Minggu, 27 Desember 2015

...

:)

Adapun yang sebelum ini, lupakan.
Andaipun teringat, maka luaskan dadamu, lebarkan senyummu.
Karena ingat, "fikrah" dan "firqah" itu ada sedikit kemiripan.
Apalagi bila makharijul huruf-nya jebluk.

Dan sungguh
baru kali ini kami dapati
seorang laksana cermin
dari tempat yang tidak diduga.

Ibu, Ayah, perkenalkan....

15.3.1437

Minggu, 06 Desember 2015

H -3

Bismillah, walhamdulillah.


Tiga hari lagi.

Tak perlu diungkapkan bagaimana bisa sampai seperti ini. Cukuplah kelak, andaikata ragu melanda, biar aku ingat kembali antusiasmu menyambut kalimat sederhana, jauh dari memikat yang kutuliskan.

Tiga hari lagi, dan yang bisa kulakukan sekarang tak lain menunggu dan bersiap-siap.


25/2/1437
dalam hujan deras menghujam, dengan mata enggan terpejam

Rabu, 28 Oktober 2015

Pernikahan 101: Perkara Kesederajatan (Kufu')


Bismillah, walhamdulillah.
Tulisan berikut ini berasal dari http://almanhaj.or.id/content/1487/slash/0/siapakah-orang-orang-yang-kufu-sama-dan-sederajat-itu/ dengan penyesuaian tata letak.

SIAPAKAH ORANG-ORANG YANG KUFU' (SAMA DAN SEDERAJAT) ITU?

Oleh
Ummu Salamah As-Salafiyah

Allah Ta’ala berfirman.

"Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." [Al-Hujuraat : 13]

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Ayat mulia ini telah dijadikan dalil oleh beberapa ulama yang berpendapat bahwa kafa'ah (sama dan sederajat) di dalam nikah itu tidak dipersyaratkan dan tidak ada yang dipersyaratkan kecuali agama. Hal itu didasarkan pada firman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara kalian.’” [1]. Disampaikan secara ringkas.

Imam al-Bukhari rahimahullah telah membuat bab di dalam kitab Shahiihnya, bab Al-Akiiffaa’ fid Diin dan firman-Nya: 
 
"Artinya : Dan Dia (pula) Yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan kerabat dan adalah Rabbmu Maha Kuasa." [Al-Furqaan : 54]

Abul Yaman memberitahu kami, ia berkata, Syu’aib membe-ritahu kami dari Az-Zuhri, dia berkata, ‘Urwah bin az-Zubair Radhiyallahu anhu memberitahu kami dari ‘Aisyah Radhyallahu anha bahwa Abu Hudzaifah bin ‘Utbah bin Rabi’ah bin ‘Abdi Syams dan dia termasuk yang mati syahid di perang Badar ketika berperang bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat Salim sebagai anak angkat dan menikahkannya dengan anak perempuan saudaranya, yaitu Hindun binti Al-Walid bin ‘Utbah bin Rabi’ah dan [sedangkan] Salim adalah mantan budak dari seorang wanita kaum Anshar, sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat Zaid sebagai anak angkat. Dan orang yang mengangkat seorang anak pada masa Jahiliyyah, orang-orang memanggilnya dengan tambahan nama orang yang mengangkatnya dan diberikan warisan dari harta orang tua angkatnya, sehingga Allah menurunkan ayat:

Artinya : Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka. Itulah yang lebih adil pada sisi Allah dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan mantan-mantan budakmu.” [Al-Ahzaab : 5)]

Kemudian mereka menisbatkan kepada ayah-ayah mereka. Dan orang yang tidak mengetahui ayahnya, maka ia menisbatkan diri kepada mantan budak dan saudara seagama. Lalu Sahlah binti Suhail bin ‘Amr Al-Qurasyi Al-‘Amiri -ia adalah isteri Abu Hudzaifah- mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami pernah melihat Salim seorang anak sementara Allah telah menurunkan padanya apa yang telah engkau ketahui.” Lalu dia menyebutkan hadits:

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Abu Hindun pernah membekam Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di ubun-ubun, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Artinya : Wahai Bani Bayadhah, nikahkanlah Abu Hindun dan nikah-kanlah ia kepada (keturunan) Bani Bayadhah…” [Hadits Riwayat. Abu Dawud dengan sanad yang hasan]

Al-Khaththabi di dalam kitab Ma’aalimus Sunan (XIII/177) mengatakan, “Di dalam hadits ini terdapat hujjah bagi Malik dan orang yang berpegang pada pendapatnya bahwa kafa-ah itu pada agama saja dan tidak yang lainnya. Abu Hindun adalah budak yang dimerdekakan Bani Bayadhah dan bukan dari kalangan mereka.”

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Ada yang bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling mulia?’ Beliau menjawab, ‘Yang paling bertakwa di antara mereka.’” [Muttafaq ‘alaih]

Dari Sahal bin Sa’ad as-Sa’idi Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Ada seseorang berjalan melewati Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bertanya kepada seseorang yang duduk di sisinya, ‘Bagaimana pendapatmu mengenai orang ini?’ Dia menjawab, ‘Dia dari kalangan orang-orang terhormat (kaya). Orang ini, demi Allah, sangat pantas jika dia melamar, maka tidak akan ditolak dan jika minta syafa’at, maka akan diberi.’ Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diam. Kemudian ada orang lain lagi yang lewat, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya, ‘Lalu bagaimana pendapatmu mengenai orang ini?’ Dia menjawab, ‘Wahai Rasulullah, orang ini adalah termasuk golongan kaum muslimin yang fakir. Orang ini jika melamar, maka tidak akan diterima dan jika (ingin) menjadi suami, maka tidak akan diberi serta jika berbicara, maka tidak didengarkan ucapannya.’ Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

Artinya : Orang ini (yang fakir) lebih baik daripada seisi bumi seperti orang itu (yang kaya).” [Hadits Riwyat Al-Bukhari]

[Disalin dari buku Al-Intishaar li Huquuqil Mu’minaat, Edisi Indonesia Dapatkan Hak-Hakmu Wahai Muslimah, Penulis Ummu Salamah As-Salafiyyah, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Penerjemah Abdul Ghoffar EM]


Footnote:

[1]. Tafsir Ibnu Katsir (IV/230)

Sabtu, 17 Oktober 2015

Pernikahan 101: Konsep Islam Tentang Pernikahan

Bismillah, walhamdulillah.

Tulisan disalin secara keseluruhan dari: http://almanhaj.or.id/content/173/s... dengan penandaan seperlunya, serta penyesuaian kalimat.

KONSEP ISLAM TENTANG PERKAWINAN

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
 

MUQADIMAH

Persoalan perkawinan adalah persoalan yang selalu aktual dan selalu menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat dan hajat hidup manusia yang asasi saja tetapi juga menyentuh suatu lembaga yang luhur dan sentral yaitu rumah tangga. Luhur, karena lembaga ini merupakan benteng bagi pertahanan martabat manusia dan nilai-nilai ahlaq yang luhur, dan sentral karena lembaga itu memang merupakan pusat bagi lahir dan tumbuhnya Bani Adam, yang kelak mempunyai peranan kunci dalam mewujudkan kedamaian dan kemakmuran di bumi ini. Menurut Islam, Bani Adamlah yang memperoleh kehormatan untuk memikul amanah Ilahi sebagai khalifah di muka bumi, sebagaimana firman Allah Ta'ala.
 
"Artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat : "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata : "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau ?. Allah berfirman : "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". [Al-Baqarah : 30].
 
Perkawinan bukanlah persoalan kecil dan sepele, tapi merupakan persoalan penting dan besar. 'Aqad nikah (perkawinan) adalah sebagai suatu perjanjian yang kokoh dan suci (mitsaqon gholidhoo), sebagaiman firman Allah Ta'ala.
 
"Artinya : Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami istri dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat". [An-Nisaa' : 21].
 
Karena itu, diharapkan semua pihak yang terlibat di dalamnya, khususnya suami istri, memelihara dan menjaganya secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab. 
 
Agama Islam telah memberikan petunjuk yang lengkap dan rinci terhadap persoalan perkawinan. Mulai dari anjuran menikah, cara memilih pasangan yang ideal, melakukan khitbah (peminangan), bagaimana mendidik anak, serta memberikan jalan keluar jika terjadi kemelut dalam rumah tangga, sampai dalam proses nafaqah dan harta waris, semua diatur oleh Islam secara rinci dan detail.
 
Selanjutnya untuk memahami konsep Islam tentang perkawinan, maka rujukan yang paling sah dan benar adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah Shahih (yang sesuai dengan pemahaman Salafus Shalih -pen), yang dengan rujukan ini kita akan dapati kejelasan tentang aspek-aspek perkawinan maupun beberapa penyimpangan dan pergeseran nilai perkawinan yang terjadi di masyarakat kita.  
 
Tidak semua persoalan dapat penulis tuangkan dalam tulisan ini, melainkan hanya beberapa persoalan yang perlu dibahas yaitu tentang : Fitrah Manusia, Tujuan Perkawinan dalam Islam, Tata Cara Perkawinan dan Penyimpangan Dalam Perkawinan.

PERKAWINAN ADALAH FITRAH KEMANUSIAAN

Agama Islam adalah agama fithrah, dan manusia diciptakan Allah Ta'ala cocok dengan fitrah ini, karena itu Allah Subhanahu wa Ta'ala menyuruh manusia menghadapkan diri ke agama fithrah agar tidak terjadi penyelewengan dan penyimpangan. Sehingga manusia berjalan di atas fitrahnya.  
 
Perkawinan adalah fithrah kemanusiaan, maka dari itu Islam menganjurkan untuk menikah, karena pernikahan merupakan gharizah insaniyah (naluri kemanusiaan). Bila gharizah ini tidak dipenuhi dengan jalan yang sah yaitu perkawinan, maka ia akan mencari jalan-jalan syetan yang banyak menjerumuskan ke lembah hitam. Firman Allah Ta'ala. 
 
"Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah) ; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus ; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". [Ar-Ruum : 30].

A. Islam Menganjurkan Nikah

Islam telah menjadikan ikatan perkawinan yang sah berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai satu-satunya sarana untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang sangat asasi, dan sarana untuk membina keluarga yang Islami. Penghargaan Islam terhadap ikatan perkawinan besar sekali, sampai-sampai ikatan itu ditetapkan sebanding dengan separuh agama. Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata : "Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam : 
 
"Artinya : Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi". [Hadist Riwayat Thabrani dan Hakim]

B. Islam Tidak Menyukai Membujang

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk menikah dan melarang keras kepada orang yang tidak mau menikah. Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata : "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk menikah dan melarang kami membujang dengan larangan yang keras". Dan beliau bersabda : 
 
"Artinya : Nikahilah perempuan yang banyak anak dan penyayang. Karena aku akan berbanggga dengan banyaknya umatku dihadapan para Nabi kelak di hari kiamat". [Hadits Riwayat Ahmad dan di shahihkan oleh Ibnu Hibban] 
 
Pernah suatu ketika tiga orang shahabat datang bertanya kepada istri-istri Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang peribadatan beliau, kemudian setelah diterangkan, masing-masing ingin meningkatkan peribadatan mereka. Salah seorang berkata : Adapun saya, akan puasa sepanjang masa tanpa putus. Dan yang lain berkata : Adapun saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan kawin selamanya .... Ketika hal itu di dengar oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau keluar seraya bersabda : 
 
"Artinya : Benarkah kalian telah berkata begini dan begitu, sungguh demi Allah, sesungguhnya akulah yang paling takut dan taqwa di antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan aku berbuka, aku shalat dan aku juga tidur dan aku juga mengawini perempuan. Maka barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia tidak termasuk golongannku".[Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]. 
 
Orang yang mempunyai akal dan bashirah tidak akan mau menjerumuskan dirinya ke jalan kesesatan dengan hidup membujang. Kata Syaikh Hussain Muhammad Yusuf : "Hidup membujang adalah suatu kehidupan yang kering dan gersang, hidup yang tidak mempunyai makna dan tujuan. Suatu kehidupan yang hampa dari berbagai keutamaan insani yang pada umumnya ditegakkan atas dasar egoisme dan mementingkan diri sendiri serta ingin terlepas dari semua tanggung jawab"
 
Orang yang membujang pada umumnya hanya hidup untuk dirinya sendiri. Mereka membujang bersama hawa nafsu yang selalu bergelora, hingga kemurnian semangat dan rohaninya menjadi keruh. Mereka selalu ada dalam pergolakan melawan fitrahnya, kendatipun ketaqwaan mereka dapat diandalkan, namun pergolakan yang terjadi secara terus menerus lama kelamaan akan melemahkan iman dan ketahanan jiwa serta mengganggu kesehatan dan akan membawanya ke lembah kenistaan. 
 
Jadi orang yang enggan menikah baik itu laki-laki atau perempuan, maka mereka itu sebenarnya tergolong orang yang paling sengsara dalam hidup ini. Mereka itu adalah orang yang paling tidak menikmati kebahagian hidup, baik kesenangan bersifat sensual maupun spiritual. Mungkin mereka kaya, namun mereka miskin dari karunia Allah. 
 
Islam menolak sistem kerahiban karena sistem tersebut bertentangan dengan fitrah kemanusiaan, dan bahkan sikap itu berarti melawan sunnah dan kodrat Allah Ta'ala yang telah ditetapkan bagi mahluknya. Sikap enggan membina rumah tangga karena takut miskin adalah sikap orang jahil (bodoh), karena semua rezeki sudah diatur oleh Allah sejak manusia berada di alam rahim, dan manusia tidak bisa menteorikan rezeki yang diakaruniakan Allah, misalnya ia berkata : "Bila saya hidup sendiri gaji saya cukup, tapi bila punya istri tidak cukup ?!". 
 
Perkataan ini adalah perkataan yang batil, karena bertentangan dengan ayat-ayat Allah dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah memerintahkan untuk kawin, dan seandainya mereka fakir pasti Allah akan membantu dengan memberi rezeki kepadanya. Allah menjanjikan suatu pertolongan kepada orang yang nikah, dalam firman-Nya : 
 
"Artinya : Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui". [An-Nur : 32] .  
 
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menguatkan janji Allah itu dengan sabda beliau
 
"Artinya : Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka, dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya". [Hadits Riwayat Ahmad 2 : 251, Nasa'i, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits No. 2518, dan Hakim 2 : 160 dari shahabat Abu Hurairah radliyallahu 'anhu].  
 
Para Salafus-Shalih sangat menganjurkan untuk nikah dan mereka anti membujang, serta tidak suka berlama-lama hidup sendiri
 
Ibnu Mas'ud radliyallahu 'anhu pernah berkata : "Jika umurku tinggal sepuluh hari lagi, sungguh aku lebih suka menikah daripada aku harus menemui Allah sebagai seorang bujangan". [Ihya Ulumuddin dan Tuhfatul 'Arus hal. 20].

TUJUAN PERKAWINAN DALAM ISLAM

[1] Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi 

Sebelumnya telah kami sebutkan bahwa perkawinan adalah fitrah manusia, dan jalan satu-satunya yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini yaitu dengan aqad nikah (melalui jenjang perkawinan), bukan dengan cara yang amat kotor menjijikan seperti cara-cara orang sekarang ini dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.

[2] Untuk Membentengi Ahlak Yang Luhur

Sasaran utama dari disyari'atkannya perkawinan dalam Islam di antaranya ialah untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang telah menurunkan dan meninabobokan martabat manusia yang luhur. Islam memandang perkawinan dan pembentukan keluarga sebagai sarana efektif untuk memelihara pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : 
 
"Artinya : Wahai para pemuda ! Barangsiapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat membentengi dirinya". [Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa'i, Darimi, Ibnu Jarud dan Baihaqi]. 

[3] Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami

 Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa Islam membenarkan adanya Thalaq (perceraian), jika suami istri sudah tidak sanggup lagi menegakkan batas-batas Allah, sebagaimana firman Allah dalan ayat berikut : 
 
"Artinya : Thalaq (yang dapat dirujuki) dua kali, setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang bail. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang dhalim". [Al-Baqarah : 229]. 
 
Yakni keduanya sudah tidak sanggup melaksanakan syari'at Allah. Dan dibenarkan rujuk (kembali nikah lagi) bila keduanya sanggup menegakkan batas-batas Allah. Sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah lanjutan ayat di atas : 
 
"Artinya : Kemudian jika si suami menthalaqnya (sesudah thalaq yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dikawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami yang pertama dan istri) untuk kawin kembali, jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah, diterangkannya kepada kaum yang (mau) mengetahui ". [Al-Baqarah : 230] 
 
 Jadi tujuan yang luhur dari pernikahan adalah agar suami istri melaksanakan syari'at Islam dalam rumah tangganya. Hukum ditegakkannya rumah tangga berdasarkan syari'at Islam adalah wajib. Oleh karena itu setiap muslim dan muslimah yang ingin membina rumah tangga yang Islami, maka ajaran Islam telah memberikan beberapa kriteria tentang calon pasangan yang ideal, yaitu: Harus Kafa'ah dan Shalihah.
 
  [a] Kafa'ah Menurut Konsep Islam 
Pengaruh materialisme telah banyak menimpa orang tua. Tidak sedikit zaman sekarang ini orang tua yang memiliki pemikiran, bahwa di dalam mencari calon jodoh putra-putrinya, selalu mempertimbangkan keseimbangan kedudukan, status sosial dan keturunan saja. Sementara pertimbangan agama kurang mendapat perhatian. Masalah Kufu' (sederajat, sepadan) hanya diukur lewat materi saja.  
 
Menurut Islam, Kafa'ah atau kesamaan, kesepadanan atau sederajat dalam perkawinan, dipandang sangat penting karena dengan adanya kesamaan antara kedua suami istri itu, maka usaha untuk mendirikan dan membina rumah tangga yang Islami insya Allah akan terwujud. Tetapi kafa'ah menurut Islam hanya diukur dengan kualitas iman dan taqwa serta ahlaq seseorang, status sosial, keturunan dan lain-lainnya. Allah memandang sama derajat seseorang baik itu orang Arab maupun non Arab, miskin atau kaya. Tidak ada perbedaan dari keduanya melainkan derajat taqwanya [Al-Hujurat : 13]
 
"Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang-orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". [Al-Hujurat : 13].
 
Dan mereka tetap sekufu' dan tidak ada halangan bagi mereka untuk menikah satu sama lainnya. Wajib bagi para orang tua, pemuda dan pemudi yang masih berfaham materialis dan mempertahanakan adat istiadat wajib mereka meninggalkannya dan kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah Nabi yang Shahih. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam : 
 
"Artinya : Wanita dikawini karena empat hal : Karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih karena agamanya (ke-Islamannya), sebab kalau tidak demikian, niscaya kamu akan celaka". [Hadits Shahi Riwayat Bukhari 6:123, Muslim 4:175]  
 
[b] Memilih Yang Shalihah 
Orang yang mau nikah harus memilih wanita yang shalihan dan wanita harus memilih laki-laki yang shalih. Menurut Al-Qur'an wanita yang shalihah ialah : 
 
"Artinya : Wanita yang shalihah ialah yang ta'at kepada Allah lagi memelihara diri bila suami tidak ada, sebagaimana Allah telah memelihara (mereka)". [An-Nisaa : 34] 
 
Menurut Al-Qur'an dan Al-Hadits yang Shahih di antara ciri-ciri wanita yang shalihah ialah:  
 
"Ta'at kepada Allah, Ta'at kepada Rasul, Memakai jilbab yang menutup seluruh auratnya dan tidak untuk pamer kecantikan (tabarruj) seperti wanita jahiliyah (Al-Ahzab : 32), Tidak berdua-duaan dengan laki-laki yang bukan mahram, Ta'at kepada kedua Orang Tua dalam kebaikan, Ta'at kepada suami dan baik kepada tetangganya dan lain sebagainya". 
 
Bila kriteria ini dipenuhi Insya Allah rumah tangga yang Islami akan terwujud. Sebagai tambahan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan untuk memilih wanita yang peranak (banyak keturunannya) dan penyayang agar dapat melahirkan generasi penerus umat.

[4] Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah

Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk beribadah kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama manusia. Dari sudut pandang ini, rumah tangga adalah salah satu lahan subur bagi peribadatan dan amal shalih di samping ibadat dan amal-amal shalih yang lain, sampai-sampai menyetubuhi istri-pun termasuk ibadah (sedekah)
 
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : 
 
"Artinya : Jika kalian bersetubuh dengan istri-istri kalian termasuk sedekah !. Mendengar sabda Rasulullah para shahabat keheranan dan bertanya : "Wahai Rasulullah, seorang suami yang memuaskan nafsu birahinya terhadap istrinya akan mendapat pahala ?" Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab : "Bagaimana menurut kalian jika mereka (para suami) bersetubuh dengan selain istrinya, bukankah mereka berdosa .? "Jawab para shahabat :"Ya, benar". Beliau bersabda lagi : "Begitu pula kalau mereka bersetubuh dengan istrinya (di tempat yang halal), mereka akan memperoleh pahala !". [Hadits Shahih Riwayat Muslim 3:82, Ahmad 5:1167-168 dan Nasa'i dengan sanad yang Shahih]. 

[5] Untuk Mencari Keturunan Yang Shalih 

Tujuan perkawinan di antaranya ialah untuk melestarikan dan mengembangkan bani Adam, Allah berfirman : 
 
"Artinya : Allah telah menjadikan dari diri-diri kamu itu pasangan suami istri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?". [An-Nahl : 72]
 
Dan yang terpenting lagi dalam perkawinan bukan hanya sekedar memperoleh anak, tetapi berusaha mencari dan membentuk generasi yang berkualitas, yaitu mencari anak yang shalih dan bertaqwa kepada Allah
 
Tentunya keturunan yang shalih tidak akan diperoleh melainkan dengan pendidikan Islam yang benar. Kita sebutkan demikian karena banyak "Lembaga Pendidikan Islam", tetapi isi dan caranya tidak Islami. Sehingga banyak kita lihat anak-anak kaum muslimin tidak memiliki ahlaq Islami, diakibatkan karena pendidikan yang salah. Oleh karena itu suami istri bertanggung jawab mendidik, mengajar, dan mengarahkan anak-anaknya ke jalan yang benar
 
Tentang tujuan perkawinan dalam Islam, Islam juga memandang bahwa pembentukan keluarga itu sebagai salah satu jalan untuk merealisasikan tujuan-tujuan yang lebih besar yang meliputi berbagai aspek kemasyarakatan berdasarkan Islam yang akan mempunyai pengaruh besar dan mendasar terhadap kaum muslimin dan eksistensi umat Islam.

TATA CARA PERKAWINAN DALAM ISLAM

Islam telah memberikan konsep yang jelas tentang tata cara perkawinan berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah yang Shahih (sesuai dengan pemahaman para Salafus Shalih -peny), secara singkat penulis sebutkan dan jelaskan seperlunya : 

[1] Khitbah (Peminangan) 

Seorang muslim yang akan mengawini seorang muslimah hendaknya ia meminang terlebih dahulu, karena dimungkinkan ia sedang di pinang oleh orang lain, dalam hal ini Islam melarang seorang muslim meminang wanita yang sedang dipinang oleh orang lain (Muttafaq 'alaihi). Dalam khitbah disunnahkan melihat wajah yang akan dipinang (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi No. 1093 dan Darimi).

[2] Aqad Nikah

 Dalam aqad nikah ada beberapa syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi
 
a. Adanya suka sama suka dari kedua calon mempelai
b. Adanya Ijab Qabul
c. Adanya Mahar
d. Adanya Wali.
e. Adanya Saksi-saksi
 
Dan menurut sunnah sebelum aqad nikah diadakan khutbah terlebih dahulu yang dinamakan Khutbatun Nikah atau Khutbatul Hajat.  

[3] Walimah 

Walimatul 'urusy hukumnya wajib dan diusahakan sesederhana mungkin dan dalam walimah hendaknya diundang orang-orang miskin. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang mengundang orang-orang kaya saja berarti makanan itu sejelek-jelek makanan. 
 
Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:
 
"Artinya : Makanan paling buruk adalah makanan dalam walimah yang hanya mengundang orang-orang kaya saja untuk makan, sedangkan orang-orang miskin tidak diundang. Barangsiapa yang tidak menghadiri undangan walimah, maka ia durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya". [Hadits Shahih Riwayat Muslim 4:154 dan Baihaqi 7:262 dari Abu Hurairah] 
 
Sebagai catatan penting hendaknya yang diundang itu orang-orang shalih, baik kaya maupun miskin, karena ada sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : 
 
"Artinya : Janganlah kamu bergaul melainkan dengan orang-orang mukmin dan jangan makan makananmu melainkan orang-orang yang taqwa". [Hadist Shahih Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, Hakim 4:128 dan Ahmad 3:38 dari Abu Sa'id Al-Khudri].

SEBAGIAN PENYELEWENGAN YANG TERJADI DALAM PERKAWINAN YANG WAJIB DIHINDARKAN/DIHILANGKAN.

[1] Pacaran 

Kebanyakan orang sebelum melangsungkan perkawinan biasanya "Berpacaran" terlebih dahulu, hal ini biasanya dianggap sebagai masa perkenalan individu, atau masa penjajakan atau dianggap sebagai perwujudan rasa cinta kasih terhadap lawan jenisnya. 
 
Adanya anggapan seperti ini, kemudian melahirkan konsesus bersama antar berbagai pihak untuk menganggap masa berpacaran sebagai sesuatu yang lumrah dan wajar-wajar saja. Anggapan seperti ini adalah anggapan yang salah dan keliru. Dalam berpacaran sudah pasti tidak bisa dihindarkan dari berintim-intim dua insan yang berlainan jenis, terjadi pandang memandang dan terjadi sentuh menyentuh, yang sudah jelas semuanya haram hukumnya menurut syari'at Islam. 
 
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : 
 
"Artinya : Jangan sekali-kali seorang laki-laki bersendirian dengan seorang perempuan, melainkan si perempuan itu bersama mahramnya". [Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim]. 
 
Jadi dalam Islam tidak ada kesempatan untuk berpacaran dan berpacaran hukumnya haram.

[2] Tukar Cincin

Dalam peminangan biasanya ada tukar cincin sebagai tanda ikatan, hal ini bukan dari ajaran Islam. (Lihat Adabuz-Zifaf, Syaikh Nashiruddin Al-AlBani)

[3] Menuntut Mahar Yang Tinggi

Menurut Islam sebaik-baik mahar adalah yang murah dan mudah, tidak mempersulit atau mahal. Memang mahar itu hak wanita, tetapi Islam menyarankan agar mempermudah dan melarang menuntut mahar yang tinggi. Adapun cerita teguran seorang wanita terhadap Umar bin Khattab yang membatasi mahar wanita, adalah cerita yang salah karena riwayat itu sangat lemah. [Lihat Irwa'ul Ghalil 6, hal. 347-348.

[4] Mengikuti Upacara Adat

Ajaran dan peraturan Islam harus lebih tinggi dari segalanya. Setiap acara, upacara dan adat istiadat yang bertentangan dengan Islam, maka wajib untuk dihilangkan. Umumnya umat Islam dalam cara perkawinan selalu meninggikan dan menyanjung adat istiadat setempat, sehingga sunnah-sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang benar dan shahih telah mereka matikan dan padamkan. 
 
Sungguh sangat ironis...!. Kepada mereka yang masih menuhankan adat istiadat jahiliyah dan melecehkan konsep Islam, berarti mereka belum yakin kepada Islam. 
 
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : 
 
"Artinya : Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?". [Al-Maaidah : 50] 
 
Orang-orang yang mencari konsep, peraturan, dan tata cara selain Islam, maka semuanya tidak akan diterima oleh Allah dan kelak di Akhirat mereka akan menjadi orang-orang yang merugi, sebagaimana firman Allah Ta'ala : 
 
"Artinya : Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi". [Ali-Imran : 85].

[5] Mengucapkan Ucapan Selamat Ala Kaum Jahiliyah

Kaum jahiliyah selalu menggunakan kata-kata Birafa' Wal Banin, ketika mengucapkan selamat kepada kedua mempelai. Ucapan Birafa' Wal Banin (semoga mempelai murah rezeki dan banyak anak) dilarang oleh Islam
 
Dari Al-Hasan, bahwa 'Aqil bin Abi Thalib nikah dengan seorang wanita dari Jasyam. Para tamu mengucapkan selamat dengan ucapan jahiliyah : Birafa' Wal Banin. 'Aqil bin Abi Thalib melarang mereka seraya berkata : "Janganlah kalian ucapkan demikian !. Karena Rasulullah shallallhu 'alaihi wa sallam melarang ucapan demikian". Para tamu bertanya :"Lalu apa yang harus kami ucapkan, wahai Abu Zaid ?". 'Aqil menjelaskan :  
 
"Ucapkanlah : Barakallahu lakum wa Baraka 'Alaiykum" (Mudah-mudahan Allah memberi kalian keberkahan dan melimpahkan atas kalian keberkahan). Demikianlah ucapan yang diperintahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam". [Hadits Shahih Riwayat Ibnu Abi Syaibah, Darimi 2:134, Nasa'i, Ibnu Majah, Ahmad 3:451, dan lain-lain].  
 
Do'a yang biasa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ucapkan kepada seorang mempelai ialah:
 
"Baarakallahu laka wa baarakaa 'alaiyka wa jama'a baiynakumaa fii khoir" 
 
Do'a ini berdasarkan hadits shahih yang diriwayatkan dari Abu Hurairah: 
 
"Artinya : Dari Abu hurairah, bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam jika mengucapkan selamat kepada seorang mempelai, beliau mengucapkan do'a : (Baarakallahu laka wabaraka 'alaiyka wa jama'a baiynakuma fii khoir) Mudah-mudahan Allah memberimu keberkahan, Mudah-mudahan Allah mencurahkan keberkahan atasmu dan mudah-mudahan Dia mempersatukan kamu berdua dalam kebaikan". [Hadits Shahih Riwayat Ahmad 2:38, Tirmidzi, Darimi 2:134, Hakim 2:183, Ibnu Majah dan Baihaqi 7:148].

[6] Adanya Ikhtilath

Ikhtilath adalah bercampurnya laki-laki dan wanita hingga terjadi pandang memandang, sentuh menyentuh, jabat tangan antara laki-laki dan wanita. Menurut Islam antara mempelai laki-laki dan wanita harus dipisah, sehingga apa yang kita sebutkan di atas dapat dihindari semuanya.

[7] Pelanggaran Lain. 

 Pelanggaran-pelanggaran lain yang sering dilakukan di antaranya adalah musik yang hingar bingar. {NB: yang tidak pun merupakan pelanggaran, kecuali hanya anak-anak (bukan pemain musik) dengan semacam rebana, dengan syair yang tidak menyelisihi syariat}
 

KHATIMAH 

 Rumah tangga yang ideal menurut ajaran Islam adalah rumah tangga yang diliputi Sakinah (ketentraman jiwa), Mawaddah (rasa cinta) dan Rahmah (kasih sayang), Allah berfirman : 
 
"Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu hidup tentram bersamanya. Dan Dia (juga) telah menjadikan di antaramu (suami, istri) rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir".[Ar-Ruum : 21]. 
 
Dalam rumah tangga yang Islami, seorang suami dan istri harus saling memahami kekurangan dan kelebihannya, serta harus tahu pula hak dan kewajibannya serta memahami tugas dan fungsinya masing-masing yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab sehingga upaya untuk mewujudkan perkawinan dan rumah tangga yang mendapat keridla'an Allah dapat terealisir. Akan tetapi mengingat kondisi manusia yang tidak bisa lepas dari kelemahan dan kekurangan, sementara ujian dan cobaan selalu mengiringi kehidupan manusia, maka tidak jarang pasangan yang sedianya hidup tenang, tentram dan bahagia mendadak dilanda "kemelut" perselisihan dan percekcokan.  
 
Bila sudah diupayakan untuk damai sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur'an surat An-Nisaa : 34-35, tetapi masih juga gagal, maka Islam memberikan jalan terakhir, yaitu "perceraian"
 
Marilah kita berupaya untuk melakasanakan perkawinan secara Islam dan membina rumah tangga yang Islami, serta kita wajib meninggalkan aturan, tata cara, upacara dan adat istiadat yang bertentangan dengan Islam. Ajaran Islam-lah satu-satunya ajaran yang benar dan diridlai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala [Ali-Imran : 19] 
 
"Artinya : Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan yang menyejukkan hati kami, dan jadikanlah kami Imam bagi orang-orang yang bertaqwa". [Al-Furqan : 140]. 
 
Amiin. 
 
Wallahu a'alam bish shawab. 
 
[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 10-11/Th I/1415-1994. Diterbitkan Oleh Lajnah Istiqomah Surakarta, Alamat Gedung Umat Islam Lt II Kartopuran 241A Surakarta 57152]

Sabtu, 28 Maret 2015

Pengganti yang terbaik

Bismillah, walhamdulillah.

Maukah engkau aku kabarkan pengganti yang lebih baik dari mendengarkan musik?

Yang mendengarkannya dan menyimaknya mendapatkan pahala?

Yang merenunginya mendapatkan pahala?

Yang, seandainya membekas bacaannya dan dapat engkau membacanya pula di lain kesempatan, memberikan kebaikan setiap hurufnya, dan setiap kebaikannya datang bersepuluh-sepuluh?

Yang, seandainya engkau mendapati hal yang membingungkanmu lantas engkau menanyakannya pada orang-orang yang berilmu, engkau juga mendapatkan pahala?

Yang dengan pahala-pahala itu, mudah-mudahan mereka mendekatkan engkau pada rahmat Allah, Tuhan semesta alam?

Pilihlah dari "vokalis"-"vokalis" yang ada di tautan ini: http://www.mp3quran.net/eng/

Barangkali ada yang akan lebih cocok dan lebih senang engkau mendengarnya di antara mereka.

===

Dan tidak, "qari'" kejuaraan (musabaqah), jangan dulu engkau rujuk. Bagaimana bisa ada seorang qari'ah melantangkan suaranya di atas bacaan yang lain pada saat melintasi bacaan (( إنه هو السميع البصير )) ?

Adakah As-Samii` itu sekadar nama ataukah ia adalah nama dari nama-nama Allah yang sempurna sifat-sifatnya? Sedangkan diriwayatkan bahwa sebagian Sahabat pernah ditegur karena mengangkat suara mereka saat berdzikir di perjalanan.

Diterangkan bahwa mereka tidaklah menyeru Allah yang jauh lagi tuli, melainkan yang mereka seru adalah Allah yang Maha Dekat lagi Maha Mendengar.


--
Dari saudaramu yang mencintai engkau karena Allah.
Pertama kali ditulis pada, Jum`at, 7/6/1436

Jumat, 27 Maret 2015

Bahasa Arab? Untuk Apa?

Bismillah, walhamdulillah.

Kita seringkali kebingungan ketika hendak mempelajari bahasa lain di luar bahasa Ibu kita. Untungnya, dari sekian ribu (atau lebih) bahasa yang ada di dunia, barangkali yang dipergunakan meluas tidak perlu dihitung melebihi jari, baik jari tangan maupun ditambah jari kaki. Dan tidak, kami tidak membahas engkau, aduhai Bahasa Indonesia. Engkau ada di luar himpunan tersebut. Dan di antara bahasa pada himpunan tersebut, memiliki kekhasan masing-masing. Namun bagi kami, ada satu bahasa yang teramat indah sekaligus kuat yang kami sarankan dengan sangat agar engkau mempelajarinya. Bahasa yang kami maksud di sini -- sebagaimana judul -- adalah bahasa Arab.

Selain hal yang jelas bahwasanya al-Qur'an diturunkan dengan bahasa Arab yang jelas, dan agar bisa memaksimalkan memahami petunjuk yang tidak ada keraguan di dalamnya, berikut ini beberapa tambahan untuk menjawab alasan mengapa belajar bahasa Al-Qur'an ini.

  • Adanya al-Qur'an sebagai referensi
Keberadaan al-Qur'an yang telah Allah wajibkan penjagaannya bagi diri-Nya (dalam firman-Nya, yang artinya: "seesungguhnya Kami yang menurunkan adz-dzikr [yakni salah satu dari nama-nama al-Qur'an] dan Kami yang menjadi penjaga untuknya.") menjadi jaminan bahwa selama al-Qur'an masih ada, maka bahasa Arab akan tetap ada. Kita telah melihat berbagai-bagai bahasa yang 'lokal' yang tidak memiliki referensi induk perlahan hilang luntur ditinggalkan para penutur. Sementara itu, bahasa Arab memiliki al-Qur'an yang senantiasa dihafal oleh muslimin seantero dunia. Maka ini adalah keuntungan jangka sangat panjang, paling tidak sampai menjelang kiamat, lah.

Dan dengan bahasa Arab yang baik, maka dengan izin Allah akan datang kemudahan memahami al-Qur'an yang merupakan petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Maka petunjuk dari mana lagi setelah al-Qur'an yang kita cari? (Ini pertanyaan retorika)
  • Sistem akar kata yang sangat kuat
Kata-kata dalam bahasa Arab memiliki keterkaitan yang sangat kuat satu sama lain. Ambil contoh: غفر - يغفِر - غفران yang kalau dilarikan ke bahasa Indonesia diartikan sebagai (telah) mengampuni - mengampuni - pengampunan. Maknanya benar, namun masih bisa diperdalam lagi. Disampaikan kepada kami bahwa ada kata yang diturunkan dari tiga huruf ini (ghain - fa' - ra') yakni مغفرة, mighfarah dengan tambahan huruf mim dan ta marbuthah (bundar). Disebutkan bahwa ia adalah benda penutup kepala pasukan perang yang menyisakan hanya mata, hidung, dan mulut yang terbuka. Sehingga ia melindungi dari tebasan pedang ataupun lintasan anak panah. Dari situ, ditarik bahwasanya makna ghufran, bersama dengan ampunan, adalah penutupan/perlindungan dosa-dosa (yang akan memalukan bila terlihat manusia) sehingga  ia tidak terlihat lagi.

Dan ini belum memasukkan huruf tambahan lainnya yang menyebabkan suatu kata memiliki arti yang 'baru', namun tidak serta merta mencabutnya dari akar katanya yang biasanya terdiri dari tiga huruf saja (atau pada kasus yang jarang 2 atau 4). Dengan tidak mengecilkan peran kamus yang baik, hal ini  akan memudahkan pembelajar memperkaya kosakatanya dari berbagai teks  yang ada dengan kontak yang sedikit dengan kamus.

Dengan demikian, maka seorang pembelajar yang cerdik dapat meraba arti kata yang baru dengan menilik  huruf-huruf inti pada kata tersebut. Dan ini tidak ditemukan pada bahasa-bahasa dengan huruf latin yang pernah kami pelajari.
  • Perincian yang teramat sangat pada jenis, maupun bilangan = Efisiensi
Bagi engkau pembelajar yang pernah mempelajari bahasa Indonesia maupun Inggris, tentu mengetahui bahwasanya benda-benda hanya dibedakan berdasarkan jumlahnya: satu (tunggal) atau banyak (jamak). Sementara engkau pembelajar yang mempelajari bahasa-bahasa seperti Spanyol-Perancis-Italia atau Jerman, mengerti bahwasanya kerumitan itu ditambah dengan adanya pembedaan bahwa benda tertentu dikelaskan sebagai 'laki-laki', dan kelompok lain sebagai 'perempuan' -- di luar pembedaan jumlah: tunggal atau jamak. Dan jangan tanya mengapa tas (sac [fr]) itu dianggap 'laki-laki' dan mobil (voiture [fr]) itu 'perempuan'.

Bahasa Arab menambah 'kerumitan' ini dengan menambahkan satu lagi perbedaan jumlah: dua (dobel). Meskipun kelihatannya memusingkan, namun adanya pembedaan antara satu, dua, dan tiga+ (jamak) ini memberikan perbedaan yang jelas pada saat-saat diperlukan.

Misalkan saat seorang pembicara tunggal membagi lima orang menjadi dua kelompok yang [hampir] sama besar. Pemberian komando pada kelompok yang terisi dua orang dan tiga orang dapat dilakukan dengan lebih sedikit kata. Perintah كلوا و اشربا (kalian [bertiga] makanlah, dan kalian berdua minumlah). Lihatlah efsiensi yang bisa dihasilkan. Dan, barangkali kami bicara untukmu aduhai 'treehugger' (pejuang lingkungan hidup).

Dan sebagaimana kita lihat, mushaf al-Qur'an dalam bahasa Arab bisa dicetak kecil dan tipis sekali -- namun tetap dapat dibaca dengan mudah -- dibandingkan dengan bibel atau lainnya. Meskipun demikian, ketika dicetak terjemahannya, apalagi tafsir para ulama yang lurus (yang asalnya berbahasa Arab) yang juga diterjemahkan, maka jadilah ia ibarat makanan kering astronot yang disiram air: mengembang sekembang-kembangnya.

Sementara itu, ini dulu yang dapat kami kumpulkan dari perjalanan kami mempelajari salah satu bahasa terindah ini. Mudah-mudahan ke depannya ada sedikit lagi yang kami tambahkan. Insya Allah.


--
Saudaramu yang mencintai kalian karena Allah.
7/6/1436

Senin, 23 Maret 2015

Tulisan Tamu: Benang Merah Syariat Dan Empat Sifat Dasar [Melankolis, Koleris, Sanguin Dan Plegmatis]

Bismillah, walhamdulillah.

Pada kesempatan kali ini, kami hendak menyampaikan tulisan yang baik sekali dari saudara kita, dr. Raehanul Bahraen ( muslimafiyah.com ) yang sebelumnya dituliskan di blog beliau. Semoga Allah memberkahi ilmu beliau dan menjadikannya manfaat untuk kita semua. Selamat membaca !

Catatan: Kami sendiri, setelah membaca pendahuluannya, segera "melompat" ke bagian melankolis, dan sedikit ke bagian flegmatis. Karena... Ya, demikianlah.

--
 3/6/1436
Saudaramu yang mencintai kalian karena Allah




Buku ini sangat terkenal, dalam versi bahasa indonesia berjudul “Personality Plus” karya Florence Litteur. Kami mempunyai buku terjemahnya dan talah membacanya dan kami menemukan banyak manfaat dan faidahnya membaca buku ini. Manfaat buku ini dipergunakan oleh banyak kalangan, mulai dari psikolog pastinya, dokter jiwa,  anggota MLM [katanya ini adalah buku wajib mereka untuk mencari downline], pemimpin dan bos yang mengatur orang banyak, tokoh masyarakat, pekerjaan yang menuntut berhubungan dengan banyak orang seperti sales, humas dan entertrainer. Bahkan digunakan untuk proses ta’aruf ikhwan-akhwat. Dengan sekedar mengatakan bahwa akhwat A itu plegmatis-melankolis, maka pahamlah si ikhwan bagaimana kira-kira gambaran umum sifat akhwat tersebut yang bisa dipergunakan sebagai pertimbangan pemilihan dan menyesuaikan dengan karakter dirinya. Dan kalau kami bisa memberi masukan, kami berharap para da’i Islam bisa mengetahui sekilas ilmu ini demi menyebarnya agama Islam sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah berdasarkan pemahaman para salaf yaitu Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut tabi’in.

Agama Islam Adil
Meskipun penulisnya adalah seorang kafir yang tidak berarti bahwa kita tidak boleh menggunakan ilmunya. Agama islam yang mulia mengajarkan kita agar adil terhadap semua mahluk termasuk kapada orang kafir yang mereka adalah sejahat-jahat mahluk yang sudah diberi kehidupan dan kenikmatan oleh Allah tetapi malah mengingkari. Bagaimana persaan kita jika ada seseorang yang telah kita bantu, kita beri segala pertolongan padahal sebelumnya ia adalah papa. Ternyata ia malah menyakiti kita.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ
أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ.
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” [Al-Mumtahah: 8]

Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir  As-Sa’diy rahimahullah,
لا ينهاكم الله عن البر والصلة، والمكافأة بالمعروف، والقسط للمشركين، من أقاربكم وغيرهم، حيث كانوا بحال لم ينتصبوا لقتالكم في الدين والإخراج من دياركم، فليس عليكم جناح أن تصلوهم، فإن صلتهم في هذه الحالة، لا محذور فيها ولا مفسدة
“Allah tidak melarang kalian untuk berbuat baik, menyambung silaturrahmi, membalas kebaikan , berbuat adil kepada orang-orang musyrik,  baik dari keluarga kalian dan orang lain. Selama mereka tidak memerangi kalian karena agama dan selama mereka tidak mengusir kalian dari negeri kalian, maka tidak mengapa kalian menjalin hubungan dengan mereka karena menjalin hubungan dengan mereka dalam keadaan seperti ini tidak ada larangan dan tidak ada kerusakan.” [Taisir Karimir Rahmah hal. 819, Dar Ibnu Hazm, Beirut, cet. Ke-1, 1424 H]

Segala solusi ada dalam Islam
Sebenarnya ilmu tentang psikologi manusia sudah dibahas panjang lebar oleh ulama islam. buku-buku berjilid-jilid tentang tazkiyatun nufus dan kitab-kitab [رقائق] “raqoo’iq”/ yaitu cara untuk melembutkan hati manusia. Hanya saja kita saja yang jarang atau tidak pernah sama sekali menelaahnya, bahkan tidak tahu apa saja buku-buku tersebut dan siapa pengarangnya.
penelitian dan penjabaran empat sifat dasar manusia oleh penulisnya Florence Litteur adalah termasuk perkara dunia yang bermanfaat. Ia juga memberikan solusi dan bagaimana menyikapi empat sifat dasar ini untuk diri sendiri dan membina hubungan dengan orang lain. Namun solusinya terkadang kurang sesuai dengan syariat, kita maklum karena ia seorang kafir. Inilah yang kami inginkan dalam benang merah ini, yaitu bagaimana Islam memberi solusi dan menyikapinya.
Karena kami yakin semua solusi dan bimibingan kehidupan baik untuk kebaikan dunia dan akhirat sudah diajarkan oleh agama Islam.  Semuanya sendi kehidupan besar maupun perkara sekecil apapun maka hukumnya telah diatur oleh syariat.
Sebagimana kisah ketika  seorang kafir jahiliyah ketika ia berkata kepada sahabat Salman Al-Farisi radhiallahu ‘anhu,
قَدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلَّ شَيْءٍ حَتَّى الْخِرَاءَةَ
“Sungguh Nabi kalian- Shallallahu ‘alaihi wasallam- telah mengajari kalian tentang segala hal sampai tata cara buang air”.

Maka Salman menjawab,
أَجَلْ لَقَدْ نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ لِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِالْيَمِيْنِ
أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بَأَقَلَّ مِنْ ثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بَرَجِيْعٍ أَوْ بِعَظْمٍ
Benar, Sungguh kami dilarang menghadap kiblat saat buang air besar atau kecil, (kami juga dilarang) cebok dengan menggunakan tangan kanan atau cebok kurang dari 3 batu, atau cebok dengan kotoran hewan atau tulang”. [HR. Muslim no.262,  Abu Dawud no. 7, At-Tirmidzi no.16, An-Nasa’i no.41 & 49, Ibnu Majah no.316]

Dan kami tekankan bahwa yang semua yang diatur urusan dunia-akhirat adalah hukumnya. Bukan berbagai perkara dunia misalnya aturan lalu-lintas ada dalam syariat, tetapi hukumnya ada yaitu wajib mentaatinya dalam rangka taat kepada pemerintah/ waliyul amri. Dan taat kepada pemerintah ada ajarannya dala islam. Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أنتم أعلم بأمور دنياكم
“ Kalian lebih tahu urusan dunia kalian”  [HR. Muslim  no. 2363]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam  TIDAK bersabda,
أنتم أعلم بأحكام أمور دنياكم
“ Kalian lebih tahu hukum-hukum urusan dunia kalian” .

 Islam tidak memaksa mengubah sifat dasar manusia
Para sahabatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam  mempunyai berbagai sifat dasar. Para sahabat radhiallahu ‘anhum  ada yang lembut seperti Abu Bakar Abdullah bin Abi Quhafah , ada yang keras seperti Umar bin Khattab, ada yang pemalu seperti Ustman bin Affan dan ada juga sahabat beliau yang suka bercanda.
Akan tetapi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam  tidak berusaha mengubah sifat dasar para sahabatnya. Beliau tidak mengubah sifat keras Umar bin Khattab, tetapi menempatkannya pada tempatnya, yaitu keras terhadap orang yang macam-macam dengan agama Islam, sampai-sampai ia terkenal  dengan perkataannya,
يَا رَسُولَ اللَّهِ ، دَعْنِي أَضْرِبْ عُنُقهَ
“wahai Rasulullah, izinkan saya menebas lehernya”

Perkataan yang membuat bergetar ketakutan musuh-musuh Islam. Demikian juga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam  tidak berusaha mengubah sifat dasar lembut Abu bakar dan sifat Malu Ustman.
Oleh karena itu yang terpenting adalah bagaimana kita menempatkan difat dasar tersebut. Dalam empat sifat dasar yang dikemukakan oleh Florence Litteur digambarkan setiap sifat dasar ada kelebihan dan ada kekuarangannya. Dan inilah yang kami maksud benang marah, bagaimana agar kelebihan sifat tersebut bermanfaat bagi Islam dan kekurangan sifat tersebut telah ada solusiya dalam agama Islam.

Sifat manusia tidak terkotak-kotak dan kaku pada satu keadaan saja.
Satu hal yang kami setuju dengan penulis buku “Personality Plus”, Florence Litteur bahwa sifat manusia bukan terkotak-kotak, misalnya kamu hanya koleris saja atau hanya sanguin saja. Tetapi ada yang mendominasi sehingga bisa jadi koleris 60%, Sanguin 35%,  plegmatis 10% dan melankolis 5%. Sehingga ia disebut bersifat Koleris-Sanguin.
Kemudian kami tambahkan dari pemikiran kami, bahwa sifat itu tidak berlaku kaku pada semua keadaan, bisa jadi tentang masalah karir dan jabatan ia melankolis [sangat memikirkan] akan tetapi masalah uang ia plegmatis [santai saja]. Kemudian seorang guru atau dosen dikelas ia koleris [berwibawa dan keras] tetapi dirumah ia sanguin [suka bercanda dan tidak serius] 
Namun dengan gambaran umum ini kita bisa menyikapi secara umum juga sebelum masuk ke yang khusus sehingga memudahkan memahami sifat manusia untuk kebaikan diri sendiri dan orang lain.
Sah-sah saja jika ada yang berpendapat dengan teori ini, misalnya untuk masalah akhirat kita harus melankolis [sangat memikirkan] dan untuk masalah dunia kita harus  plegmatis [santai saja]. Kemudian sifat terbaik baik laki-laki adalah koleris-Sanguin, karena laki-laki harus punya jiwa kepemimpinan dan sanguinnya sangat berguna untuk istri dan anaknya misalnya mencandai istri  dan membuat suasana rumah menjadi tidak kaku. Sedangkan sifat ideal wanita adalah plegmatis-melankolis, karena plegmatisnya sangat berguna untuk kepatuhannya kepada suami dan sifat melankolisnya sangat berguna dalam posisinya sebagai ibu dari anak-anak yang perasa dan lembut.  Demikianlah teori manusia akan tetapi alangkah baiknya jika kita tetap berkiblat dengan panduan syariat.

Penjabaran empat sifat dasar manusia berdasarkan syariat  
1.  SANGUINIS [Yang Populer]
Gambaran umum sifat ini adalah Mereka cenderung ingin populer dan eksis, ingin disenangi oleh orang lain. Hidupnya penuh dengan bunga warna-warni. Mereka senang sekali bicara tanpa bisa dihentikan. Gejolak emosinya bergelombang dan transparan. Pada suatu saat ia berteriak kegirangan, dan beberapa saat kemudian ia bisa jadi menangis tersedu-sedu.
Namun orang-orang sanguinis ini sedikit agak pelupa, sulit berkonsentrasi, cenderung berpikir pendek dan hidupnya serba tak beratur. Jika suatu kali anda lihat meja kerja pegawai anda cenderung berantakan, agaknya bisa jadi ia sanguinis. Kemungkinan besar ia pun kurang mampu berdisiplin dengan waktu, sering lupa pada janji apalagi bikin rencana. Namun kalau disuruh melakukan sesuatu, ia akan dengan cepat mengiyakannya dan terlihat sepertinya betul-betul hal itu akan ia lakukan. Dengan semangat sekali ia ingin buktikan bahwa ia bisa dan akan segera melakukannya. Tapi percayalah, beberapa hari kemudian ia tidak melalakukan apapun juga ataupun kurang beres

Kelebihan sanguin.
>>Ceria dan jarang menampakkan kesedihan
Hendaknya ia semakin ceria karena sering bisa sering mengamalkan hadits,
لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
“Janganlah engkau remehkan suatu kebajikan sedikitpun, walaupun engkau bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang ceria/bermanis muka. [HR. Muslim no. 2626]

>> Berhati tulus dan polos
inilah yang patut disyukuri karena, ia bisa sangat ikhlas dalam melaksanakan segala sesuatu, jika diikhlaskan karena Allah maka pahalanya sangat besar. Dan tidak semua orang bisa dengan mudah ikhlas. Berkata Sufyan Ats-Tsauriy rahimahullah,
ما عالجت شيئاً أشد علي من نيتي
“Tidaklah aku mengobati sesuatu yang paling sulit bagiku yaitu niatku”. [Mabahitsul Aqidah fi Suratiz Zumar hal 192, Maktabah Ar-Rusd, Riyadh, cet. Ke-1, 1415 H, Asy-Syamilah]

>> Mudah berteman dan bergaul orang lain
Jika ia pergunakan untuk bergaul dengan teman-teman yang baik maka akan sangat bermanfaat. Misalnya bisa dekat dengan ustadz, orang-orang shalih, sehingga ia selalu terbuka dan memperbaiki agama dan akhlaknya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi  wa sallam bersabda,
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
Seseorang akan sesuai/menyerupai dengan agama teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian”. [HR. Abu Daud no. 4833, Tirmidzi no. 2378, Ahmad 2/344, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Shohihul Jaami’ 3545]

Bisa juga dipergunakan untuk mendekati orang-orang penting, pejabat dan tokoh masyarakat agar mereka mau membantu dakwah.

>>Menyenangkan dan suka membuat senang orang lain
Membuat  orang lain gembira dan senang adalah hal perlu dilatih karena pada dasarnya manusia itu ingin membuat senang dirinya sendiri, akan tetapi ini  mudah pada sanguin. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda,
أفضل الأعمال أن تدخل على أخيك المؤمن سرورا

Sebaik-baik amal Shalih adalah agar engkau memasukkan kegembiraan kepada saudaramu yang beriman”.[HR.Ibnu Abi Dunya dan dihasankan olah Syaikh Al-Albani dalam Shahih Jami’ush Shaghir no. 1096]

>> Mudah memaafkan dan tidak menyimpan dendam
Ia adalah orang yang mudah berjiwa besar, memaafkan butuh jiwa yang besar. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(Orang-orang yang bertakwa adalah) mereka yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya serta (mudah) memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. [Ali-Imran/3:134]

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ، إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ
“Dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya) kecuali kemuliaan (di dunia dan akhirat), serta tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali Dia akan meninggikan (derajat)nya (di dunia dan akhirat)”. [HR Muslim no. 2588]

Kelemahan Sanguin
>>terlalu suka bercanda dan sering tertawa
Sanguin harus sering-sering ingat sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وَلَا تُكْثِرِ الضَّحِكَ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ القَلْبَ 
Dan janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguh­nya terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati.” [HR. Tirmidzi 2/50, Dishahihkan Syaikh Al-Alba­ni, Silsilah Shohihah 3/4] 

>>kurang serius, kurang tekun dan konsentrasi jangka pendek
ia serius dan bersungguh-sunguh dalam bekerja, karena kita diciptakan bukan untuk bermain-main saja. Allah Ta’ala berfirman,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” [Al-Mukminun: 115]

>>Kurang berwibawa
Hal ini karena gabungan beberpa sifat seperti banyak tertawa, banyak bergurau dan tidak serius. Berkata ‘Umar bin Khatthab radhiallahu ‘anhu,
قال عمر رضي الله عنه: من كثر ضحكه قلت هيبته ومن كثر مزاحه استخف  
“Barangsiapa yang banyak tertawa, maka akan sedikit wibawanya,.Barangsiapa yang banyak guraunya, maka dengannya dia akan rendah.” [HR. Baihaqiy dalam Kitab Syu’abul ‘imaan no: 5019]

>> Susah untuk diam, suka bicara dan bercerita
Sanguin sebaiknya mengerem cerita yang ia dapat, tidak semua harus diceritakan dan disampaikan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukuplah seorang dikatakan pendusta bila ia menyampaikan setiap apa yang ia dengar.” [HR. Muslim 1/10]


>> Mudah ikut-ikutan dan tidak tetap pendirian
Kebanyakan umat islam suka mengikuti orang kafir teutama Yahudi dan Nasrani, karena mereka mendahulukan nafsu dan kebebasan. Sanguin harus hati-hati dalam pola hidupnya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
“Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan ridha kepadamu sampai engkau mau mengikuti agama mereka.” [Al-Baqarah: 120)]

Dan firman-Nya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تُطِيعُوا فَرِيقًا مِّنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Ahli Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.” [Ali ‘Imran:100].

>> Konsentrasi ke “How to spend money” daripada “How to earn/save money”.
Jelas Islam mengajarkan kita agar jangan menghambur-hamburkan harta. Allah Ta’ala berfirman,
وَلاَ تُبَذِّرْ تَبْذِيراً
“dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” [Al-‘Isra: 76]

2. MELANKOLIS (Yang Sempurna) 
Gambaran umum sifat dasar ini adalah Mereka agak agak berseberangan dengan sanguinis. Seorang melankolis cenderung serba teratur, rapi, terjadwal, tersusun sesuai pola. Umumnya mereka ini suka dengan fakta-fakta, data-data, angka-angka dan sering sekali memikirkan segalanya secara mendalam. Dalam sebuah pertemuan, orang sanguinis selalu saja mendominasi pembicaraan, namun orang melankolis cenderung menganalisa, memikirkan, mempertimbangkan, lalu kalau bicara pastilah apa yang ia katakan betul-betul hasil yang ia pikirkan secara mendalam sekali.
Orang melankolis selalu ingin serba sempurna dan ingin teratur. Karena itu jangan heran jika seorang yang `melankolis tidak bisa tidur hanya gara-gara selimut yang membentangi tubuhnya belum tertata rapi. Dan jangan pula coba-coba mengubah isi lemari yang telah ia disusun, sebab betul-betul ia tata-apik sekali, sehingga warnanya, jenisnya, klasifikasi pemakaiannya sudah ia perhitungkan dengan rapi. Kalau perlu ia tuliskan satu per satu tata letak setiap jenis pakaian tersebut. Ia akan dongkol sekali kalau susunan itu tiba-tiba jadi lain

Kelebihan melankolis
>>Analitis, mendalam, serius dan penuh pemiikiran
Kemampuan kekuatan pikiran dan kecerdasannya bisa dipergunakan untuk mempelajari ilmu agama dan mendakwahkannya dan menjadi cendikiawan muslim. Ini akan menjadikan tinggi derajatnya. Allah Ta’ala berfirman,
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” [Al-Mujadilah: 11]

>> Mau mengorbankan diri dan bisa mendahulukan orang lain,perasa dan memperhatikan orang lain.
Ini adalah salah satu sifat yang berjiwa besar, sangat dipuji oleh Islam. Akhlak yang sangat jarang kita jumpai. Allah Ta’ala memerintahkan agar kita meniru kaum Anshor yang mendahulukan kaum Muhajirin diatas kepentingan mereka walaupun mereka juga membutuhkan hal tersebut. Allah Ta’ala berfirman,
وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ
“Mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka sendiri sangat membutuhkan/dalam kesusahan.” [Al-Hasyr: 9]

>>Puas di belakang layar, menghindari perhatian.
Ia bisa selamat dari popularitas/ syuhroh, Isalam mengajarkan kita agar menjauhi popularitas karena lebi ikhlas dan menjauhkan diri dari kesombongan. Salah satunya contoh dari salaf/pendahulu kita,
قال حماد بن زيد: كنت أمشي معى أيوب, فيأخذ بي في طرق,
إني لآعجب كيف اهتدى لها, فرار من الناس أن يقال: هذا أيوب
Berkata Hammad bin Zaid: “Saya pernah berjalan bersama Ayyub (As-Sikhtyani), maka diapun membawaku ke jalan-jalan cabang (selain jalan umum yang sering dilewati manusia-pen), saya heran mengapa dia bisa tahu jalan-jalan cabang tersebut ?! (ternyata dia melewati jalan-jalan kecil yang tidak dilewati orang banyak) karena takut dan menghindari manusia (mengenalnya dan) mengatakan, “Ini Ayyub” [Berkata Syaikh Abdul Malik Romadhoni: “Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad (7/249), dan Al-Fasawi dalam Al-Ma’rifah wa At-Tarikh (2/232), dan sanadnya shahih.”, Sittu Duror hal 39, Darul Furqon, cet. Ke-1, 1429 H].

>> berjiwa seni dan kreatif (filsafat & puitis)
Jika bakat seni dan kreatifitasnya ia gunakan untuk kemajuan islam, maka ini bagus seperti syair islam dan kemampuan mengolah kata-kata dalam menulis da berdakwah. Atau Desain grafis untuk pamflet kajian.  Namun jika digunakan dalam seni seperti musik maka ini berbahaya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ليكونن من أمتي أقوام يستحلون الحر والحرير والخمر والمعازف
“Akan ada di kalangan umatku suatu kaum yang menghalalkan zina, sutera, khamr dan alat musik (al-ma’aazif).” [HR. Al-Bukhari no. 5268. Ibnu Hibban no. 6754, Ath-Thabrani dalam Al-Kabir no. 3417 dan dalam Musnad Syamiyyin no. 588; Al-Baihaqi 3/272, 10/221; Al-Hafidh Ibnu Hajar dalam Taghliqut-Ta’liq 5/18,19 ].

Berbahaya juga jika untuk seni gambar dan patung makhluk bernyawa,
إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَذَابًا عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْمُصَوِّرُونَ
“Sesungguhnya manusia yang paling keras siksaannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah para penggambar [makhluk bernyawa].” [HR. Al-Bukhari no. 5950 dan Muslim no. 2109]

>> Serba tertib dan teratur serta istiqomah
Inilah amal yang dicintai yaitu terus-menerus dan istiqomah. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang terus-menerus [istiqomah] walaupun itu sedikit.” [HR. Muslim no. 783]

>> Bisa hidup hemat
 jelas ini ajaran islam, hemat dan berusaha qona’ah. Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ إِذَا أَنفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (hartanya), mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” [Al-Furqan: 67].

Kelemahan Melankolis
>> Sensitif dan punya rasa curiga dan prasangka yang besar
Ini harus dijauhi karena prasangka atau dugaan-dugaan dibenci dalam Islam karena Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذّبُ الْحَدِيْثِ
“Hati-hatilah kalian terhadap prasangka Karena sesungguhnya prasangka adalah berita yang paling dusta” [HR Al-Bukhari no. 6066 dan Muslim no.2563]

Allah Ta’ala berfirman,
اِجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ
“Jauhilah kalian dari kebanyakan prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa”  [Al-Hujuraat: 12]

>>Perfeksionis dan punya Standar yang tinggi
jika untuk akhirat tidak mengapa, akan tetapi hati manusia cenderung kepada dunia, maka ini harus dikurangi. Terlalu ingin sempurna dan melampui batas dalam urusan dunia. Allah Ta’ala berfirman,
فَأَمَّا مَن طَغَى وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
“Adapun orang yang melampaui batas, Dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, Maka Sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya”. [An-Nazi’at: 37-41]

>> Cenderung melihat masalah dari sisi negatif (murung dan tertekan) dan mudah pesimis
kita tidak boleh seperti ini, hidup harus optimis dan yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan orang-orang yang benar-benar beriman, yakin bahwa rahmat Allah luas dan Allah lebih mencintai hambanya dibandingkan kecintaan hamba terhadap dirinya sendiri. Allah Ta’ala berfirman,
وَأَنَّ اللّهَ لاَ يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.” [Ali Imran: 171]

>>susah gembira, susah melupakan masalah dan pendendam
Tidak ada yang perlu disedihkan terlalu lama dalam islam. Allah Ta’ala berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”[ Alam Nasyroh: 5]

Biasanya orang melankolis bersedih karena ia masih menanggap ada sesuatu yang kurang dan ia belum sempurna, maka solusinya adalah sering-sering melihat yang dibawah kita agar kita sering besyukur. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
انظروا إلى من هو أسفل منكم ولا تنظروا إلى من هو فوقكم ، فهو أجدر أن لا تزدروا نعمة الله عليكم
Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” [HR. Bukhari dan Muslim]

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إذا نظر أحدكم إلى من فضل عليه في المال والخلق فلينظر إلى من هو أسفل منه
Jika salah seorang di antara kalian melihat orang yang memiliki kelebihan harta dan bentuk (rupa) [al kholq], maka lihatlah kepada orang yang berada di bawahnya.” [HR. Bukhari dan Muslim]

>>Mudah merasa bersalah dan memiliki citra diri rendah
Setiap manusia pasti pernah bersalah, jangan terlalu berlarut menyesali kesalahan, karena ajaran Islam adalah segera bangkit, bertaubat dan memperbaiki diri. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.
“Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat”. [HR Tirmidzi 2499, Shohih at-Targhib 3139] 

>> Melewatkan banyak waktu untuk menganalisa dan merencanakan
Jika plegmatis menunda karena malas, maka melankolis menunda keran belum sempurna. Maka hendaknya ia perhatikan kaidah fiqhiyah bahwa kita bisa mencapai setengahnya dulu misalnya daripada tidak bisa sama sekali,
ما لا يدرك كله لايترك كله
“sesuatu yang tidak bisa dicapai seluruhnya jangan ditinggal seluruhnya”

>> Tukang kritik, tetapi sensitif terhadap kritik yang menentang dirinya
Seharunya ia ingat perkataan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
يبصر أحدكم القذاة في أعين أخيه، وينسى الجذل- أو الجذع – في عين نفسه
Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya.” [HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 592. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa riwayat ini shahih] 

3. KOLERIS (Yang Kuat) 
Gambaran umumnya adalah mereka suka sekali mengatur orang, suka tunjuk-tunjuk atau perintah-perintah orang. Ia tak ingin ada penonton dalam aktivitasnya. Bahkan tamu pun bisa saja ia suruh melalukan sesuatu untuknya. Akibat sifatnya yang suka jadi bos  sehingga orang koleris tak punya banyak teman. Orang-orang berusaha menghindar, menjauh agar tak jadi “korban” karakternya yang suka mengatur dan tak mau kalah itu.
Orang koleris senang dengan tantangan, suka petualangan. Mereka punya rasa, “hanya saya yang bisa menyelesaikan segalanya; tanpa saya berantakan semua”. Karena itu mereka sangat “goal oriented”, tegas, kuat, cepat dan tangkas mengerjakan sesuatu. Baginya tak ada istilah tidak mungkin. Seorang wanita koleris, mau dan berani naik tebing, memanjat pohon, bertarung ataupun memimpin peperangan. Kalau ia sudah kobarkan semangat “ya pasti jadi”, maka hampir dapat dipastikan apa yang akan ia lakukan akan tercapai seperti yang ia katakan. Sebab ia tak mudah menyerah, serta tak mudah pula mengalah.

Kelebihan koleris
>> Senang memimpin, membuat keputusan, dinamis dan aktif serta unggul dalam keadaan darurat
Inilah yang dibutuhkan oleh Islam, seorang pemimpin yang kuat.  Minimal ia menjadi pemimpin bagi diri sendiri atau di rumah tangganya. Dan kaidah Islam dalam memilih pemimpin adalah laki-laki yang kuat dan tegas dengan agama yang pas-pasan lebih didahulukan daripada laki-laki yang shalih tetapi lemah dan kurang tegas.  Bisa kita lihat contohnya dalam kisah Abu Dzar radhiallahu ‘anhu
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Abu Dzar radhiallahu ‘anhu,
يَا أَبَا ذَرٍّ إِنِّي أَرَاكَ ضَعِيفًا وَإِنِّي أُحِبُّ لَكَ مَا أُحِبُّ لِنَفْسِي لَا تَأَمَّرَنَّ عَلَى اثْنَيْنِ وَلَا تَوَلَّيَنَّ مَالَ يَتِيمٍ.
“Ya Abu Dzar, aku lihat engkau seorang yang lemah dan aku suka engkau mendapatkan sesuatu yang aku sendiri menyukainya. Janganlah engkau memimpin dua orang dan janganlah engkau mengurus harta anak yatim”.[HR Muslim no.1826]

Dijelaskan oleh para ulama, bahwasanya Abu Dzar radhiallahu ‘anhu  sangat dermawan dan perasa. Jika ada yang meminta akan ia berikan bagaimanapun juga. Sehingga jika mengurus harta maka kurang baik.

>> Berkemauan keras dan pasti untuk mencapai sasaran dan target
Inilah ajaran Islam selalu bersemangat mencapai apa-apa yang bermanfaat bagi kita dunia dan akhirat. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
احرص على ما ينفعك، واستعن بالله ولا تعجزن، وإن أصابك شيء
فلا تقل لو أني فعلت لكان كذا وكذا؛ ولكن قل: قدر الله وما شاء فعل، فإن لو تفتح عمل الشيطان
“Bersemangatlah kamu terhadap apa-apa yang bermanfaat bagi kamu, dan mohonlah pertolongan pada Allah dan jangan merasa lemah. Dan jika meminpamu sesuatu maka jangan katakan andaikata dulu saya melakukan begini pasti akan begini dan begini, tetapi katakanlah semua adalah takdir dari Allah dan apa yang dikehendakiNya pasti terjadi.” [HR Muslim]

>> Bebas dan mandiri
Kita tidak boleh bergantung terhadap makhluk, harus bisa mandiri jika kita bisa mengerjakannya atau mengusahakannya. Kita hanya bergantung kepada Allah dengan tawakkal dan berdoa. Berusaha mengambil sebab-sebabnya dan menyerahkan hasilnya kepada Allah kemudian ridha dengan hasil yang ditentukan Allah. Inilahhakikat tawakkal, .Allah Ta’ala berfirman,
وَعَلَى اللّهِ فَتَوَكَّلُواْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Dan kepada Allah saja hendaknya kalian bertawakal, jika kalian benar-benar beriman.” [QS. Al-Ma’idah: 23].

>>Berani menghadapi tantangan dan masalah
Sifat berani harus ada dalam jiwa seorang muslim. Dan dicontohkan langsung oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ditegaskan oleh Anas bin Malik radhiallahu’anhu, ia adalah orang yang berkhidmad kepada Nabi sehingga selalu menyertai beliau kemanapun dan kapanpun, Anas bin Malik radhiallahu’anhu berkata,
كان النبي صلى الله عليه وسلم أشجع الناس وأجود الناس
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling berani dan paling dermawan.” [HR. Bukhari no.1033, Muslim no. 2307]

>>Berprinsip,”Hari ini harus lebih baik dari kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari ini” dan biasanya punya visi ke depan
Ini jelas prisnsip Islam dalam Al-Quran,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok ; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” [Al-Hasyr: 18]

Kelemahan Koleris:
>> Tidak sabar dan cepat marah (kasar dan tidak taktis)
Sering-sering ingat hadits,
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ : أَوْصِنِيْ ، قَالَ : لَا تَغْضَبْ . فَرَدَّدَ مِرَارًا ؛ قَالَ :  لَا تَغْضَبْ .
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Berilah aku wasiat”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau jangan marah!” [HR al-Bukhâri no. 6116]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ.
“Orang yang kuat itu bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah”. [ HR al-Bukhâri no. 6114 dan Muslim no. 2609]

beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ
عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللهُ مِنَ الْحُوْرِ الْعِيْنِ مَا شَاءَ.
“Barangsiapa menahan amarah padahal ia mampu melakukannya, pada hari Kiamat Allah k akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk, kemudian Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang ia sukai” [ HR Ahmad (III/440), Abu Dawud (no. 4777), at-Tirmidzi (no. 2021), dan Ibnu Majah (no. 4286) Dihasankan oleh Syaikh al-Albâni dalam Shahîh al-Jâmi’ish Shaghîr (no. 6522).]

>> Senang main perintah saja, memanipulasi dan menuntut orang lain dan cenderung memperalat orang lain
Hendaknya koleris berpikir bagaimana jika ia sering diperintah-perintah saja, tentu ia tidak akan senang. Perlakukanlah orang lain sebagimana kita ingin diperlakukan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اَ يُؤمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ 
“Tidaklah salah seorang di antara kalian beriman sehingga ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.” [HR. Bukhari-Muslim]

>> Terlalu kaku dan  keras, tidak terlalu menyukai air mata dan emosi tidak simpatik
Sebaiknya koleris bisa lembut sedikit, dengan kelembutan maka akan mempermudah urusan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam bersabda,
إن الرفق لا يكون في شيء إلا زانه . ولا ينزع من شيء إلا شانه
Tidaklah kelembutan itu ada pada sesuatu, kecuali akan menghiasnya. Tidaklah kelembutan itu hilang dari sesuatu, kecuali akan memperburuknya” (HR. Muslim no. 2594)

>> Sering membuat keputusan tergesa-gesa, tidak terlalu suka yang sepele dan bertele-tele
Tergesa-gesa jelas membuat hasilnya nanti buruk atau bahkan tidak kita dapatkan sama sekali. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
التَّأَنيِّ مِنَ اللهِ وَ العُجْلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ
“Sifat perlahan-lahan (sabar) berasal dari Allah. Sedangkan sifat ingin tergesa-gesa itu berasal dari setan.” [HR. Baihaqi, dihasankan oleh  Al-Albani dalam Al Jami’ Ash Shoghir no.3011]

Dan kaidah fiqhiyah menyatakan,
من استعجل شيئا قبل أوانه عوقب بحرمانه
“Barangsiapa yang terburu-buru ingin mendapatkan sesuatu, maka diberi hukuman dengan tidak mendapatkannya” 

>> Amat sulit mengaku salah dan meminta maaf
Ini bukanlah sikap seorang yang berjiwa besar. Mengakui kesalahan merupakan ajaran para nabi. Nabi Adam ‘alaihissalam mengakui kesalahannya dan memohon ampun,
قَالاَ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. [Al-A’raf: 23]

Nabi Yunus‘alaihissalam mengakui kesalahannya,
وَذَا النُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَاضِباً فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ
أَن لَّا إِلَهَ إِلَّا أَنتَسُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap : “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” [Al-Anbiya’:87]

Nabi Musa ‘alaihissalam mengakui kesalahannya,
قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Musa berdoa “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku”. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. [Al-Qashash: 16]

4. PLEGMATIS (Cinta Damai)
Gambaran umum mengenai sifat dasar ini adalah mereka tak suka terjadi konflik, karena itu disuruh apa saja ia mau lakukan, meski ia tidak suka. Baginya kedamaian adalah segalanya. Jika timbul masalah ia akan berusaha mencari solusi yang damai tanpa timbul pertengkaran. Ia mau merugi sedikit atau rela sakit, asalkan masalahnya segera selesai.
Kaum plegmatis kurang bersemangat, kurang teratur dan serba dingin, cenderung diam, kalem, dan kalau memecahkan masalah umumnya sangat menyenangkan. Dengan sabar ia mau jadi pendengar yang baik, tapi kalau disuruh untuk mengambil keputusan ia akan terus menunda-nunda. Kalau anda lihat tiba-tiba ada sekelompok orang berkerumun mengelilingi satu orang yang asyik bicara terus, maka pastilah para pendengar yang berkerumun itu orang-orang plegmatis. Sedang yang bicara tentu saja sanguinis.
Berurusan dengan orang plegmatis bisa serba salah. Ibarat keledai, “kalau didorong ngambek, tapi kalau dibiarin tiak jalan”. Jika kita punya pegawai plegmatis, anda harus rajin memotivasinya sampai ia termotivasi sendiri.

Kelebihan plegmatis
>> Damai, tenang, santai dan teguh, mudah diajak rukun dan mudah bergaul,
Suka perdamaian dan menghindari pertikaian, perpecahan dan konflik adalah sesuatu yang sangat dianjurkan dalam Islam. Allah Ta’ala berfirman,
وَالصُّلْحُ خَيْرٌ
“Dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) [An- Nisaa:128].

وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ
“Dan berpeganglah kalian dengan tali Allah seluruhnya, dan jangan bercerai-berai” [ Ali ’Imran : 103]

>> Sabar, seimbang, dan pendengar yang baik
Kesabaran adalah anugrah terbesar yang harus disyukuri oleh plegmatis. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam bersabda,
وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ
Tidaklah seseorang diberi pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” [HR. Al-Bukhari no. 1469 dan Muslim no. 2421]

>>Tidak banyak bicara, tetapi cenderung bijaksana
Plegmatis bisa selamat dari bahaya lidah, karena lidah dan kemaluan yang paling banyak memasukkan seseorang kedalam neraka sesuai dengan hadits,
ثُمَّ قَالَ: أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمِلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ؟ قُلْتُ: بَلَى يَا رسولَ اللهِ. فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ
وَقَالَ: كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا، قُلْتُ: يَا رسولَ اللهِ، وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُوْنَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ؟
قَالَ: ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ، وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوْهِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ؟!
“Kemudian beliau bersabda, “Inginkah kuberitahukan kepadamu penegak dari semua amalan itu?” aku (Muadz) menjawab, “Mau wahai Rasulullah.” Maka beliau memegang lidahnya seraya bersabda, “Tahanlah ini,” aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami betul-betul akan disiksa akibat ucapan kami?” beliau menjawab, “Kasihan kamu wahai Muadz, apakah ada yang menjerambabkan manusia di dalam neraka di atas wajah-wajah mereka kecuali buah dari ucapan lisan-lisan mereka?” [HR. At-Tirmizi no. 2616 dan dia berkata, “Hadits hasan shahih.”]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam bersabda,
مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa yang menjamin untukku bisa menjaga apa yang ada di antara dua janggutnya (janggut dan kumis) dan apa yang ada di antara kedua kakinya, maka aku menjamin surga untuknya.” [HR. Al-Bukhari no. 6474]

>>Berbelaskasihan [sifat rahmah] dan peduli, simpatik dan baik hati (sering menyembunyikan emosi)
Sifat rahmah sudah dicontohkan oleh teladan kita Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Allah Ta’ala berfirman,
لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” [At Taubah: 128]

>> Penengah masalah yg baik
Ini adalah pekerjaan yang mulia, menjadi penengah dan berusaha mendamaikan pihak-pihak yang konflik dan bertentangan. Allah Ta’ala berfirman,
وَإِن طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا
“Dan kalau ada dua golongan dari kaum mukminin berperang hendaklah kamu mendamaikan keduanya.” [Al Hujuraat: 9]

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” [Al Hujuraat: 10]

>>Tidak suka menyinggung perasaan dan menyakiti orang lain serta menyenangkan
Ia bisa lebih selamat dari ancaman sering menyakiti orang lain. Berbeda dengan celotehan ringan sanguin yang kadang menusuk dan tidak pada tempatnya atau perintah dan tekanan dari koleris yang asal saja. Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَاناً وَإِثْماً مُّبِيناً
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” [Al-Ahzab:58]

Kelemahan pelegmatis
>> Sulit bergerak dan kurang memotivasi diri
Tetap harus semangat sesuai dengan jiwa seorang muslim. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam bersabda,
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ
“Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah.” [HR. Muslim: 47. Kitab Al Qodar]

>>Terkesan malas  dan Kurang antusias
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam mengajarkan kia berlindung kepada Allah dari sifat malas,
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian).” [HR. Bukhari no. 6367 dan Muslim no. 2706]

>>Suka Menunda-nunda  dan menggantungkan masalah.
Ini sikap yang kurang baik, kita diperintahkan untuk bersegera dalam kebaikan dan berlomba-lomba.
عن ابن عمر رضي الله عنهما قال: أخذ رسول الله صلى الله عليه وسلم بمنكبي
فقال: “كن في الدنيا كأنك غريب أو عابر سبيل”
وكان ابن عمر رضي الله تعالى عنهما يقول: إذا أمسيت فلا تنتظر الصباح،
وإذا أصبحت فلا تنتظر المساء، وخذ من صحتك لمرضك، ومن حياتك لموتك. رواه البخاري
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang kedua pundakku seraya bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir.” Ibnu Umar berkata: “Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati.” [HR. Bukhari, hadist Arbain ke-40]

Allah Ta’ala berfirman,
فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ
“Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan”. [Al-Baqarah: 148]

وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” [Al-Imran:133]

>>Menghindari tanggung jawab dan tidak ingin memegang amanah
Padahal setiap kita adalah pemimpin yang akan mempertanggung jawabkan di dunia dan akhirat. Sahabat Ibnu ‘Umar radhiallahu ‘anhuma meriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau bersabda,
« ألا كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته ، فالأمير الذي على الناس راع
وهو مسئول عن رعيته ، والرجل راع على أهل بيته وهو مسئول عنهم ،
والمرأة راعية على بيت بعلها وولده وهي مسئولة عنهم ،
والعبد راع على مال سيده وهو مسئول عنه ، ألا فكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته » . رواه مسلم
“Ketahuilah, setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang orang yang dipimpinnya. Seorang Amir (pemimpin negara) adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang rakyat yang dipimpinnya. Seorang lelaki/suami adalah pemimpin bagi keluarga nya dan ia akan ditanya tentang mereka. Wanita/istri adalah pemimpin terhadap rumah suaminya dan anak suaminya dan ia akan ditanya tentang mereka. Budak seseorang adalah pemimpin terhadap harta tuannya dan ia akan ditanya tentang harta tersebut. Ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang orang yang dipimpinnya.” [HR. Al-Bukhari no. 5200, 7138 dan Muslim no. 4701]

>>Terlalu pemalu dan pendiam
Kelemahan plegmatis adalah agak susah melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar, karena ia terlalu pemalu untuk mengajak seseorang untuk beramal dan berdakwah ataupun melarangnya dari hal yang haram. Padahal kita diperintahkan untuk hal ini. Allah Ta’ala berfirman,
كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون بالله
“Kalian adalah sebaik-baik ummat yang dikeluarkan kepada manusia, kalian memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar , dan beriman kepada Allah“. [Ali-Imran :110]

Jika terus-menerus akan berbahaya , Abu ‘Ali ad-Daqqâq rahimahullah berkata,
الْمُتَكَلِّمُ بِالْبَاطِلِ شَيْطَانٌ نَاطِقٌ وَالسَّاكِتُ عَنِ الْحَقِّ شَيْطَانٌ أَخْرَسُ
“Orang yang berbicara dengan kebatilan adalah setan yang berbicara, sedangkan orang yang diam dari kebenaran adalah setan yang bisu.” [ad-Dâ` wad-Dawâ` hal. 100, Darul ma’rifah, Magrib, cet. Ke-1, 1418 H, Asy-Syamilah]

Penutup
Satu yang ingin kami tekankan sekali lagi bahwa semua yang berkaitan dengan kemashlahatan dunia dan akhirat sudah diajarkan oleh islam. Mengapa kita masih mencari motivasi, jalan keluar dan prinsip hidup dari orang-orang kafir dan fasik. Mengambil dari filsafat yunani atau filsafat cina dan sebagainya. Boleh-boleh saja jika bersesuaian dengan Islam, tetapi kenapa kita tidak mendahulukan perkataan Allah dan Rasul-Nya, perkataan sahabat, perkataan ulama dan orang-orang shalih.
Yang sering dilakukan oleh umat islam adalah menukil dan menulis perkataan tokoh kafir A, Ilmuan Kafir B, Artis fasik lagi kafir C. Walaupun perkataan mereka ada benarnya juga tetapi sebagai bukti kecintaan dan loyalitas kita, maka kita dahulukan agama Kita. Padahal apa yang mereka katakan berupa prinsip kebaikan sudah ada dalam ajaran agama kita. Inilah bukti bahwa kita sangat jauh dari ajaran agama islam dan jauh dari kitab-kitab para ulama. Kita tidak tahu ternyata itu semua sudah ada dalam islam.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. 
Disempurnakan di Lombok, pulau seribu masjid
6 Daulqo’dahl 1432 H, Bertepatan  4 November 2011
Penyusun:  Raehanul Bahraen
Semoga Allah meluruskan niat kami dalam menulis.
artikel http://muslimafiyah.com