Kamis, 19 April 2012

Kalian minta malaikat rupanya?

K'lian kendara melawan itu arus.
K'lian stop jauh tinggalkan itu garis henti.
K'lian tantang itu palang sepur.
K'lian labrak merahnya itu lampu.
K'lian melaju lampaui itu penyeberang di tempatnya menyeberang.
Tapi,
k'lian teriak-teriak "turunkan pemimpin korup"?
K'lian menyeberang 20 meter jauhnya dari itu belang zebra cross
K'lian menyeberang tepat di dasar itu jembatan.
K'lian yang buat itu jembatan berkarat, lalu diangkat.
K'lian padati itu gang bertiga-tiga di depan si terburu.
K'lian lubangi itu pagar median jalan.
K'lian mau cepat, peduli setan itu aturan kesepakatan .
Tapi,
k'lian memaki pemerintah yang k'lian pilih dari k'lian-k'lian juga?

Kalian minta malaikat, rupanya?

--
F  I  N
written on 19. April 2012, 19.50 WIB (GMT +7)
when right things considered wrong, and wrong things get even worse.

Minggu, 15 April 2012

Pensil

Ya, pensil. Siapa dari kamu yang tidak mengenal alat tulis satu ini. Bersama krayon, mungkin pensil adalah alat tulis pertama yang diperkenalkan orang tuamu dan orang tuaku dulu. Selain kertas buku tulis dan gambar, mungkin saja kreativitas kamu atau aku dahulu sempat tersalurkan ke dinding-dinding rumah, atau tempat-tempat lain.

Rasanya, dari dulu hingga sekarang, pensil itu, ya begitu-begitu saja bentuknya. Batang kayu lurus kira-kira sejengkal, melapisi karbon di dalamnya yang akan tertinggal di media tulis.

Seiring bertambah usia, mulailah masuk dalam kehidupanmu dan aku sebentuk benda yang serupa pensil, namun tak lagi berupa kayu sederhana saja. Benda ini, pensil mekanik, lebih seperti selongsong plastik yang di dalamnya ada mekanisme yang bisa menggerakkan dan menahan batang karbon tipis pada lubang kecil di ujungnya.

Hari ini aku mendapat suatu hal yang menggelitik di ruang ujian. Seluruh peserta ujian di ruang tersebut, terkecuali aku, mempergunakan pensil kayu untuk menghitamkan lembar jawaban (membuang waktu, menurutku). Ditambah tema bacaan-bacaan ujian yang menyinggung soal lingkungan hidup, makin lengkap penasaranku.

Pertama, aku tidak memiliki data "usia" pakai rata-rata sebatang pensil kayu. Namun demikian, pada saat penggunaannya ada cukup banyak karbon yang dikikis dari pensil. Pun saat menajamkan pensil tersebut (dengan peranti penyerut, bukan dengan pisau), selain karbon yang ikut terkikis, ada juga remah kayu yang dipisahkan dari pensil.



Perkenalkan rekanku, pekerjaku, dan senjataku setiap ujian seperti itu: Sebatang pensil yang terbeli entah 2 SMA atau 3 SMA (2004 atau 2005 - ya, aku tua -,-). Beberapa kali sempat raib, namun syukurlah masih kembali. Kalau kita ambil perkiraan aman, usia pensil ini sudah lebih kurang 7 tahun. Selama 7 tahun, sekadar jatuh tersenggol sudah biasa. Syukurlah dengan konstruksi plastik keras dan sedikit logam di beberapa titik, pensil masih berfungsi baik hingga kini. Untuk suplai karbon isi pensil, adanya standardisasi diameter lead (isi pensil) menolong kehidupan pensil ini.

Kini coba bayangkan selama 7 tahun; dengan penggunaan normal, berapa banyak pensil kayu yang terpakai? Berapa banyak kayu yang diperlukan? Berapa banyak karbon yang dibutuhkan? Memang tidak semua pensil mekanik setangguh contoh yang kuberikan -- dan tidak semua orang serakus itu juga dengan pensil kayu -- tetapi setidaknya dapat memberikan gambaran.

Kalau boleh memberikan saran untuk ikut serta 'menjaga' keberlangsungan hutan (ini dibesar-besarkan, tetapi mungkin saja), dariku mendukung penggunaan pensil mekanik. Yang konstruksinya baik tentunya, yang diharapkan dapat awet terjaga sampai, entahlah, mungkin bisa diwariskan ke cucumu kelak?

--
F  I  N
written on 15. April 2012, 20:06 WIB (GMT +7)
You know, I always want to leave some legacy behind me.