mengubah
sifat keras Umar bin Khattab, tetapi menempatkannya pada tempatnya,
yaitu keras terhadap orang yang macam-macam dengan agama Islam,
sampai-sampai ia terkenal dengan perkataannya,
يَا رَسُولَ اللَّهِ ، دَعْنِي أَضْرِبْ عُنُقهَ
“wahai Rasulullah, izinkan saya menebas lehernya”
Perkataan yang membuat bergetar ketakutan musuh-musuh Islam. Demikian juga Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak berusaha mengubah sifat dasar lembut Abu bakar dan sifat Malu Ustman.
Oleh karena itu yang terpenting adalah bagaimana kita menempatkan
difat dasar tersebut. Dalam empat sifat dasar yang dikemukakan oleh
Florence Litteur digambarkan setiap sifat dasar ada kelebihan dan ada
kekuarangannya. Dan inilah yang kami maksud benang marah, bagaimana agar
kelebihan sifat tersebut bermanfaat bagi Islam dan kekurangan sifat
tersebut telah ada solusiya dalam agama Islam.
Sifat manusia tidak terkotak-kotak dan kaku pada satu keadaan saja.
Satu hal yang kami setuju dengan penulis buku “Personality Plus”,
Florence Litteur bahwa sifat manusia bukan terkotak-kotak, misalnya kamu
hanya koleris saja atau hanya sanguin saja. Tetapi ada yang mendominasi
sehingga bisa jadi koleris 60%, Sanguin 35%, plegmatis 10% dan
melankolis 5%. Sehingga ia disebut bersifat Koleris-Sanguin.
Kemudian kami tambahkan dari pemikiran kami, bahwa sifat itu tidak
berlaku kaku pada semua keadaan, bisa jadi tentang masalah karir dan
jabatan ia melankolis [sangat memikirkan] akan tetapi masalah uang ia
plegmatis [santai saja]. Kemudian seorang guru atau dosen dikelas ia
koleris [berwibawa dan keras] tetapi dirumah ia sanguin [suka bercanda
dan tidak serius]
Namun dengan gambaran umum ini kita bisa menyikapi secara umum juga
sebelum masuk ke yang khusus sehingga memudahkan memahami sifat manusia
untuk kebaikan diri sendiri dan orang lain.
Sah-sah saja jika ada yang berpendapat dengan teori ini, misalnya
untuk masalah akhirat kita harus melankolis [sangat memikirkan] dan
untuk masalah dunia kita harus plegmatis [santai saja]. Kemudian sifat
terbaik baik laki-laki adalah koleris-Sanguin, karena laki-laki harus
punya jiwa kepemimpinan dan sanguinnya sangat berguna untuk istri dan
anaknya misalnya mencandai istri dan membuat suasana rumah menjadi
tidak kaku. Sedangkan sifat ideal wanita adalah plegmatis-melankolis,
karena plegmatisnya sangat berguna untuk kepatuhannya kepada suami dan
sifat melankolisnya sangat berguna dalam posisinya sebagai ibu dari
anak-anak yang perasa dan lembut. Demikianlah teori manusia akan tetapi
alangkah baiknya jika kita tetap berkiblat dengan panduan syariat.
Penjabaran empat sifat dasar manusia berdasarkan syariat
1. SANGUINIS [Yang Populer]
Gambaran umum sifat ini adalah Mereka cenderung ingin populer dan
eksis, ingin disenangi oleh orang lain. Hidupnya penuh dengan bunga
warna-warni. Mereka senang sekali bicara tanpa bisa dihentikan. Gejolak
emosinya bergelombang dan transparan. Pada suatu saat ia berteriak
kegirangan, dan beberapa saat kemudian ia bisa jadi menangis
tersedu-sedu.
Namun orang-orang sanguinis ini sedikit agak pelupa, sulit
berkonsentrasi, cenderung berpikir pendek dan hidupnya serba tak
beratur. Jika suatu kali anda lihat meja kerja pegawai anda cenderung
berantakan, agaknya bisa jadi ia sanguinis. Kemungkinan besar ia pun
kurang mampu berdisiplin dengan waktu, sering lupa pada janji apalagi
bikin rencana. Namun kalau disuruh melakukan sesuatu, ia akan dengan
cepat mengiyakannya dan terlihat sepertinya betul-betul hal itu akan ia
lakukan. Dengan semangat sekali ia ingin buktikan bahwa ia bisa dan akan
segera melakukannya. Tapi percayalah, beberapa hari kemudian ia tidak
melalakukan apapun juga ataupun kurang beres
Kelebihan sanguin.
>>Ceria dan jarang menampakkan kesedihan
Hendaknya ia semakin ceria karena sering bisa sering mengamalkan hadits,
لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
“Janganlah engkau remehkan suatu kebajikan sedikitpun, walaupun engkau bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang ceria/bermanis muka”. [HR. Muslim no. 2626]
>> Berhati tulus dan polos
inilah yang patut disyukuri karena, ia bisa sangat ikhlas dalam
melaksanakan segala sesuatu, jika diikhlaskan karena Allah maka
pahalanya sangat besar. Dan tidak semua orang bisa dengan mudah ikhlas.
Berkata Sufyan Ats-Tsauriy
rahimahullah,
ما عالجت شيئاً أشد علي من نيتي
“Tidaklah aku mengobati sesuatu yang paling sulit bagiku yaitu niatku”. [Mabahitsul Aqidah fi Suratiz Zumar hal 192, Maktabah Ar-Rusd, Riyadh, cet. Ke-1, 1415 H, Asy-Syamilah]
>> Mudah berteman dan bergaul orang lain
Jika ia pergunakan untuk bergaul dengan teman-teman yang baik maka
akan sangat bermanfaat. Misalnya bisa dekat dengan ustadz, orang-orang
shalih, sehingga ia selalu terbuka dan memperbaiki agama dan akhlaknya.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“
Seseorang akan sesuai/menyerupai dengan agama teman karibnya.
Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian”.
[HR. Abu Daud no. 4833, Tirmidzi no. 2378, Ahmad 2/344, Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Shohihul Jaami’ 3545]
Bisa juga dipergunakan untuk mendekati orang-orang penting, pejabat dan tokoh masyarakat agar mereka mau membantu
dakwah.
>>Menyenangkan dan suka membuat senang orang lain
Membuat orang lain gembira dan senang adalah hal perlu dilatih
karena pada dasarnya manusia itu ingin membuat senang dirinya sendiri,
akan tetapi ini mudah pada sanguin. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أفضل الأعمال أن تدخل على أخيك المؤمن سرورا
“Sebaik-baik amal Shalih adalah agar engkau memasukkan kegembiraan kepada saudaramu yang beriman”.[HR.Ibnu Abi Dunya dan dihasankan olah Syaikh Al-Albani dalam
Shahih Jami’ush Shaghir no. 1096]
>> Mudah memaafkan dan tidak menyimpan dendam
Ia adalah orang yang mudah berjiwa besar, memaafkan butuh jiwa yang besar. Allah ‘
Azza wa Jalla berfirman,
الَّذِينَ
يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ
وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(Orang-orang yang bertakwa adalah) mereka yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang
menahan amarahnya serta (mudah) memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. [Ali-Imran/3:134]
Dari Abu Hurairah
radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ، إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ
“Dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan
pemberian maafnya (kepada saudaranya) kecuali kemuliaan (di dunia dan akhirat),
serta tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali Dia akan
meninggikan (derajat)nya (di dunia dan akhirat)”. [HR Muslim no. 2588]
Kelemahan Sanguin
>>terlalu suka bercanda dan sering tertawa
Sanguin harus sering-sering ingat sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وَلَا تُكْثِرِ الضَّحِكَ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ القَلْبَ
Dan janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguhnya terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati.” [HR. Tirmidzi 2/50, Dishahihkan Syaikh Al-Albani,
Silsilah Shohihah 3/4]
>>kurang serius, kurang tekun dan konsentrasi jangka pendek
ia serius dan bersungguh-sunguh dalam bekerja, karena kita diciptakan bukan untuk bermain-main saja. Allah
Ta’ala berfirman,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan
kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan
kepada Kami?” [Al-Mukminun: 115]
>>Kurang berwibawa
Hal ini karena gabungan beberpa sifat seperti banyak tertawa, banyak bergurau dan tidak serius. Berkata ‘Umar bin Khatthab
radhiallahu ‘anhu,
قال عمر رضي الله عنه: من كثر ضحكه قلت هيبته ومن كثر مزاحه استخف
“Barangsiapa yang banyak tertawa, maka akan sedikit
wibawanya,.Barangsiapa yang banyak guraunya, maka dengannya dia akan
rendah.” [HR. Baihaqiy dalam Kitab
Syu’abul ‘imaan no: 5019]
>> Susah untuk diam, suka bicara dan bercerita
Sanguin sebaiknya mengerem cerita yang ia dapat, tidak semua harus diceritakan dan disampaikan. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukuplah seorang dikatakan pendusta bila ia menyampaikan setiap apa yang ia dengar.” [HR. Muslim 1/10]
>> Mudah ikut-ikutan dan tidak tetap pendirian
Kebanyakan umat islam suka mengikuti orang kafir teutama Yahudi dan
Nasrani, karena mereka mendahulukan nafsu dan kebebasan. Sanguin harus
hati-hati dalam pola hidupnya. Allah
Ta’ala berfirman,
وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
“Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan ridha kepadamu sampai engkau mau mengikuti agama mereka.” [Al-Baqarah: 120)]
Dan firman-Nya,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تُطِيعُوا فَرِيقًا مِّنَ الَّذِينَ
أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari
orang-orang yang diberi Ahli Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan
kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.” [Ali ‘Imran:100].
>> Konsentrasi ke “How to spend money” daripada “How to earn/save money”.
Jelas Islam mengajarkan kita agar jangan menghambur-hamburkan harta. Allah
Ta’ala berfirman,
وَلاَ تُبَذِّرْ تَبْذِيراً
“dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” [Al-‘Isra: 76]
2. MELANKOLIS (Yang Sempurna)
Gambaran umum sifat dasar ini adalah Mereka agak agak berseberangan
dengan sanguinis. Seorang melankolis cenderung serba teratur, rapi,
terjadwal, tersusun sesuai pola. Umumnya mereka ini suka dengan
fakta-fakta, data-data, angka-angka dan sering sekali memikirkan
segalanya secara mendalam. Dalam sebuah pertemuan, orang sanguinis
selalu saja mendominasi pembicaraan, namun orang melankolis cenderung
menganalisa, memikirkan, mempertimbangkan, lalu kalau bicara pastilah
apa yang ia katakan betul-betul hasil yang ia pikirkan secara mendalam
sekali.
Orang melankolis selalu ingin serba sempurna dan ingin teratur.
Karena itu jangan heran jika seorang yang `melankolis tidak bisa tidur
hanya gara-gara selimut yang membentangi tubuhnya belum tertata rapi.
Dan jangan pula coba-coba mengubah isi lemari yang telah ia disusun,
sebab betul-betul ia tata-apik sekali, sehingga warnanya, jenisnya,
klasifikasi pemakaiannya sudah ia perhitungkan dengan rapi. Kalau perlu
ia tuliskan satu per satu tata letak setiap jenis pakaian tersebut. Ia
akan dongkol sekali kalau susunan itu tiba-tiba jadi lain
Kelebihan melankolis
>>Analitis, mendalam, serius dan penuh pemiikiran
Kemampuan kekuatan pikiran dan kecerdasannya bisa dipergunakan untuk
mempelajari ilmu agama dan mendakwahkannya dan menjadi cendikiawan
muslim. Ini akan menjadikan tinggi derajatnya. Allah
Ta’ala berfirman,
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” [Al-Mujadilah: 11]
>> Mau mengorbankan diri dan bisa mendahulukan orang lain,perasa dan memperhatikan orang lain.
Ini adalah salah satu sifat yang berjiwa besar, sangat dipuji oleh Islam.
Akhlak yang sangat jarang kita jumpai. Allah
Ta’ala
memerintahkan agar kita meniru kaum Anshor yang mendahulukan kaum
Muhajirin diatas kepentingan mereka walaupun mereka juga membutuhkan hal
tersebut. Allah
Ta’ala berfirman,
وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ
“Mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka
sendiri, sekalipun mereka sendiri sangat membutuhkan/dalam kesusahan.” [Al-Hasyr: 9]
>>Puas di belakang layar, menghindari perhatian.
Ia bisa selamat dari popularitas/
syuhroh, Isalam
mengajarkan kita agar menjauhi popularitas karena lebi ikhlas dan
menjauhkan diri dari kesombongan. Salah satunya contoh dari
salaf/pendahulu kita,
قال حماد بن زيد: كنت أمشي معى أيوب, فيأخذ بي في طرق,
إني لآعجب كيف اهتدى لها, فرار من الناس أن يقال: هذا أيوب
Berkata Hammad bin Zaid: “Saya pernah berjalan bersama Ayyub
(As-Sikhtyani), maka diapun membawaku ke jalan-jalan cabang (selain
jalan umum yang sering dilewati manusia-pen), saya heran mengapa dia
bisa tahu jalan-jalan cabang tersebut ?! (ternyata dia melewati
jalan-jalan kecil yang tidak dilewati orang banyak) karena takut dan
menghindari manusia (mengenalnya dan) mengatakan, “Ini Ayyub” [Berkata Syaikh Abdul Malik Romadhoni: “Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad (7/249), dan Al-Fasawi dalam
Al-Ma’rifah wa At-Tarikh (2/232), dan sanadnya shahih.”,
Sittu Duror hal 39, Darul Furqon, cet. Ke-1, 1429 H].
>> berjiwa seni dan kreatif (filsafat & puitis)
Jika bakat seni dan kreatifitasnya ia gunakan untuk kemajuan islam,
maka ini bagus seperti syair islam dan kemampuan mengolah kata-kata
dalam menulis da berdakwah. Atau Desain grafis untuk pamflet kajian.
Namun jika digunakan dalam seni seperti musik maka ini berbahaya.
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ليكونن من أمتي أقوام يستحلون الحر والحرير والخمر والمعازف
“Akan ada di kalangan umatku suatu kaum yang menghalalkan zina, sutera, khamr dan alat musik (al-ma’aazif).” [HR. Al-Bukhari no. 5268. Ibnu Hibban no. 6754, Ath-Thabrani dalam
Al-Kabir no. 3417 dan dalam
Musnad Syamiyyin no. 588; Al-Baihaqi 3/272, 10/221; Al-Hafidh Ibnu Hajar dalam
Taghliqut-Ta’liq 5/18,19 ].
Berbahaya juga jika untuk seni gambar dan patung makhluk bernyawa,
إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَذَابًا عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْمُصَوِّرُونَ
“Sesungguhnya manusia yang paling keras siksaannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah para penggambar [makhluk bernyawa].” [HR. Al-Bukhari no. 5950 dan Muslim no. 2109]
>> Serba tertib dan teratur serta istiqomah
Inilah amal yang dicintai yaitu terus-menerus dan istiqomah. Rasulullah
shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”
Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang terus-menerus [istiqomah] walaupun itu sedikit.” [HR. Muslim no. 783]
>> Bisa hidup hemat
jelas ini ajaran islam, hemat dan berusaha qona’ah. Allah
Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ إِذَا أَنفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (hartanya), mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” [Al-Furqan: 67].
Kelemahan Melankolis
>> Sensitif dan punya rasa curiga dan prasangka yang besar
Ini harus dijauhi karena prasangka atau dugaan-dugaan dibenci dalam Islam karena Rasulullah
shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذّبُ الْحَدِيْثِ
“Hati-hatilah kalian terhadap prasangka Karena sesungguhnya prasangka adalah berita yang paling dusta” [HR Al-Bukhari no. 6066 dan Muslim no.2563]
Allah
Ta’ala berfirman,
اِجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ
“Jauhilah kalian dari kebanyakan prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa” [Al-Hujuraat: 12]
>>Perfeksionis dan punya Standar yang tinggi
jika untuk akhirat tidak mengapa, akan tetapi hati manusia cenderung
kepada dunia, maka ini harus dikurangi. Terlalu ingin sempurna dan
melampui batas dalam urusan dunia. Allah
Ta’ala berfirman,
فَأَمَّا مَن طَغَى وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
“Adapun orang yang melampaui batas, Dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, Maka Sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).
Dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan
diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka Sesungguhnya syurgalah tempat
tinggalnya”. [An-Nazi’at: 37-41]
>> Cenderung melihat masalah dari sisi negatif (murung dan tertekan) dan mudah pesimis
kita tidak boleh seperti ini, hidup harus optimis dan yakin bahwa
Allah tidak akan menyia-nyiakan orang-orang yang benar-benar beriman,
yakin bahwa rahmat Allah luas dan Allah lebih mencintai hambanya
dibandingkan kecintaan hamba terhadap dirinya sendiri. Allah
Ta’ala berfirman,
وَأَنَّ اللّهَ لاَ يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.” [Ali Imran: 171]
>>susah gembira, susah melupakan masalah dan pendendam
Tidak ada yang perlu disedihkan terlalu lama dalam islam. Allah
Ta’ala berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”[ Alam Nasyroh: 5]
Biasanya orang melankolis bersedih karena ia masih menanggap ada
sesuatu yang kurang dan ia belum sempurna, maka solusinya adalah
sering-sering melihat yang dibawah kita agar kita sering besyukur. Dari
Abu Hurairah, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
انظروا إلى من هو أسفل منكم ولا تنظروا إلى من هو فوقكم ، فهو أجدر أن لا تزدروا نعمة الله عليكم
“
Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan
dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam
masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan
nikmat Allah padamu.” [HR. Bukhari dan Muslim]
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إذا نظر أحدكم إلى من فضل عليه في المال والخلق فلينظر إلى من هو أسفل منه
“
Jika salah seorang di antara kalian melihat orang yang memiliki
kelebihan harta dan bentuk (rupa) [al kholq], maka lihatlah kepada orang
yang berada di bawahnya.” [HR. Bukhari dan Muslim]
>>Mudah merasa bersalah dan memiliki citra diri rendah
Setiap manusia pasti pernah bersalah, jangan terlalu berlarut
menyesali kesalahan, karena ajaran Islam adalah segera bangkit,
bertaubat dan memperbaiki diri. Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.
“Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat”. [HR Tirmidzi 2499, Shohih at-Targhib 3139]
>> Melewatkan banyak waktu untuk menganalisa dan merencanakan
Jika plegmatis menunda karena malas, maka melankolis menunda keran
belum sempurna. Maka hendaknya ia perhatikan kaidah fiqhiyah bahwa kita
bisa mencapai setengahnya dulu misalnya daripada tidak bisa sama sekali,
ما لا يدرك كله لايترك كله
“sesuatu yang tidak bisa dicapai seluruhnya jangan ditinggal seluruhnya”
>> Tukang kritik, tetapi sensitif terhadap kritik yang menentang dirinya
Seharunya ia ingat perkataan Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu:
يبصر أحدكم القذاة في أعين أخيه، وينسى الجذل- أو الجذع – في عين نفسه
“
Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya.” [HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 592. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa riwayat ini shahih]
3. KOLERIS (Yang Kuat)
Gambaran umumnya adalah mereka suka sekali mengatur orang, suka
tunjuk-tunjuk atau perintah-perintah orang. Ia tak ingin ada penonton
dalam aktivitasnya. Bahkan tamu pun bisa saja ia suruh melalukan sesuatu
untuknya. Akibat sifatnya yang
suka jadi bos sehingga orang
koleris tak punya banyak teman. Orang-orang berusaha menghindar,
menjauh agar tak jadi “korban” karakternya yang suka mengatur dan tak
mau kalah itu.
Orang koleris senang dengan tantangan, suka petualangan. Mereka punya
rasa, “hanya saya yang bisa menyelesaikan segalanya; tanpa saya
berantakan semua”. Karena itu mereka sangat
“goal oriented”,
tegas, kuat, cepat dan tangkas mengerjakan sesuatu. Baginya tak ada
istilah tidak mungkin. Seorang wanita koleris, mau dan berani naik
tebing, memanjat pohon, bertarung ataupun memimpin peperangan. Kalau ia
sudah kobarkan semangat “ya pasti jadi”, maka hampir dapat dipastikan
apa yang akan ia lakukan akan tercapai seperti yang ia katakan. Sebab ia
tak mudah menyerah, serta tak mudah pula mengalah.
Kelebihan koleris
>> Senang memimpin, membuat keputusan, dinamis dan aktif serta unggul dalam keadaan darurat
Inilah yang dibutuhkan oleh Islam, seorang pemimpin yang kuat.
Minimal ia menjadi pemimpin bagi diri sendiri atau di rumah tangganya.
Dan kaidah Islam dalam memilih pemimpin adalah laki-laki yang kuat dan
tegas dengan agama yang pas-pasan lebih didahulukan daripada laki-laki
yang shalih tetapi lemah dan kurang tegas. Bisa kita lihat contohnya
dalam kisah Abu Dzar
radhiallahu ‘anhu
Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Abu Dzar
radhiallahu ‘anhu,
يَا
أَبَا ذَرٍّ إِنِّي أَرَاكَ ضَعِيفًا وَإِنِّي أُحِبُّ لَكَ مَا أُحِبُّ
لِنَفْسِي لَا تَأَمَّرَنَّ عَلَى اثْنَيْنِ وَلَا تَوَلَّيَنَّ مَالَ
يَتِيمٍ.
“Ya Abu Dzar, aku lihat engkau seorang yang lemah dan aku suka
engkau mendapatkan sesuatu yang aku sendiri menyukainya. Janganlah
engkau memimpin dua orang dan janganlah engkau mengurus harta anak
yatim”.[HR Muslim no.1826]
Dijelaskan oleh para ulama, bahwasanya Abu Dzar
radhiallahu ‘anhu sangat
dermawan dan perasa. Jika ada yang meminta akan ia berikan bagaimanapun
juga. Sehingga jika mengurus harta maka kurang baik.
>> Berkemauan keras dan pasti untuk mencapai sasaran dan target
Inilah ajaran Islam selalu bersemangat mencapai apa-apa yang bermanfaat bagi kita dunia dan akhirat. Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
احرص على ما ينفعك، واستعن بالله ولا تعجزن، وإن أصابك شيء
فلا تقل لو أني فعلت لكان كذا وكذا؛ ولكن قل: قدر الله وما شاء فعل، فإن لو تفتح عمل الشيطان
“Bersemangatlah kamu terhadap apa-apa yang bermanfaat bagi kamu,
dan mohonlah pertolongan pada Allah dan jangan merasa lemah. Dan jika
meminpamu sesuatu maka jangan katakan andaikata dulu saya melakukan
begini pasti akan begini dan begini, tetapi katakanlah semua adalah
takdir dari Allah dan apa yang dikehendakiNya pasti terjadi.” [HR Muslim]
>> Bebas dan mandiri
Kita tidak boleh bergantung terhadap makhluk, harus bisa mandiri jika
kita bisa mengerjakannya atau mengusahakannya. Kita hanya bergantung
kepada Allah dengan tawakkal dan berdoa. Berusaha mengambil
sebab-sebabnya dan menyerahkan hasilnya kepada Allah kemudian ridha
dengan hasil yang ditentukan Allah. Inilahhakikat tawakkal, .Allah
Ta’ala berfirman,
وَعَلَى اللّهِ فَتَوَكَّلُواْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Dan kepada Allah saja hendaknya kalian bertawakal, jika kalian benar-benar beriman.” [QS. Al-Ma’idah: 23].
>>Berani menghadapi tantangan dan masalah
Sifat berani harus ada dalam jiwa seorang muslim. Dan dicontohkan langsung oleh Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ditegaskan oleh Anas bin Malik
radhiallahu’anhu, ia adalah orang yang berkhidmad kepada Nabi sehingga selalu menyertai beliau kemanapun dan kapanpun, Anas bin Malik
radhiallahu’anhu berkata,
كان النبي صلى الله عليه وسلم أشجع الناس وأجود الناس
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling berani dan paling dermawan.” [HR. Bukhari no.1033, Muslim no. 2307]
>>Berprinsip,”Hari
ini harus lebih baik dari kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari
ini” dan biasanya punya visi ke depan
Ini jelas prisnsip Islam dalam Al-Quran,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok ; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” [Al-Hasyr: 18]
Kelemahan Koleris:
>> Tidak sabar dan cepat marah (kasar dan tidak taktis)
Sering-sering ingat hadits,
عَنْ
أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ : أَوْصِنِيْ ، قَالَ :
لَا تَغْضَبْ . فَرَدَّدَ مِرَارًا ؛ قَالَ : لَا تَغْضَبْ .
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu bahwa ada seorang laki-laki
berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Berilah aku
wasiat”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu
mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau jangan marah!” [HR al-Bukhâri no. 6116]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ.
“Orang yang kuat itu bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang
yang kuat ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah”. [ HR al-Bukhâri no. 6114 dan Muslim no. 2609]
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ
عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللهُ مِنَ الْحُوْرِ الْعِيْنِ مَا شَاءَ.
“Barangsiapa menahan amarah padahal ia mampu melakukannya,
pada hari Kiamat Allah k akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk,
kemudian Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang ia sukai” [
HR Ahmad (III/440), Abu Dawud (no. 4777), at-Tirmidzi (no. 2021), dan
Ibnu Majah (no. 4286) Dihasankan oleh Syaikh al-Albâni dalam Shahîh
al-Jâmi’ish Shaghîr (no. 6522).]
>> Senang main perintah saja, memanipulasi dan menuntut orang lain dan cenderung memperalat orang lain
Hendaknya koleris berpikir bagaimana jika ia sering
diperintah-perintah saja, tentu ia tidak akan senang. Perlakukanlah
orang lain sebagimana kita ingin diperlakukan.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اَ يُؤمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidaklah salah seorang di antara kalian beriman sehingga ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.” [HR. Bukhari-Muslim]
>> Terlalu kaku dan keras, tidak terlalu menyukai air mata dan emosi tidak simpatik
Sebaiknya koleris bisa lembut sedikit, dengan kelembutan maka akan mempermudah urusan, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi Wa sallam bersabda,
إن الرفق لا يكون في شيء إلا زانه . ولا ينزع من شيء إلا شانه
“
Tidaklah kelembutan itu ada pada sesuatu, kecuali akan
menghiasnya. Tidaklah kelembutan itu hilang dari sesuatu, kecuali akan
memperburuknya” (HR. Muslim no. 2594)
>> Sering membuat keputusan tergesa-gesa, tidak terlalu suka yang sepele dan bertele-tele
Tergesa-gesa jelas membuat hasilnya nanti buruk atau bahkan tidak kita dapatkan sama sekali. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
التَّأَنيِّ مِنَ اللهِ وَ العُجْلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ
“Sifat perlahan-lahan (sabar) berasal dari Allah. Sedangkan sifat ingin tergesa-gesa itu berasal dari setan.” [HR. Baihaqi, dihasankan oleh Al-Albani dalam
Al Jami’ Ash Shoghir no.3011]
Dan kaidah fiqhiyah menyatakan,
من استعجل شيئا قبل أوانه عوقب بحرمانه
“Barangsiapa yang terburu-buru ingin mendapatkan sesuatu, maka diberi hukuman dengan tidak mendapatkannya”
>> Amat sulit mengaku salah dan meminta maaf
Ini bukanlah sikap seorang yang berjiwa besar. Mengakui kesalahan merupakan ajaran para nabi. Nabi
Adam ‘alaihissalam mengakui kesalahannya dan memohon ampun,
قَالاَ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami
sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat
kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. [Al-A’raf: 23]
Nabi
Yunus‘alaihissalam mengakui kesalahannya,
وَذَا النُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَاضِباً فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ
أَن لَّا إِلَهَ إِلَّا أَنتَسُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam
keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya
(menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap :
“Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku
adalah termasuk orang-orang yang zalim.” [Al-Anbiya’:87]
Nabi
Musa ‘alaihissalam mengakui kesalahannya,
قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Musa berdoa “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku
sendiri karena itu ampunilah aku”. Maka Allah mengampuninya,
sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. [Al-Qashash: 16]
4. PLEGMATIS (Cinta Damai)
Gambaran umum mengenai sifat dasar ini adalah mereka tak suka terjadi
konflik, karena itu disuruh apa saja ia mau lakukan, meski ia tidak
suka. Baginya kedamaian adalah segalanya. Jika timbul masalah ia akan
berusaha mencari solusi yang damai tanpa timbul pertengkaran. Ia mau
merugi sedikit atau rela sakit, asalkan masalahnya segera selesai.
Kaum plegmatis kurang bersemangat, kurang teratur dan serba dingin,
cenderung diam, kalem, dan kalau memecahkan masalah umumnya sangat
menyenangkan. Dengan sabar ia mau jadi pendengar yang baik, tapi kalau
disuruh untuk mengambil keputusan ia akan terus menunda-nunda. Kalau
anda lihat tiba-tiba ada sekelompok orang berkerumun mengelilingi satu
orang yang asyik bicara terus, maka pastilah para pendengar yang
berkerumun itu orang-orang plegmatis. Sedang yang bicara tentu saja
sanguinis.
Berurusan dengan orang plegmatis bisa serba salah. Ibarat keledai,
“kalau didorong ngambek, tapi kalau dibiarin tiak jalan”. Jika kita
punya pegawai plegmatis, anda harus rajin memotivasinya sampai ia
termotivasi sendiri.
Kelebihan plegmatis
>> Damai, tenang, santai dan teguh, mudah diajak rukun dan mudah bergaul,
Suka perdamaian dan menghindari pertikaian, perpecahan dan konflik adalah sesuatu yang sangat dianjurkan dalam Islam. Allah
Ta’ala berfirman,
وَالصُّلْحُ خَيْرٌ
“Dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) [An- Nisaa:128].
وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ
“Dan berpeganglah kalian dengan tali Allah seluruhnya, dan jangan bercerai-berai” [ Ali ’Imran : 103]
>> Sabar, seimbang, dan pendengar yang baik
Kesabaran adalah anugrah terbesar yang harus disyukuri oleh plegmatis. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi Wa sallam bersabda,
وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ
Tidaklah seseorang diberi pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” [HR. Al-Bukhari no. 1469 dan Muslim no. 2421]
>>Tidak banyak bicara, tetapi cenderung bijaksana
Plegmatis bisa selamat dari bahaya lidah, karena lidah dan kemaluan
yang paling banyak memasukkan seseorang kedalam neraka sesuai dengan
hadits,
ثُمَّ قَالَ: أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمِلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ؟ قُلْتُ: بَلَى يَا رسولَ اللهِ. فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ
وَقَالَ: كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا، قُلْتُ: يَا رسولَ اللهِ، وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُوْنَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ؟
قَالَ: ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ، وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوْهِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ؟!
“Kemudian beliau bersabda, “Inginkah kuberitahukan kepadamu
penegak dari semua amalan itu?” aku (Muadz) menjawab, “Mau wahai
Rasulullah.” Maka beliau memegang lidahnya seraya bersabda, “Tahanlah ini,”
aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami betul-betul akan disiksa
akibat ucapan kami?” beliau menjawab, “Kasihan kamu wahai Muadz, apakah ada yang menjerambabkan manusia di dalam neraka di atas wajah-wajah mereka kecuali buah dari ucapan lisan-lisan mereka?” [HR. At-Tirmizi no. 2616 dan dia berkata, “Hadits hasan shahih.”]
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi Wa sallam bersabda,
مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa yang menjamin untukku bisa menjaga apa yang ada di
antara dua janggutnya (janggut dan kumis) dan apa yang ada di antara
kedua kakinya, maka aku menjamin surga untuknya.” [HR. Al-Bukhari no. 6474]
>>Berbelaskasihan [sifat rahmah] dan peduli, simpatik dan baik hati (sering menyembunyikan emosi)
Sifat rahmah sudah dicontohkan oleh teladan kita Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Allah
Ta’ala berfirman,
لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri,
berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” [At Taubah: 128]
>> Penengah masalah yg baik
Ini adalah pekerjaan yang mulia, menjadi penengah dan berusaha mendamaikan pihak-pihak yang konflik dan bertentangan. Allah
Ta’ala berfirman,
وَإِن طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا
“Dan kalau ada dua golongan dari kaum mukminin berperang hendaklah kamu mendamaikan keduanya.” [Al Hujuraat: 9]
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” [Al Hujuraat: 10]
>>Tidak suka menyinggung perasaan dan menyakiti orang lain serta menyenangkan
Ia bisa lebih selamat dari ancaman sering menyakiti orang lain.
Berbeda dengan celotehan ringan sanguin yang kadang menusuk dan tidak
pada tempatnya atau perintah dan tekanan dari koleris yang asal saja.
Allah
Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَاناً وَإِثْماً مُّبِيناً
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan
perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka
telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” [Al-Ahzab:58]
Kelemahan pelegmatis
>> Sulit bergerak dan kurang memotivasi diri
Tetap harus semangat sesuai dengan jiwa seorang muslim. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi Wa sallam bersabda,
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ
“Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah.” [HR. Muslim: 47.
Kitab Al Qodar]
>>Terkesan malas dan Kurang antusias
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi Wa sallam mengajarkan kia berlindung kepada Allah dari sifat malas,
اللَّهُمَّ
إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ
وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ
الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas,
rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga
berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan
kematian).” [HR. Bukhari no. 6367 dan Muslim no. 2706]
>>Suka Menunda-nunda dan menggantungkan masalah.
Ini sikap yang kurang baik, kita diperintahkan untuk bersegera dalam kebaikan dan berlomba-lomba.
عن ابن عمر رضي الله عنهما قال: أخذ رسول الله صلى الله عليه وسلم بمنكبي
فقال: “كن في الدنيا كأنك غريب أو عابر سبيل”
وكان ابن عمر رضي الله تعالى عنهما يقول: إذا أمسيت فلا تنتظر الصباح،
وإذا أصبحت فلا تنتظر المساء، وخذ من صحتك لمرضك، ومن حياتك لموتك. رواه البخاري
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma beliau berkata: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang kedua pundakku seraya
bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir.”
Ibnu Umar berkata: “Jika engkau berada di sore hari jangan
menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada waktu pagi hari
jangan menunggu datangnya sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati.” [HR. Bukhari, hadist Arbain ke-40]
Allah
Ta’ala berfirman,
فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ
“Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan”. [Al-Baqarah: 148]
وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari
Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” [Al-Imran:133]
>>Menghindari tanggung jawab dan tidak ingin memegang amanah
Padahal setiap kita adalah pemimpin yang akan mempertanggung jawabkan di dunia dan akhirat. Sahabat Ibnu ‘Umar
radhiallahu ‘anhuma meriwayatkan dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau bersabda,
« ألا كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته ، فالأمير الذي على الناس راع
وهو مسئول عن رعيته ، والرجل راع على أهل بيته وهو مسئول عنهم ،
والمرأة راعية على بيت بعلها وولده وهي مسئولة عنهم ،
والعبد راع على مال سيده وهو مسئول عنه ، ألا فكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته » . رواه مسلم
“Ketahuilah, setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang orang yang dipimpinnya.
Seorang Amir (pemimpin negara) adalah pemimpin dan ia akan ditanya
tentang rakyat yang dipimpinnya. Seorang lelaki/suami adalah pemimpin
bagi keluarga nya dan ia akan ditanya tentang mereka. Wanita/istri
adalah pemimpin terhadap rumah suaminya dan anak suaminya dan ia akan
ditanya tentang mereka. Budak seseorang adalah pemimpin terhadap harta
tuannya dan ia akan ditanya tentang harta tersebut. Ketahuilah setiap
kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang orang yang
dipimpinnya.” [HR. Al-Bukhari no. 5200, 7138 dan Muslim no. 4701]
>>Terlalu pemalu dan pendiam
Kelemahan plegmatis adalah agak susah melakukan amar ma’ruf dan nahi
mungkar, karena ia terlalu pemalu untuk mengajak seseorang untuk beramal
dan berdakwah ataupun melarangnya dari hal yang haram. Padahal kita
diperintahkan untuk hal ini. Allah
Ta’ala berfirman,
كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون بالله
“Kalian adalah sebaik-baik ummat yang dikeluarkan kepada manusia,
kalian memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar ,
dan beriman kepada Allah“. [Ali-Imran :110]
Jika terus-menerus akan berbahaya , Abu ‘Ali ad-Daqqâq
rahimahullah berkata,
الْمُتَكَلِّمُ بِالْبَاطِلِ شَيْطَانٌ نَاطِقٌ وَالسَّاكِتُ عَنِ الْحَقِّ شَيْطَانٌ أَخْرَسُ
“Orang yang berbicara dengan kebatilan adalah setan yang berbicara
, sedangkan orang yang diam dari kebenaran adalah setan yang bisu.” [ad-Dâ` wad-Dawâ` hal. 100, Darul ma’rifah, Magrib, cet. Ke-1, 1418 H, Asy-Syamilah]
Penutup
Satu yang ingin kami tekankan sekali lagi bahwa semua yang berkaitan
dengan kemashlahatan dunia dan akhirat sudah diajarkan oleh islam.
Mengapa kita masih mencari motivasi, jalan keluar dan prinsip hidup dari orang-orang kafir dan fasik.
Mengambil dari filsafat yunani atau filsafat cina dan sebagainya.
Boleh-boleh saja jika bersesuaian dengan Islam, tetapi kenapa kita tidak
mendahulukan perkataan Allah dan Rasul-Nya, perkataan sahabat,
perkataan ulama dan orang-orang shalih.
Yang sering dilakukan oleh umat islam adalah menukil dan menulis
perkataan tokoh kafir A, Ilmuan Kafir B, Artis fasik lagi kafir C.
Walaupun perkataan mereka ada benarnya juga tetapi sebagai bukti
kecintaan dan loyalitas kita, maka kita dahulukan agama Kita
. Padahal apa yang mereka katakan berupa prinsip kebaikan sudah ada dalam ajaran agama kita.
Inilah bukti bahwa kita sangat jauh dari ajaran agama islam dan jauh
dari kitab-kitab para ulama. Kita tidak tahu ternyata itu semua sudah
ada dalam islam.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa
shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Disempurnakan di Lombok, pulau seribu masjid
6 Daulqo’dahl 1432 H, Bertepatan 4 November 2011
Penyusun: Raehanul Bahraen
Semoga Allah meluruskan niat kami dalam menulis.
artikel http://muslimafiyah.com