Kamis, 25 September 2008

Mau ke Monas

Sebuah grup musik asal Bandung (betul yah?) --The Changcuters-- menulis lagu berjudul "Hijrah ke London". Hihihi, seperti beberapa lagunya sebelumnya, liriknya sederhana, musiknya serasa iringan, umm.. Begitulah pokoknya, aku tak mengerti musik. Yang jelas, dalam syairnya, ada baris kata-kata, "London... Ku ingin pergi ke sana...". Yah, terserah deh apa kata kalian, yang jelas sekarang ini, "ku ingin pergi ke Monas".

Hmm... Kenapa Monas? Entahlah, tiba-tiba terlintas saja di kepalaku tugu bertatahkan emas tak jauh dari gedung Istana Negara dan Masjid Istiqlal ini. Kalau dipaksakan mengorek kepala lagi, mungkin ada beberapa alasan yang bisa kukemukakan. Pertama, aku butuh matahari! Ihh... Bukan berarti aku sehari-hari mengendap di tempat tidur atau di atas kursi di belakang layar yah, tapi sekarang-sekarang ini, memang aku lebih banyak ada dalam ruangan. Kuliah, dalam ruangan, TA, dalam laboratorium, selepas jam kuliah, tidur di rumah, he he he..

Kedua, aku ingin menghabiskan rol terakhirku semester ini. Yap, sejak 'menghidupkan kembali' kamera ayah, aku jadi agak-agak terobsesi dengannya. Hanya saja, karena ukuran dan bentuknya yang agak luar biasa, jadilah rasanya canggung mengeluarkan kamera itu untuk jepret sana sini. Salah-salah disangka pewarta foto nanti.. Jadi, menurutku tempat di mana kamera semacam itu tidaklah sedemikian mencolok adalah tempat wisata, dan seperti kubilang sebelumnya, yang terlintas pertama kali adalah: Monas! Lagipula setelah ini, aku juga akan (berusaha) mengurangi jatah ber-CM dan pelbagai keriaan lain demi lekas tuntasnya TA-ku, Amin...

Ketiga, apa yah? Sudah lama aku tak mengunjungi Monas (baca: dan tempat mencari angin lain, sebut saja, um.. Taman Mini, Ragunan --yang cuma sepelemparan batu dari rumah, bahkan Mal-mal dan toko-toko buku). Terakhir itu, duh, aku lupa. Yang jelas saat itu aku ke sana bersama Ibu, juga Ica, Ifa, dan Iqbal sepupuku. Menyenangkan sekali memandang luas dari puncak Nonas. Nyata sekali Jakarta semakin --sesuai keterangan di situs Pemerintah Provinsi DKI Jakarta-- padat dan semrawut. Rasanya seperti, apa ya, mungkin burung yang terbang tinggi, bebas --meskipun terkungkung troposfer tentu saja--, memandang ke mana ia suka.. Loh, kok seperti iklan salah satu partai politik ya? He he.. Semua itu hanya kebetulan belaka dan tidak ada kesengajaan kok.

Yah, jangan heran untuk kamu yang tidak di Jakarta. Jangan mengambil kesimpulan "Setiap warga Jakarta pernah berkunjung ke objek wisata di Jakarta". Tidak secepat itu. Ragunan saja, yang kusebut hanya sepelemparan batu dari rumahku, sudah tak pernah kukunjungi sejak lama. Bahkan terakhir kuingat berkunjung adalah ketika Pusat Primata Schmutzer, yang (kata orang) keren, belum selesai dibangun. Padahal setelah itu, Ragunan seperti menemukan kosmetik yang baru dan tampil lebih menarik menurutku... Dari luar tentu saja. ^_^

Jadi, ada yang mau ke Monas juga? Kutunggu di sana, sekitar akhir pekan (Sabtu-Ahad) atau Senin mendatang... Minta dibayarkan? Hey... Aku saja berencana menunjukkan Kartu Mahasiswaku waktu membayar tiket, kok kamu minta dibayarkan? Huh!! Dasar... Bayar sendiri dong! Kecuali kamu rela mencuci-cetakkan rol film berisi gambar-gambar sekitar Monas dan kemudian memindaikannya biar bisa kuunggah di sini, di halamanku yang tak seberapa ini. He he... (n_n) Selamat berbuka puasa, omong-omong, sebentar lagi...


F I N
written on 25. Sep 2008, 17.37 WIB
Du di dum... Monas, aku datang dengan kamera berbaterai baru. :-)
Sayangnya aku perlu menabung seumur hidup kalau ingin memiliki sebuah unit pemindai di sisi komputerku. Yahh... :-(

Tidak ada komentar: