Minggu, 14 Desember 2008

Secarik Kertas Itu...

Biar kugambarkan untukmu. Secarik kertas berukuran sekitar 22 x 7 cm². Kertas itu, karton dua warna yang ditumpuk, warnanya hijau --lebih muda pada bagian yang bercetak tulisan. Tulisannya, Times New Roman ukuran sekitar 10 dibuat rata tengah, juga berwarna hijau. Di pojoknya kanan bawhnya, ada lima huruf tulis tangan warna hitam yang menembus batas hijau muda-hijau tua pada karton. Setelah semua rapi, kertas itu dilaminasi dengan plastik bening, dan diberi lubang di kiri tengahnya. Dahulu ada pita warna hijau pula di situ.

Lalu, apa sih yang tertera pada kertas itu? Biar kusalinkan untukmu:
"[Tulisan ketik]
Arif
The name of Arif gives you a very individual, reserved, serious nature. You stick stubbornly to your ideas or decisions, in spite of any appeals or advice, you are not willing to accept a compromise. You prefer to be alone with your own thoughts, rather than in the company of others. This name restricts spontaneity in association and the fluency of your verbal expression. When you are required to express yourself in personal matters requiring finesse and diplomacy, you feel awkward and embarrassed. Although you realise perfectly well what is expected of you, you are unable to find the right words and hence you end up saying something inappropriate in a candid way.. You can express your deeper thoughts and feelings best through writing. Your friendships and personal associations are rather restricted, being limited to those of a similar nature who can understand and accept your rather straightforward yet reserved manner. You are steadfast and loyal, and do not allow gossip or anything belittling to be said against those whom you accept in friendship. You find satisfaction in being outdoor or getting out into nature, or in dealing with the products of the earth. There is originality and depth of thought contained in this name, particularly along practical and mathematical lines. This name can adversely affect the health of your respiratory organs, the heart and lungs. Also, you are prone to suffer from weaknesses centering in the head. [Akhir tulisan ketik]
[Tulisan tangan itu] Maila [akhir tulisan tangan]
"
Mungkin kamu bertanya, siapa gerangan Maila ini. Jangan khawatir, beliau ini "guru" Bahasa Inggris ketika dulu aku SMP. "Guru", karena memang belum tuntas sekolah beliau ketika itu -- dan sekolah beliau tepat satu kompleks dengan SMP-ku dulu. Seorang "guru" yang akan selalu kuberikan tempat khusus di alam pikiranku.

Apa kiranya yang membedakan beliau dari guru dan "guru" yang lain? Yah, selain secarik kertas yang beliau berikan pada kami -- ya, aku dan 23 orang kawanku di kelas itu -- beliau juga mengubah pandangan kami tentang belajar di ruang kelas. Saat itu, sekitar delapan tahun lalu, beliaulah yang pertama kali menenteng kojing (komputer jinjing? Hihihihi ngarang terus...) ke ruang kelas. Tak seperti masa sekarang, tahun itu kojing masihlah barang yang langka dan tak sebarang orang dapat memilikinya. Selain itu, beliau juga yang dapat menghidupkan suasana kelas dengan mengizinkan kami memainkan permainan --sepertinya permainan pendidikan, tapi unsur pendidikan itu memang seolah tandas dilahap unsur permainan-- di kojing tersebut.

Dan... Kembali ke secarik kertas itu. Entah apa dasar beliau memilih warna hijau --mungkin warna kesukaan beliau-- tetapi yang jelas sekarang, setidaknya empat orang berada di fakultas 'hijau' --alias kedokteran-- dan aku sendiri, di departemen 'hijau' --metallurgi dan material-- di fakultas 'biru' --teknik. Itu baru dari warnanya. Sedangkan untuk isinya. Hmmm.... Dulu aku tak mengerti sama sekali apa yang dikatakan tulisan itu. Maklumlah, apalah yang bisa diketahui bocah bercelana biru sedengkul yang saban hari menempuh jarak pergi-pulang tak kurang 13 km?

Kemudian, dengan waktu berlalu, celana pendek memanjang menutupi tulang kering dan warna biru lenyap berganti abu-abu, kertas itu kembali lagi. Yah, kembali dan dibaca bocah yang sama. Tertegun ia saat membaca ulang dan mengartikannya. Entah mengapa sebagian dari dirinya bak tercermin di tulisan itu. Tapi, tak urung, ia kembalikan kertas itu ke tempatnya, dan menghilanglah lagi kertas itu.

Kemudian, berlalu pula waktu, enam tahun dari bocah bercelana abu-abu itu membaca kertas tersebut. Kini, ia jumpa lagi dengan kertas yang sama. Lusuh bekas berlipat, dengan tambahan tulisan tangannya --yang dari tahun ke tahun tak kunjung membaik. Didapatinya kertas itu sebagai pembatas buku yang lama tak ia baca. Ia membaca kertas itu lagi, dan sekali lagi, tertegun ia membacanya. Betulkah? Sebab rasanya, yang dibahas pada tulisan itu adalah betul dirinya. Menggambarkannya tepat sempurna, nyaris tanpa cacat.

Tak pernah tahu aku seperti apa yang ia tulis pada 23 kawanku lainnya. Ingin ku tahu, dan berbagi, dan bertanya, seperti yang tertuliskah mereka? Sebab, bila aku bersendiri saja dengan tulisan ini, tak tercukupi data untuk mengambil simpulan --biarpun simpulan-pertanyaan itu ingin selalu kuutarakan: "Membaca dirikukah beliau?"

Miss Maila, di manapun berada sekarang.... Semoga masih ingat aku, sebab kini tak ku tahu apa harus berterima kasih atau malah mengeluh. Semua karena 'bacaan' itu atau karena 'kutukan' itu.


F I N
written on 14. Dez 2008, 22.32
read carefully and you'll know who I am --in a whole package. By the way... I do not actually believe in such prophecies...

Tidak ada komentar: