Minggu, 28 Desember 2008

'Mat Bulan Baru...

Dan... Beberapa jam lagi, satu lagi bulan akan berlalu. Bulan penanda tahun yang, yahh... Tak terkatakan. Enam purnama terakhir khususnya, telah berlari sedemikian cepatnya. Memukuliku, menghindariku, menjauhiku, mendekatiku, menjatuhkanku, membangunkanku untuk mengulanginya lagi.

Tak terasa, duabelas bulan yang diawali niatan untuk berubah, kini sedikit menuai hasil. Yahh, lebih baik sekarang daripada masa lalu, dan esok, alangkah baik kalau tetap kujaga ritme menuju seulas senyum di wajah tak biasaku. :)

Kemudian, tak kurang enam bulan lalu. Tebersit sedikit keinginan tentang hal yang kurasa dapat kulakukan. Yahh.. Topik tugas akhir, untukku sendiri, tadinya. Kemudian diturunkan untukku penolong, yang menolongku memulainya. Ya, memang berat untuk mengawalinya ketika itu. Namun kini, yang aku --kami sebetulnya-- rasa malah sebaliknya. Sulit berpisah dengannya. Kurang rasanya, dan tak pantas kami tinggalkan begitu saja proyek sederhana ini.

Enam bulan yang lelah, tapi tak pernah diciptakan sesuatu untuk kesia-siaan. Ambillah ini, dan semua hal yang kalau mengambil istilah kami, gagal, jadi titik tolak. Bahwa ada sesuatu di setiap hal itu niscaya, dan andaikan dapat kamu lihat kenapa, dan bagaimana hal itu menuntun pada kegagalan, tentu tak sulit mengganti yang tak sesuai dengan yang tepat. Kalau berhasil yang kamu cari.

Yah.. Enam bulan.. Enam bulan.. Dengan tiga di antaranya memaksaku menanggalkan cintaku membekukan waktu. Enam bulan yang, kuharap bisa menolongku kelak menggapai sebentuk alat bantu menyimpan waktu-waktu yang terbekukan itu. Kuharap...

Dan sekarang, tak kurang satu jam dari permulaan bulan baru, ingin aku memulai satu yang baru bersama bulan itu. Bulan yang dengan tertib mengitari kita di sini, dan ikut serta dalam ketertiban kita mengitari satu mentari, dan turut tertib memutari pusat semuanya ini. Semoga yang jelek dari yang lalu tenggelam bersama bulan, dan berganti yang baik yang ikut timbul seiring bulan yang baru. Semoga...


F I N
written on 28. Dez 2008, 16.57 WIB
Kuucapkan, selamat tahun baru. Tapi jangan maknai tulisan ini sebelum satu putaran jarum panjang jam penuh sudah berlalu, terima kasih.

Senin, 22 Desember 2008

Alea Iacta Est (2): Semakin Dekat

Sekadar mengingatkan, Rif...
Tak lebih dari 30 jam lagi, tanda waktu akan memasuki tanggal itu.

24. Dez 2008

Dan malam ini, entah apa kubisa tak memejamkan mata sebentar pun layaknya malam tadi...


F I N
written on 22. Dez 2008, 19.02 WIB
Mengapa tak Kau beri lelah padaku hari ini? Rindu aku dengan bantal dan tikar nan sejuk itu...

Rabu, 17 Desember 2008

Sekadar Mengingatkan...

Kawanku... Sedekat apapun tanggal yang kita tentukan untuk kita masing-masing
ingatlah: "there's more live to life beyond this things we do now".
Jadi, sayangi dirimu, makanlah saat lapar, istirahatlah saat lelah, dan bergembiralah
karena saat semua telah dijalani
kelak akan berkumpul kita, dengan cerita saat itu, dan saat sekarang, ditemani secangkir teh untukku dan buatmu, umm... Akan kutanyakan apa yang kamu inginkan, biar aku yang buatkan.
Jadi... Jalanilah bersama senyummu yang termanis
Karena hidup, bukan cuma ini.


F I N
written on 17. Dez 2008, 07.38
satu kata buatmu dan untukku: SEMANGAT!!!!

Senin, 15 Desember 2008

Sebuah Dialog

Lagu ini manis, manis sekali --termasuk yang kudengarkan berulang-ulang tanpa jemu. Dibawakan dengan suara yang bening, dan tulus terdengar. Ini dia, Andai Aku Besar Nanti, dipopulerkan oleh Sherina.

**********
andai.. aku telah dewasa

apa yang kan ku katakan, untukmu idolaku tersayang
ayah...
oooh andai usiaku berubah
kubalas cintamu bunda
pelitaku, penerang hidupku dalam setiap waktu

ooh..kutahu kau berharap dalam doamu
kutahu kau berjaga dalam langkahmu
kutahu selalu cinta dalam senyummu
ooh Tuhan kau ku pinta
bahagiakan mereka sepertiku.
**********

Tentu Kamu tahu. 'kan Kamu tahu semuanya, nampak ataupun tidak, bukan? Kuharap ayah-ibuku, ayah-ibu dari ayah-ibuku, ayah ibu dari ayah-ibu dari ayah-ibuku, dan seterusnya, bahagia kini, juga nanti. Mungkin salah satu kebahagiaan mereka bisa dijelang tanggal 24 ini, itu pun kalau Kamu tidak keberatan mengantarkan kebahagiaan untuk mereka melalui aku.


F I N
written on 15. Dez 2008, 21.26 WIB
Dan... Haruskah semua hipotesis yang kami bangun diputarbalikkan segera? Sungguh, manusia boleh berbuat, tapi Kamu yang berkehendak...

Minggu, 14 Desember 2008

Secarik Kertas Itu...

Biar kugambarkan untukmu. Secarik kertas berukuran sekitar 22 x 7 cm². Kertas itu, karton dua warna yang ditumpuk, warnanya hijau --lebih muda pada bagian yang bercetak tulisan. Tulisannya, Times New Roman ukuran sekitar 10 dibuat rata tengah, juga berwarna hijau. Di pojoknya kanan bawhnya, ada lima huruf tulis tangan warna hitam yang menembus batas hijau muda-hijau tua pada karton. Setelah semua rapi, kertas itu dilaminasi dengan plastik bening, dan diberi lubang di kiri tengahnya. Dahulu ada pita warna hijau pula di situ.

Lalu, apa sih yang tertera pada kertas itu? Biar kusalinkan untukmu:
"[Tulisan ketik]
Arif
The name of Arif gives you a very individual, reserved, serious nature. You stick stubbornly to your ideas or decisions, in spite of any appeals or advice, you are not willing to accept a compromise. You prefer to be alone with your own thoughts, rather than in the company of others. This name restricts spontaneity in association and the fluency of your verbal expression. When you are required to express yourself in personal matters requiring finesse and diplomacy, you feel awkward and embarrassed. Although you realise perfectly well what is expected of you, you are unable to find the right words and hence you end up saying something inappropriate in a candid way.. You can express your deeper thoughts and feelings best through writing. Your friendships and personal associations are rather restricted, being limited to those of a similar nature who can understand and accept your rather straightforward yet reserved manner. You are steadfast and loyal, and do not allow gossip or anything belittling to be said against those whom you accept in friendship. You find satisfaction in being outdoor or getting out into nature, or in dealing with the products of the earth. There is originality and depth of thought contained in this name, particularly along practical and mathematical lines. This name can adversely affect the health of your respiratory organs, the heart and lungs. Also, you are prone to suffer from weaknesses centering in the head. [Akhir tulisan ketik]
[Tulisan tangan itu] Maila [akhir tulisan tangan]
"
Mungkin kamu bertanya, siapa gerangan Maila ini. Jangan khawatir, beliau ini "guru" Bahasa Inggris ketika dulu aku SMP. "Guru", karena memang belum tuntas sekolah beliau ketika itu -- dan sekolah beliau tepat satu kompleks dengan SMP-ku dulu. Seorang "guru" yang akan selalu kuberikan tempat khusus di alam pikiranku.

Apa kiranya yang membedakan beliau dari guru dan "guru" yang lain? Yah, selain secarik kertas yang beliau berikan pada kami -- ya, aku dan 23 orang kawanku di kelas itu -- beliau juga mengubah pandangan kami tentang belajar di ruang kelas. Saat itu, sekitar delapan tahun lalu, beliaulah yang pertama kali menenteng kojing (komputer jinjing? Hihihihi ngarang terus...) ke ruang kelas. Tak seperti masa sekarang, tahun itu kojing masihlah barang yang langka dan tak sebarang orang dapat memilikinya. Selain itu, beliau juga yang dapat menghidupkan suasana kelas dengan mengizinkan kami memainkan permainan --sepertinya permainan pendidikan, tapi unsur pendidikan itu memang seolah tandas dilahap unsur permainan-- di kojing tersebut.

Dan... Kembali ke secarik kertas itu. Entah apa dasar beliau memilih warna hijau --mungkin warna kesukaan beliau-- tetapi yang jelas sekarang, setidaknya empat orang berada di fakultas 'hijau' --alias kedokteran-- dan aku sendiri, di departemen 'hijau' --metallurgi dan material-- di fakultas 'biru' --teknik. Itu baru dari warnanya. Sedangkan untuk isinya. Hmmm.... Dulu aku tak mengerti sama sekali apa yang dikatakan tulisan itu. Maklumlah, apalah yang bisa diketahui bocah bercelana biru sedengkul yang saban hari menempuh jarak pergi-pulang tak kurang 13 km?

Kemudian, dengan waktu berlalu, celana pendek memanjang menutupi tulang kering dan warna biru lenyap berganti abu-abu, kertas itu kembali lagi. Yah, kembali dan dibaca bocah yang sama. Tertegun ia saat membaca ulang dan mengartikannya. Entah mengapa sebagian dari dirinya bak tercermin di tulisan itu. Tapi, tak urung, ia kembalikan kertas itu ke tempatnya, dan menghilanglah lagi kertas itu.

Kemudian, berlalu pula waktu, enam tahun dari bocah bercelana abu-abu itu membaca kertas tersebut. Kini, ia jumpa lagi dengan kertas yang sama. Lusuh bekas berlipat, dengan tambahan tulisan tangannya --yang dari tahun ke tahun tak kunjung membaik. Didapatinya kertas itu sebagai pembatas buku yang lama tak ia baca. Ia membaca kertas itu lagi, dan sekali lagi, tertegun ia membacanya. Betulkah? Sebab rasanya, yang dibahas pada tulisan itu adalah betul dirinya. Menggambarkannya tepat sempurna, nyaris tanpa cacat.

Tak pernah tahu aku seperti apa yang ia tulis pada 23 kawanku lainnya. Ingin ku tahu, dan berbagi, dan bertanya, seperti yang tertuliskah mereka? Sebab, bila aku bersendiri saja dengan tulisan ini, tak tercukupi data untuk mengambil simpulan --biarpun simpulan-pertanyaan itu ingin selalu kuutarakan: "Membaca dirikukah beliau?"

Miss Maila, di manapun berada sekarang.... Semoga masih ingat aku, sebab kini tak ku tahu apa harus berterima kasih atau malah mengeluh. Semua karena 'bacaan' itu atau karena 'kutukan' itu.


F I N
written on 14. Dez 2008, 22.32
read carefully and you'll know who I am --in a whole package. By the way... I do not actually believe in such prophecies...

Sabtu, 13 Desember 2008

Alea Iacta Est!

Hmm... Mungkin ada yang bertanya-tanya, apa kiranya arti kata-kata di atas itu. Mungkin juga ada yang malah nyengir kuda karena langsung teringat sebuah komik perancis, "Asterix & Obelix". Mungkin akan kuberitahukan saja apa artinya tiga kata itu padamu, yah?

Untuk yang pernah membaca beberapa seri komik Asterix, kalimat di atas mungkin sudah terasa dekat. Ya, Julius Caesar digambarkan sering sekali menyebutkan kalimat tersebut. Artinya, kalau dari sini adalah "The die is cast" -- dadu sudah dilempar. Lalu apa maknanya? Hmm... Masih dari sumber yang sama -- walaupun sebetulnya bisa dideduksi sendiri -- maknanya adalah suatu perbuatan sudah dilakukan, dan tak bisa ditarik kembali.

Dan, untuk kali ini, kurasa seperti itulah yang terjadi. Alea iacta est! Tanggal itu sudah disiapkan. 24. 12 2008, dan aku masih di sini, mengutak-atik difraktogram-difraktogram yang acakadut itu supaya bisa diperhitungkan, dan masih perlu setidaknya satu data lagi agar simpulanku kelak lebih bisa diterima. Yah.. Apa mau dikata. Kata telah terucap, waktu sudah berlalu. Sekarang, mari, kembali ke himpunan data tak berkesudahan itu. 'mat berhitung!


F I N
written on 13. Dez 2008, 07.45 WIB
Dan, untuk semua awal... Kuharap semuanya baik selalu sampai.... Nanti (-_-)

Senin, 08 Desember 2008

'Mat UAS!

Dan setelah enam kali menghadapinya
rasanya yang ketujuh ini sangatlah istimewa
besok
untukku, sepuluh rekan perempuanku, dan tak sedikit rekanku
ini akan jadi yang terakhir... Semoga

Selamat Ujian Akhir Semester (UAS)
semoga tinggal satu lagi yang semacam ini untuk kalian, dan...
Khusus untuk kami
Selamat Ujian Akhir... Semoga


F I N
written on 8. Dezember 2008, 17.15 WIB
dan manisnya... Aku belum siap sama sekali! Oh iya, "'Mat 'Id Ad'ha!" juga... ^_^

Sabtu, 06 Desember 2008

Salah atau Benar?

Jum'at (05. 12) petang kemarin, Ibu meminta dijemput di rumah kawannya berangkat pergi berhaji dulu. Karena si Hitam sedang bermasalah dan sepertinya harus turun mesin lagi (duh, tahun depan saja deh...), jadilah kupinjam sepeda motor adikku, si Merah. Kurang kreatif yah? Maaf deh, habis rasanya lebih aneh kalau diberi nama seperti "si Joni", atau nama-nama lain. Yah, pokoknya, setelah mengambil jaket dan helm (dompet dan SIM tertinggal. Jangan ditiru ya, Dik. Hehehe), berangkatlah aku dengan terlebih dulu menyinggahi dua pompa bensin, karena yang pertama ternyata kehabisan stok, payah deh..

Nah, lepas dari pompa bensin yang kedua yang ada tak berapa meter dari kompleks Departemen Pertanian RI, langsung melesatlah aku ke arah Kebun Binatang Ragunan pintu utama. Tentu saja Ragunan tidak memiliki sesi malam seperti Taman Safari di Cisarua, Puncak, dan memang bukan ke kebun itu tujuanku. Tujuanku ke jalan (kecil) di samping jalan keluar bus Transjakarta. Gelap, hampir pasti karena lampu jalan hanya seadanya, dan syukurlah tertolong lampu-lampu dari rumah-rumah penduduk.

Kemudian, dengan jalan itu menyisir dinding luar Kebun Binatang, tibalah aku di dekat Pintu Barat Kebun Binatang. Tak berapa jauh, pikirku, karena memang bukaan jalan ketiga tujuanku. Ternyata eh ternyata, salah perhitungan aku kemarin. Jadi jalan yang seharusnya jalan kedua, kuhitung jalan pertama. Masalah bertambah dengan jalan yang kulalui itu jalan satu arah. Yah.... Berputar mengikuti jalur deh terpaksa..

Naif kedengaran yah? Di pikirku, jalan itu dibuat satu arah karena memang biasanya bisa timbul macet luar biasa di sana. Jalan searah itu sendiri dimulai dari pertigaan Cilandak (Marinir), berputar ke Pintu Barat, terus ke pertigaan Ciganjur, kemudian kembali ke Marinir itu tadi. Kalau dibuat jalan dua arah, dengan lajur yang dua arah seadanya itu -- dengan perangai manusia modern yang terus diburu waktu -- niscaya akan bertumpuk-tumpuklah berbagai-bagai kendaraan di pertigaan Cilandak itu. Jadi menurutku, sangat masuk akal 'memaksa' orang berputar lebih jauh, dengan konsumsi bahan bakar yang mungkin tidak terlalu banyak berbeda karena lebih lancar, dan tidak diperbolehkan langsung mengambil kanan di situ.

Masalahnya................ Tidak semua orang berpikir demikian. Dan Jum'at petang kemarin -- kalau tidak salah, Jum'at itu hari di mana setiap perbuatan balasannya dilipatduakan -- jumpalah aku dengan satu lagi manusia modern yang diburu waktu -- atau hanya karena kebiasaan? Seorang pengendara sepeda motor semi-sport (kalau boleh sebut tipe, RX-king atau Tiger, aku tak lihat jelas kala malam) menunjukkan gelagat akan berbelok ke kanan di pertigaan Cilandak itu. Oho, dengan sisa keisengan yang masih ada, kutekan klakson sedalam kubisa, dan -- yang ini jangan ditiru -- memberi tanda mengolok dengan jari... Kau tahu lah, hihihi.... Ups...

Apa yang kuterima. "[SENSOR, tiga/empat kata; benda produk pencernaan manusia dan hewan] Luh!". Hmm... Kami imbang sebetulnya, dan tak ada yang layak menyalahkan. Salahku menyusul klakson itu dengan acungan jari yang tak patut. Salah dia yang tak acuh dengan aturan di situ. Yah, sesama yang bersalah tak patut saling mencerca. Hihihihi......

**

Huff... Tak kuceritakan itu kepada siapapun. Yang jelas, bila di antara kamu yang sempat mampir membaca di sini, dan kamu korban acungan jariku (pemuda berjaket kulit, berhelm putih, mengendarai sepeda motor warna putih-merah berangka akhir pelat SPM -- lupa nomornya, maklum itu sepeda motor adikku). Aku minta maaf. Kadang kurasa kamu dan orang seperti kamu tidak bisa dipaksa melihat rambu yang ada. Juga kadang kamu tidak sanggup berpikir jauh dan mendalam karena di kepalamu banyak pikiran yang lebih penting daripada sekadar perbuatan yang bisa sekadar membuat macet -- paling sial ada yang kendaraan yang bertabrakan. Kadang kurasa kamu tidak akan sadar sebelum badanmu ada di bawah sebuah truk -- itulah mengapa aku tidak mengemudikan mobil. Rehatlah sejenak, berpikir sedikit. Dunia tak cuma kamu sendiri, dan kalau tak suka dengan satu aturan, katakanlah! Jangan malah tak mengacuhkan aturan itu, Bung!


F I N
written on, 6. Dezember 2008; 20.00 WIB
Yah... Aku juga belum sempurna, tapi setidaknya selalu kucoba menihilkan yang kulanggar dalam perjalananku...

Rabu, 03 Desember 2008

Seminar

WAAAAAAAAAAHHHH........... Ups, maaf. Cuma sedikit ekspresi lega saja kok. Lega yang, ehm, sementara sepertinya.

Jadi, hari ini, 3. Dez 2008, satu puncak karier (duilee...) di masa kuliah ini. Nama kegiatannya, um... Seminar. Nah, mulai semester ini, atas inisiatif Pak Herman yang juga koordinator Skripsi, KP, dan Seminar, dihidupkan kembali sistem seminar yang seperti seminar. Bingung? Tunggu sebentar ya, coba kujelaskan.

Selama beberapa waktu, di jurusan kami, mata kuliah seminar itu lebih kepada presentasi kecil --entah skripsi sendiri entah skripsi orang-- di depan dosen pembimbing dan penguji, saja. Nah, terhitung sejak semester ini, diadakan kembalilah seminar berformat seminar "umum" itu. Naahh... Itulah sebabnya baru sekarang bisa turun menulis di sini lagi. Yah, hitung-hitung menghadiahi diri sendiri setelah presentasi yang *cukup* baik tadi.

Sebetulnya, semua dimulai sejak pekan kemarin. Tadinya seminar itu bahkan dijadwalkan Kamis kemarin, tetapi karena satu dan lain hal, jadilah digeser ke hari ini. Yah, begitulah. Hampir sepekan penuh kami berenam -- Aku-Dini-Himsky-Fian-Dian-Mas Ii' -- berkutat dengan slide-slide presentasi (AWAS: BUKAN Slide ppt yah! Tak terstandardisasi itu format...) yang diutak-atik sana-sini, supaya tidak terlalu banyak, tapi tetap informatif. Dan.... Ternyata semua dari kami sepaham hari ini. Slide presentasinya tak ada yang lebih dari angka 30-an slide. Berbobot? Pastinya. *ayo.. Pupuk percaya dirimu sedikit sedikit, Nak... ;p*

Dan, saat jarum jam menunjuk waktu pukul 13.30 WKMT (Waktu Ruang KMT, hehehe), datanglah satu persatu audiens yang ditunggu. Pak Herman sebagai audiens, juga pembimbing skripsi beserta Ibu Sotya sebagai, um... Penguji? Yah, begitulah. Kemudian ada rekan-rekan seperjuangan dari angkatan '04 (Hatta, Rahmat), '05 (Tego yang setia dari awal sampai akhir, Fawwaz, Buged, Falahy yang hari ini sukarela jadi sie.dokumentasi, Tri, Reza Kiswara, Aryo, Icad, Febrian, dan banyak lagi yang belum disebut jangan marah. ^_^), juga '06 (Wening dan Lusi. Sayang si, um, 'Neng tak datang, hihihi). Yah, memang berangsur-angsur sih, tapi 'makasih banyak sudah sempat datang ke seminar kami. Juga datang, beserta beberapa paket penganan dan air minum, ayah dan ibunya Himsky. 'Makasih juga, Om dan Tante, dukungannya luar biasa. Yah, setidaknya aku -- yang lupa memberitahu ayah-ibunya soal seminar ini -- masih dapat pesan singkat dari Ibu, setelah kuberitahu tentunya. Ah.. Seandainya saja Ibu-Ayah di sana tadi... Lepas mungkin belenggu di lidah tadi...

Yah, setelah penonton tiba, mulailah kami -- berturut-turut Dian, Himsky, Fian, Dini, Mas Ii', Aku -- bergantian menyampaikan materi yang diseminarkan. Dian yang tenang, dengan topik besar "Geopolimer". Himsky yang lebih ekspresif, dengan "Sel Bahan Bakar"-nya. Fian yang santai, tapi serius membawakan "Kaca Swabersih". Dini yang lebih 'perempuan' dengan hem (blus? Apalah namanya itu) merah muda dengan "Sel Surya Tersensitisasi Pewarna" -- sama denganku. Mas Ii' kembali dengan "Sel Bahan Bakar", dengan slide penuh dengan tabel-tabel. Aku -- mencoba menyemangati diri sendiri dengan berkata "simpan yang terbaik untuk di akhir" -- menutup hari, dengan slide yang penuh animasi membahas "Sel Surya Tersensitisasi Pewarna".

Ah... Tiga jam setengah berlalu di ruangan yang dingin minta ampun itu. Tapi tetap saja, naluri untaku keluar juga. Tiga minuman gelasan habis dalam rentang waktu itu. Lapar? Sudah lupa tuh. Hahaha. Tidak sehat memang, tapi mau kata apa, karena memang rasa lapar tak seberapa dibanding takut, gugup, dan nama-nama lainnya itulah.

Soal presentasinya, tak perlulah diceritakan. Sering sudah kamu menghadiri seminar ini dan itu, 'kan? Yah, kira-kira begitulah, hanya saja posisi kami hari ini menjadi pemakalahnya -- pinjam istilahnya, ya Fal? Hehehe. Dan, lepas seminar hari ini, rasanya lega meliputi kami berenam. Lega yang, ehm, memabukkan juga sih. Bahkan aku pun lupa mematikan dapur pemanas (oven) selepas seminar --jadilah besok sampelku keluar basah. Tak mengapa, yang jelas mungkin beberapa saat (atau hari) lagi ada yang mengunggah foto-foto kami di situs jaringan sosial yang itu. Nah, semoga saja albumnya dibuka dan nanti kutunjukkan alamatnya biar bisa juga kamu lihat tampan dan cantiknya kami -- narsisis betul, hehehe -- hari ini, dengan senyum mengembang bersama lepasnya sedikit beban tahun terakhir, betul ka'?

Yang jelas..... Luv u all! Bab 2, Bab 4. Tunggu aku yah... He he he


F I N
written on 3. Dez 2008, 22.40; delayed due to the feeling of urgency to say "Hello" or "hi" to many ol' friends. ^_^
Kamu tahu? Tanpa Kamu, lemahku terbuka, kuatku tak ada, tanpa Kamu. 'Makasih ya...

EDIT: Ini dia peserta MK Seminar (Perdana) semester gasal 2008


Kiri-kanan: Himsky-Aku-Dini-Dian-Mas Ii-Alfian. 'Makasih untuk hari yang luar biasa itu!
Kukenang selalu sampai kapan-kapan. ^_^

Makasih, Dian, udah unggah fotonya. Makasih Falahy, udah motretin.