Senin, 30 Juli 2007

Server 2 Shoutmix Berulah...

Sayang sekali. Shoutbox yang belum pernah dijajah terpaksa tutup dulu. Si Rubah Api berkata, "The connection to www2.shoutmix.com has timed out". Ketika diperiksa ke shoutmix-nya, eh, ternyata ada berita kecil di sisi kiri:

Recent News (2007.07.30)

We're working on bringing server 2 back online. Sorry for the inconvenience caused.


Terserahlah...

Komik Format .pdf!

Komik Format .pdf!
Wah, iseng-iseng menjelajah dunia maya kadang-kadang bisa asyik juga, ya? Beberapa waktu kemarin aku ketemu komik yang aku cari-cari (tapi untuk keluar uangnya malas :P): Asterix dan Obelix (aslinya: Asterix et Obelix kalau tidak salah)...

Ini alamatnya:
http://www.topmdi.com/cerita/komik/index-00.html

Selain Asterix dan Obelix, ada juga buku (dan komik) lain yang bisa dimulai dari halaman mukanya topmdi.com

-------------------------------------------------------------------------------
Besok main ke perpustakaan jurusan, terus mainin Flashgot sama wxDownload Fast, terus sedot semuanya ah...

Kamis, 19 Juli 2007

KALAH!

Ya, Tim Nasional sepakbola Indonesia memang kalah pada pertandingan melawan Timnas Korea Selatan (Korsel) . Kekalahan yang diderita, untunglah tidak besar, hanya kemasukan satu dan tak mampu membalasnya. Pada pertandingan semalam, sayangnya, Indonesia gagal menunjukkan tingkatan permainan seperti pada pertandingan-pertandingan sebelumnya.

Mungkin ada baiknya kita simak pernyataan pelatih timnas Korsel pada wawancara dengan televisi swasta seusai pertandingan. Dalam wawancara itu Meneer Verbeek menyatakan kekalahan Indonesia dikarenakan kekurangan pengalaman bermain di level internasional. Selain itu, tekanan yang terlalu besar juga dapat menjadi faktor yang menentukan. Disebutkan juga oleh Meneer Verbeek, bahwa pertandingan melawan Bahrain dan Arab Saudi tidaklah memberi tekanan sebesar pertandingan semalam, karena kedua pertandingan itu masih "terbuka", sedangkan ketika akan menghadapi Korsel, timnas mendapat tekanan berupa harapan yang tinggi dari semua rakyat karena Korsel datang dengan satu angka, dan mereka amat berharap Timnas Indonesia bisa melangkah ke perempat final untuk pertama kalinya. Barangkali benar yang orang katakan, bahwa kita sedapat mungkin tidak meletakkan harapan terlalu tinggi, sebab bila jatuh, maka jatuhnya bisa jadi sakit sekali.

Tapi sudahlah, tidak ada yang perlu disesali. Timnas Indonesia sudah menang di hati seluruh warga Indonesia. Sudah lama sekali, rasanya olahraga yang digemari seluruh lapisan masyarakat di ranah Indonesia ini -- dan olahraga lain, sebenarnya-- miskin prestasi. Perjuangan mereka kini harus diakhiri. Tapi ingat saudaraku, jalan panjang masih terbentang. Timnas Indonesia belum pernah memasuki kejuaraan sekelas Piala Dunia Sepakbola sebagai negeri merdeka. Masih panjang jalan membina generasi, yang sudah semestinya tak hanya cerdas dalam kelas, tapi juga cerdas dalam olahraga. Biarlah kejuaraan kali ini menjadi pelajaran yang berharga bagi pemain, pelatih, ofisial, pengurus PSSI, dan seluruh Indonesia ke depan. Dan selanjutnya, sudikah aku, kamu, dan kita semua duduk manis di stadion, menyaksikan laga-laga lain yang berlangsung di sini, dan mengabarkan pada AFC dan dunia luas, ada suatu negeri bernama Indonesia, yang mencintai sepakbola setulus hatinya

Maju, Indonesiaku tercinta, semoga kelak akan berhasil!


Salam cinta, dari seorang penonton yang menyaksikan dari balik obor

Selasa, 17 Juli 2007

Tentang Peluang

Mulai awal penyelenggaran Piala Asia 2007, koran yang rutin kubaca menyemarakkannya dengan membuka jalur komentar melalui pesan singkat. Beberapa komentar membesarkan semangat (atau menulis dengan sinis, ya?) tim Nasional Sepakbola Indonesia. Sedangkan beberapa yang lain, seperti sudah kuduga, memandang rendah (tim Nasional Sepakbola) Indonesia. Tulisan yang kutemui bahkan cenderung kasar, seperti "Indonesia menang itu mustahil, lolos babak selanjutnya cuma mimpi".

Jujur aku tidak terkejut. Tidak karena beberapa orang tidak pernah belajar. Di bangku sekolahku dulu (dan mungkin semester besok, siapa tahu?) aku diajarkan bahwa peluang itu bernilai antara 0 dan 1, atau dari 0 sampai seratus persen. Ambil contoh pernyataan "semua manusia akan mati". Bagaimana peluangnya? Tentu saja satu, atau disebut juga pasti terjadi. Sedangkan bagaimana peluangmu mengulangi waktu dua detik yang lalu? Tentu saja nol, alias takkan mungkin terjadi. Di luar peluang kejadian-kejadian seperti itu, tentu masih terbuka peluang, bukan?

Lalu mengapa aku menulis ini? Tentu untuk mengingatkan, biarpun angka peluang lolosnya Indonesia dari grup D piala Asia 2007 hanyalah 0.0000000000000001 atau 10 pangkat negatif 16, karena angkanya yang tidak nol, maka lolosnya Indonesia tetaplah BUKAN mustahil. Selama suatu kejadian yang akan dapat berjalan ke dua arah belum terjadi, maka tidak sahih bila ada yang menyatakan peluang Indonesia tidak ada. Yang lebih masuk akal adalah melihat ke semua sisi dengan obyektif, kemudian berikanlah opini tanpa mengadili. Sungguh, dunia indah tanpa pandangan sinis.


REMAIN OPTIMISTIC! Go Indonesia, we'll stand for you!
MAKE POVERTY HISTORY, eh, Let's make history maksudnya... :-P

Jumat, 13 Juli 2007

Membuka 14-digit 'Rahasia' Voucher Prabayar Tanpa Menggosoknya, Mungkinkah?

Pernahkah mengalami kejadian seperti, telepon yang terputus di tengah pembicaraan, pesan singkat (sankat) yang tidak terkirim, dan GPRS yang tiba-tiba tidur? Mungkin masalahnya ada pada... 'PULSA' kamu.

Kemudian, perkenalkan FreeMat 2.0, sebuah program yang -apa ya- begini, mungkin sebagian dari kita lebih kenal dengan program MATLAB. Nah, FreeMat 2.0 ini bisa dikatakan sebagai pengganti dari program tersebut. Program ini, sebagaimana MATLAB menggunakan matriks sebagai basis untuk melakukan perhitungan. Kenapa aku sebut pengganti, karena padanya terdapat banyak fungsi yang bersesuaian dengan fungsi pada MATLAB.

Kelebihannya, antara lain waktu mulai program yang (jauh) lebih cepat,
lisensinya yang murni GPL (GNU Public License, bukan Glodok Punya Lisensi) yang menjamin ketersediaan kode sumbernya, dan menu bantuan yang sederhana tetapi mudah dimengerti.

Salah satu fungsi yang menggelitikku adalah fungsi randi. Penjelasan pada menu bantuannya seperti ini:

"Generates an array of uniformly distributed integers between the two supplied limits", kira-kira terjemahannya, "Memunculkan angka-angka bilangan bulat yang tersebar merata antara dua batasan yang diberikan."

Dari fungsi itu, kemudian terpikir olehku -oke, tidak sepenuhnya dariku, tetapi ada sedikit 'tantangan' dari temanku, puas?-, mungkinkah aku mendapat 'pulsa' tanpa mengirit uang makan sehari-hari atau sebagainya? Sedikit membaca manual FreeMat 2.0, dan kemudian improvisasi, dan jadilah script seperti di bawah ini:

voucher=randi(zeros(1,14),9*ones(1,14)); //Menghasilkan matriks 1 baris 14 kolom dengan isi yang berupa bilangan bulat acak

disp(voucher) //Menampilkan isi dari matriks bernama voucher

clear all; //Membersihkan variabel pada script ini dari memori


disimpan sebagai voucher.m pada folder yang ditentukan, dan dapat dipangggil sewaktu-waktu, cukup dengan mengetikkan "voucher" (tanpa tanda kutip), dan, voilá, muncullah angka, di antaranya seperti ini:

0 6 7 8 0 5 8 4 9 6 2 6 8 5
1 1 4 7 5 4 2 9 3 1 3 1 7 4
3 2 6 4 5 9 7 6 7 3 0 5 2 5

Hanya saja, kekurangannya -yang baru saja kuperhatikan- adalah, angka pertama yang dimunculkan -setiap FreeMat 2.0 pertama kali dijalankan dan kemudian menjalankan voucher- selalu sama, 3 7 9 2 1 4 9 1 7 3 9 6 2 0, dan tidak menutup kemungkinan angka-angka selanjutnya juga berulang setiap program dijalankkan ulang.

Jadi, pertanyaan terakhir, kembali ke judul artikel ini: Mungkinkah?


---
Penyangkalan: Artikel ini ditulis tanpa niat (um, mungkin sedikit ya? :-P) merugikan pihak manapun. Penulis tidak pernah menggunakan cara tersebut untuk mendapatkan keuntungan. Apabila dalam pelaksanaannya ada pihak-pihak yang merasa dirugikan, penulis dibebaskan dari segala tanggung jawab berkaitan kerugian tersebut.

MATLAB, FreeMat 2.0 dan apapun yang berkaitan dengan merk dagang atau merk terdaftar ditulis hanya sebagai penjelas.

Selalu gunakan software asli, terutama bila mampu. Bila tidak mampu? Selalu ada Free and Open Source Software di sisimu, sayang!

FreeMat 2.0 dan versi terbarunya dapat ditemukan dengan meng-klik di sini.

Kamis, 12 Juli 2007

Post Pertama (di Blog yang Kedua), Mohon Bantuannya!

Iya, maaf belum ada tulisan sendiri, dalam beberapa waktu ke depan aku mulai nulis sendiri deh...

Ini artikel (atau post ya?) dari Bapak I Made Wiryana, salah satu "aktivis" (kalau boleh dibilang begitu) Linux dan FOSS (Free and Open Source Software) yang tinggal di Bielefeld, Jerman (maaf kalau data sudah berubah). Mungkin sebagai perbandingan dengan keadaan di sini saja, ya? Selamat membaca!

############################################################################

Banyak jalan menuju Roma, banyak jalan menuju Uni

Suatu hari saya dan Anthi ke rumah mbak Nanik, salah seorang kenalan saya. Mbak Nanik ini baik sekali, sering menghibahkan peralatan, wajarlah sebagai mahasiswa di rantau, harus bisa mengirit. Rupanya salah satu anak gadisnya sedang ada di rumah. Dia baru saja selesai ujian akhir SMA (Abitur dalam istilah Jerman-nya). Sembari makan siang, kami ngobrolin apa yang akan dilakukan si Tina ini, setelah ujian SMA-nya.

Tina yang tergolong manis tapi "sehat" ini (tampang seperti Tina ini mungkin bisa jadi pemeran sinetron kalau di Indonesia), memutuskan tidak langsung kuliah, baik ke Fachhochschule - FH (semacam Politeknik) atau ke Universitas. Karena dia ingin mencari pengalaman kerja terlebih dahulu. Istilahnya dia mau mengambil jalur "Ausbildung" terlebih dahulu. Hal ini lazim dilakukan oleh orang Jerman. Langkah ini lazim dilakukan bila seseorang ingin memastikan di bidang apakah dia ingin kuliah dan bekerja nantinya.

Di Jerman anak lulusan SMA sudah dianggap bisa memutuskan masa depan mereka sendiri. Mereka akan menentukan sendiri apa yang paling baik bagi mereka. Bila mereka rasa ingin langsung kuliah di Universitas, mereka akan memilih jalur itu. Tetapi bila mereka tidak ingin jadi "researcher, atau akademisi", tetapi ingin terjun ke industri, mereka akan mengambil jalur Fachhocshule. Begitu juga bagi mereka yang ingin ambil pengalaman dunia kerja (dunia nyata) terlebih dahulu, mereka akan melakukan Ausbildung. Jadi tidak perlu merasa kehilangan gengsi bila selesai SMA tidak melanjutkan kuliah. Dan masa depan juga tidak akan menjadi suram.

Tina ingin mencari pengalaman di bidang teknologi dan disain media. Kebetulan bidang ini tergolong baru, jadi perusahaan yang mengkhususkan diri di bidang ini masih sedikit di daerah saya. Memang ada perusahaan Bartelsmann (perusahaan media International) berpusat di dekat kota saya (di kota Guttersloh). Tetapi perusahaan kecil lainnya masih sedikit. Untuk itu Tina harus aktif mencari tempat dan kesempatan Ausbildung di perusahaan-perusahaan sekitar Bielefeld.

Langkah pertama adalah ke Arbeitsamt (Departemen Tenaga Kerja). Di sana diberikan daftar perusahaan di bidang yang diminati dan berada di sekitar Bielefeld. Setelah itu, Tina langsung mengirimkan surat "lamaran" ke perusahaan tersebut. Karena program Ausbildung di perusahaan-perusahaan ini adalah bertujuan untuk memberikan ketrampilan kepada masyarakat, maka tentu saja tidak disyaratkan bahwa calon pelamar harus sudah memiliki ketrampilan tertentu. Program Ausbildung ini dimanfaatkan bagi siswa SMA atau lulusan SMA untuk memperoleh skill bekerja.

Setelah dia mendapatkan surat panggilan dari perusahaan, dia datangi perusahaan itu. Wah dia senang sekali dengan suasana kerjanya, walau di tempat kecil, bukan di tengah kota. Tetapi suasana kerjanya menyenangkan, dan yang paling penting, dia bisa belajar banyak. Setelah menyelesaikan Ausbildung maka dia akan ujian dan memperoleh sertifikat yang diakui di perusahaan sejenis. Ujian sertifikat ini dilakukan di perusahaan tersebut, tetapi jelas tidak semua perusahaan boleh menyediakan tempat untuk Ausbildung. Hanya mereka yang memiliki Meister yang boleh. Perusahaan ini kecil pegawainya cuma enam, tetapi sudah mau "menyediakan" tempat dan dana untuk Ausbildung. Selama Ausbildung maka peserta Ausbildung akan memperoleh semacam "gaji" yang cukup untuk satu bulan. Tentu saja gaji ini tidak sejumlah gaji pegawai tetap. Tina tampaknya menyukai bidang media dan dia makin yakin untuk kuliah di bidang ini nantinya.

Ruly, salah seorang anak Indonesia lain lagi jalur hidupnya. Dua tahun sebelum dia menyelesaikan sekolah SMA (biasanya diakhiri dengan Abitur). Dia memutuskan untuk menunda sekolah SMA-nya dulu. Lalu dia mengikuti Ausbildung di perusahaan mesin Bullhof, karena dia ingin bekerja di bidang mesin nantinya. Setelah kurang lebih 2 tahun dia sudah menyelesaikan Ausbildungnya, dan telah mengantongi sertifikat. Ketika ujian Rully ini mendapat tempat terbaik di negara bagian NRW, dan mendapat hadiah boleh ikut pelatihan extra, seharga beberapa ribu DM per tahun.

Setelah menyelesaikan Ausbildung, dia memilih bekerja di Bullhof. Biasanya setelah Ausbildung, orang bebas menentukan apakah dia akan bekerja di persh itu atau tidak. Walau dia sudah mendapat gaji selama Ausbildung (jadi mirip "beasiswa") tetapi tanpa ikatan dinas. Jadi setelah menyelesaikan Ausbildung di perusahaan tersebut, orang boleh memilih untuk tetap bekerja di perusahaan itu atau mencari perusahaan lain. Dengan tetap bekerja tetap di Bullhof, Ruly meneruskan sekolahnya. Karena bekerja pagi hari hingga siang, dia memilih meneruskan di Abendgymnasium (sekolah malam). Setelah kurang lebih 2 tahun dia kini telah mengantongi ijazah Abitur, dengan kata lain dia sekarang berhak untuk masuk ke Universitas. Tetapi hal itu tidak dilakukan karena dia ingin melakukan beberapa hal sebelum masuk ke Uni.

Tahun depan, karena dia pernah mendapat hadiah untuk ikut pelatihan gratis tersebut, Ruly memilih untuk mengambil kursus bahasa Inggris di luar negeri. Pilihannya mungkin di USA. Melihat negeri lain ini lazim dilakukan siswa/mahasiswa Jerman, biasanya mereka memilih kesempatan untuk melakukan Auslandstudium (belajar 1 atau 2 semester di luar negeri) ataupun Auslandpraxis (praktek kerja di luar negeri). Hal ini mereka lakukan sendiri, dan harus dibiayai sendiri (bukan kewajiban sih, tetapi seperti menjadi keharusan). Kadang demi menangguk pengalaman Auslandstudium ini, para mahasiswa harus mengencangkan ikat pinggang, bekerja paruh waktu dan lain sebagainya. Yang namanya mengirit demi bisa ke luar negeri, sangat mengirit sekali. Dari pagi sampai malam hanya makan roti gelap yang murah. Tetapi mereka sadar bahwa ini semua untuk masa depan mereka, maka mereka rela melakukannya.

Di samping karena ingin mengikuti kursus, Ruly juga perlu menunggu agar bisa memperoleh Bafog. Bafog adalah salah satu bantuan dana dari pemerintah untuk orang di Jerman agar dapat melanjutkan kuliah. Bafog ini dapat diperoleh dengan dua cara, misal dengan melihat penghasilan orang tua. Sehingga hanya mereka yang memiliki orang tua penghasilan pas-pasan (ukuran Jerman) saja, yang akan memperoleh Bafog. Tetapi Bafog ini juga bisa diperoleh tanpa terkait dengan penghasilan orang tua yaitu setelah orang tersebut bekerja minimal 6 tahun.

Setelah memperoleh BaFog maka dia bisa kuliah dengan lebih tenang, karena setiap bulan akan memperoleh dana untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sedangkan untuk uang kuliah tidaklah menjadi masalah, karena di Jerman uang kuliah adalah gratis, baik untuk warga negara Jerman ataupun bukan. Tetapi ini bersifat pinjaman, yang harus dikembalikan ke pemerintah setelah mahasiswa tersebut bekerja. Mahasiswa juga ada batasan, selama berapa lama dapat memperoleh dana Bafog ini.

Jadi dalam benak seorang "lulusan SMA" di Jerman ini, tidak hanya ada jalur yang tunggal, yaitu selesai SMA, lalu kuliah. Sehingga timbul kesan pokoknya kuliah, nggak tahu kuliah apa, yang penting nggak malu dengan tetangga. Mau berangkat kuliah terus di kampus cuma he. he. he. di lapangan parkir itu nggak penting, yang penting harus kuliah setelah lulus SMA. Titik... karena kuliah penting.. untuk pergaulan.

Ausbildung ini salah satu model pendidikan yang "khas" di Jerman. Merupakan salah satu pola kerjasama "win-win" baik bagi perusahaan ataupun tenaga kerja. Tampak bahwa, pengembangan pendidikan di Jerman ini bebannya dibagi, tidak saja menjadi tugas lembaga pendidikan, tetapi juga masyarakat dan industri. Masyarakat (mahasiswa) dalam hal ini sudah bertanggung jawab untuk memperkaya pengetahuannya misal dengan berinisiatif mencari kesempatan Auslandpraktikum ataupun Auslandsemester.

Industri merasa bertanggung-jawab dengan menyediakan bantuan untuk pendidikan, tempat untuk Ausbildung, dan sebagainya. Jadi industri tidak hanya "teriak-teriak" lulusan Universitas tidak siap pakai, tetapi juga aktif membantu lembaga pendidkan (Uni atau FH), membantu masyarakat agar bisa jadi siap pakai. Memang terasa seperti mau enaknya sendiri, kalau industri tinggal enaknya saja menerima tenaga siap pakai, tetapi sedikit memberikan bantuan ke lembaga pendidikan untuk mempersiapkan anak didik. Bukan berarti Industri itu "panti asuhan", tetapi memang mereka menganggap semua itu adalah investasi masa depan. Sedangkan pemerintah relatif hanya menyediakan peraturan yang memayungi dan memfasilitas agar proses ini dapat berjalan dengan mulus.

Mungkin itu disebabkan Jerman memiliki model relasi industri-tenaga kerja yang berbeda dengan negara lain. Kali lain mungkin saya akan melamunkan masalah perbedaan ini.

Bielefeld, 21 Juni 2002
I M W

dari http://nakula.rvs.uni-bielefeld.de/~made/

############################################################################

Jadi agak malu kalau melihat paragraf keempat dari belakang, semoga aku bukan salah satu yang beliau maksud, ya?

--
komentar atau apapun selalu dinanti...