Yap, tiga hari terhitung Kamis (11. September) kemarin sampai Sabtu ini, tak berbuka aku bersama Ayah, Ibu, Ica dan Ifa, juga Iqbal, Bundo dan Nenek Utih di rumah. Memang agak jarang sih, sampai harus berbuka di jalan, atau di kampus, atau di manalah. Selain jadwal kuliah yang, ehm, menguntungkan (jadi bisa menunggu waktu berbuka sembari mencari ilmu, begitu), aku lebih nyaman berbuka di rumah, dengan teh manis yang ditimpa tiga-empat butir es batu dan beberapa butir kurma. Yah, bersyukur aku karena masih banyak orang yang, karena satu dan lain hal jadi tidak dapat berbuka bersama keluarga yang mereka sayangi. Sabar ya, Ka Ve, juga semua yang senasib dengan Ka Ve.. (",)
Jadi, semua dimulai dari Kamis, 11. September 2008. Tepat pada tanggal itu, Nenekku dan Bulik (tante-)ku berulangtahun pada hari itu. Jadilah kemarin aku pulang lebih awal dari kampus, meninggalkan Panji, Irul dan Amri alias Amoy menjaga IT (Linux) Fair di Lobi Fakultas. Setibanya di rumah, mandi sebentar padahal badan masih panas, dan berangkat bersama Ifa dan Iqbal. Setibanya di rumah Mbah Ti (nenekku), tiada kutemui beliau, yang ada justru Syamil --keponakanku yang lucu walaupun, ehm, agak "unik"-- dan Mbak Lis, yang dipekerjakan membantu dan menemani Mbah Ti di rumah.
Yah, kebetulan. Jarang-jarang si Syamil kami temukan sendiri tanpa Ibunya --Mbak Lia-- yang pergi mngajar. Jadilah selama sekitar satu jam itu Syamil kami jadikan "mainan" dengan segala polahnya yang lucu. Mulai dari berkelojotan di atas kasur --yang akhirnya membuat dia bergerak maju, membuat dia mengejar ponselnya Ifa, bicara dengan bahasa bayi yang tak kumengerti, dan semuanya. Duh... Masih lamakah kan kutemui Ibu untuk (bakal) anak-anakku? (>_<)
Dan, saat waktu Maghrib mendekat, aku, Ifa, dan Iqbal --Juga Syamil dan Ibunya, serta Mas Syahrul-- berangkat menuju rumah Bulikku, tempat diadakannya acara buka bersama keluarga ini, yang jaraknya tak sepelemparan batu dari rumah Mbah Ti. Ibu, Ica, Ayah belum datang. Masih tertahan di jalan, pada saat itu. Yang jelas, saat kami membuka pintu rumah Bulik Eti' itu, langsung kami temukan Mbah Ti dan Bulik dan ucapan selamat serta doa dan peluk cium kami curahkan untuk mereka. Semoga diberikan kesehatan, dan diberkahi usianya.
Oh iya, ada lagi 'adik'ku di rumah itu. Di dalam tanda kutip karena memang hitung-hitungannya agak jauh dariku. Jadi, dia itu anak dari keponakan Mbah Ti, begitu. Ah, makin jadilah itu desir aneh di jantung. "Aku kapan yaa??" Hmm... Ah, sudahlah.. Sabar, karena semua ada waktunya, bukan? Sabar lah, Jang...
Ya, selepas Maghrib, lengkaplah keluarga kecil tapi besar kami ini. Ada Mbah Ti (minus Mbah Kung yang berpulang tepat pada hari Pemilihan Umum Legislatif 2004, pada 5. April malam), Ayah-Ibu serta aku-Ica-Ifa, Bulik Eti' dan Om Pendi serta De' Indi dan De' Citra (minus Lutfi, alias Upik yang masih sekolah di Sukabumi), serta Bulik Tonik dan De' Adit-De' Pipit plus Mbak Lia-Mas Syahrul dan Syamil. Sebagai bonus, ada Tante Ambar (anak angkat Mbah Kung dan Mbah Ti) serta Dylan, anak kedua beliau dari pernikahannya dengan Om Joe, seorang ekspatriat, juga ada Om Nanu dan Tante Dewi serta anak mereka Darel, juga Mas Lilik dan Mbak Vina, serta si kecil Adi. Duh... Bayi lagi, bayi lagi... Ampun deh...
Well, ceritanya menu utamanya adalah gulai jeroan, isinya babat, kerongkongan (sapi) dan semacamnya dalam kuah gulai yang kuning kental. Yah, biarpun belum semantap buatan Mbah Ti yang biasanya tersaji saat 'Id Fitri, tapi usaha Bulik Eti' patut dapat jempol deh, he he he.. Better luck next time, ya, Bulik? (n_n). Kemudian, selepas Isya', atas inisiatif Mbak Lia, dinyalakanlah DVD karaoke dan keluarlah berbagai-bagai suara. Dari "Sulis" à la Mbak Lia, "Ebiet"-nya Mas Syahrul, "Tetty Kadi"-nya Bulik Eti', tak ketinggalan Mas Lilik yang sedang batuk pun menyumbangkan satu lagu. Ya, me-nyum-bang-kan, me + sumbang +kan, dengan artian membuat satu lagu --"Manusia Bodoh", ADA Band-- jadi sumbang, he he... Banyak istirahat Mas Lilik, nanti kalau sudah sehat dicoba lagi. Dan penutupnya adalah koor(dinasi, he he) Ayah-aku, dengan "My Way" dari Frank Sinatra. (Kemudian terdengar tepuk tangan membahana, ups... Yang terakhir ini cuma mengarang saja, he he...).
Yah, foto-fotonya ada di kamera Tante Ambar. Aku juga ada sih, tapi masih dalam rol film yang besok akan naik cetak. Memang kadang agak sulit juga punya kamera film, tapi tak mengapalah.. Biar sekalian saat berangkat menuju ke SMP-ku di sebelah UNJ besok sekalian akan kucetak hasil foto kemarin dan kubeli rol baru. Duh... Scanner mahal sekali... Biar menumpang memindai di Jurusan saja lah, nanti akan kuunggah di tulisan ini, atau mungkin satu tulisan sendiri, supaya puas, he he he.. Oh iya, satu yang kupegang, fotografer "haram" difoto, jadi... Tak ada aku di banyak foto yang sudah dihasilkan kamera tua ayah itu. (^_^)
Ah, tidur Rif. Besok biar kutuliskan acara BUBAR (Buka pUasa BAReng) Metal 2005, sejauh yang kuingat. Ah, kawan-kawanku.. Waktu berlari tanpa terasa. Semoga itu bukan yang terakhir, dan bersama kita selalu mencapai tujuan yang besar yang diucap "Si Mbah" 'Aliq itu. (",). Sudah, sudah.. Topik Malam sudah berakhir, saatnya istirahat (sementara). 'Mat malam dan Assalamu'alaykum warahmatullahi. (^_^).
F I N
written 'til 23.59 WIB
Jadi, semua dimulai dari Kamis, 11. September 2008. Tepat pada tanggal itu, Nenekku dan Bulik (tante-)ku berulangtahun pada hari itu. Jadilah kemarin aku pulang lebih awal dari kampus, meninggalkan Panji, Irul dan Amri alias Amoy menjaga IT (Linux) Fair di Lobi Fakultas. Setibanya di rumah, mandi sebentar padahal badan masih panas, dan berangkat bersama Ifa dan Iqbal. Setibanya di rumah Mbah Ti (nenekku), tiada kutemui beliau, yang ada justru Syamil --keponakanku yang lucu walaupun, ehm, agak "unik"-- dan Mbak Lis, yang dipekerjakan membantu dan menemani Mbah Ti di rumah.
Yah, kebetulan. Jarang-jarang si Syamil kami temukan sendiri tanpa Ibunya --Mbak Lia-- yang pergi mngajar. Jadilah selama sekitar satu jam itu Syamil kami jadikan "mainan" dengan segala polahnya yang lucu. Mulai dari berkelojotan di atas kasur --yang akhirnya membuat dia bergerak maju, membuat dia mengejar ponselnya Ifa, bicara dengan bahasa bayi yang tak kumengerti, dan semuanya. Duh... Masih lamakah kan kutemui Ibu untuk (bakal) anak-anakku? (>_<)
Dan, saat waktu Maghrib mendekat, aku, Ifa, dan Iqbal --Juga Syamil dan Ibunya, serta Mas Syahrul-- berangkat menuju rumah Bulikku, tempat diadakannya acara buka bersama keluarga ini, yang jaraknya tak sepelemparan batu dari rumah Mbah Ti. Ibu, Ica, Ayah belum datang. Masih tertahan di jalan, pada saat itu. Yang jelas, saat kami membuka pintu rumah Bulik Eti' itu, langsung kami temukan Mbah Ti dan Bulik dan ucapan selamat serta doa dan peluk cium kami curahkan untuk mereka. Semoga diberikan kesehatan, dan diberkahi usianya.
Oh iya, ada lagi 'adik'ku di rumah itu. Di dalam tanda kutip karena memang hitung-hitungannya agak jauh dariku. Jadi, dia itu anak dari keponakan Mbah Ti, begitu. Ah, makin jadilah itu desir aneh di jantung. "Aku kapan yaa??" Hmm... Ah, sudahlah.. Sabar, karena semua ada waktunya, bukan? Sabar lah, Jang...
Ya, selepas Maghrib, lengkaplah keluarga kecil tapi besar kami ini. Ada Mbah Ti (minus Mbah Kung yang berpulang tepat pada hari Pemilihan Umum Legislatif 2004, pada 5. April malam), Ayah-Ibu serta aku-Ica-Ifa, Bulik Eti' dan Om Pendi serta De' Indi dan De' Citra (minus Lutfi, alias Upik yang masih sekolah di Sukabumi), serta Bulik Tonik dan De' Adit-De' Pipit plus Mbak Lia-Mas Syahrul dan Syamil. Sebagai bonus, ada Tante Ambar (anak angkat Mbah Kung dan Mbah Ti) serta Dylan, anak kedua beliau dari pernikahannya dengan Om Joe, seorang ekspatriat, juga ada Om Nanu dan Tante Dewi serta anak mereka Darel, juga Mas Lilik dan Mbak Vina, serta si kecil Adi. Duh... Bayi lagi, bayi lagi... Ampun deh...
Well, ceritanya menu utamanya adalah gulai jeroan, isinya babat, kerongkongan (sapi) dan semacamnya dalam kuah gulai yang kuning kental. Yah, biarpun belum semantap buatan Mbah Ti yang biasanya tersaji saat 'Id Fitri, tapi usaha Bulik Eti' patut dapat jempol deh, he he he.. Better luck next time, ya, Bulik? (n_n). Kemudian, selepas Isya', atas inisiatif Mbak Lia, dinyalakanlah DVD karaoke dan keluarlah berbagai-bagai suara. Dari "Sulis" à la Mbak Lia, "Ebiet"-nya Mas Syahrul, "Tetty Kadi"-nya Bulik Eti', tak ketinggalan Mas Lilik yang sedang batuk pun menyumbangkan satu lagu. Ya, me-nyum-bang-kan, me + sumbang +kan, dengan artian membuat satu lagu --"Manusia Bodoh", ADA Band-- jadi sumbang, he he... Banyak istirahat Mas Lilik, nanti kalau sudah sehat dicoba lagi. Dan penutupnya adalah koor(dinasi, he he) Ayah-aku, dengan "My Way" dari Frank Sinatra. (Kemudian terdengar tepuk tangan membahana, ups... Yang terakhir ini cuma mengarang saja, he he...).
Yah, foto-fotonya ada di kamera Tante Ambar. Aku juga ada sih, tapi masih dalam rol film yang besok akan naik cetak. Memang kadang agak sulit juga punya kamera film, tapi tak mengapalah.. Biar sekalian saat berangkat menuju ke SMP-ku di sebelah UNJ besok sekalian akan kucetak hasil foto kemarin dan kubeli rol baru. Duh... Scanner mahal sekali... Biar menumpang memindai di Jurusan saja lah, nanti akan kuunggah di tulisan ini, atau mungkin satu tulisan sendiri, supaya puas, he he he.. Oh iya, satu yang kupegang, fotografer "haram" difoto, jadi... Tak ada aku di banyak foto yang sudah dihasilkan kamera tua ayah itu. (^_^)
Ah, tidur Rif. Besok biar kutuliskan acara BUBAR (Buka pUasa BAReng) Metal 2005, sejauh yang kuingat. Ah, kawan-kawanku.. Waktu berlari tanpa terasa. Semoga itu bukan yang terakhir, dan bersama kita selalu mencapai tujuan yang besar yang diucap "Si Mbah" 'Aliq itu. (",). Sudah, sudah.. Topik Malam sudah berakhir, saatnya istirahat (sementara). 'Mat malam dan Assalamu'alaykum warahmatullahi. (^_^).
F I N
written 'til 23.59 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar