Jumat, 16 Oktober 2009

Twhirl: Peranti Klien Twitter Berbasis AIR

Bagi sebagian golongan, situs jaringan sosial/pertemanan facebook mungkin telah menjadi ritus yang menjemukan. Beberapa temanku bahkan sampai menonaktifkan sementara halaman mereka di sana. Memang, untukku sendiri situs tersebut masih cukup berguna. Malam ini saja, seorang temanku semasa SD - yang lama betul tak bertemu - meminta ditambahkan ke daftar temanku.

Tapi mungkin dasar sudah tidak bisa terlepas dari dunia maya, sebagian lagi temanku ternyata sudah/baru membuat akun di situs "SMS maya" yang terbatasi 140 karakter setiap kalinya: twitter. Untuk twitter ini sendiri, baca sendiri ya! Ayo, jangan malas.. Mungkin bisa dimulai di sini, sana, juga di situ.

Aku sendiri? Yah, masih hijau lah di sana, dan jarang-jarang memperbarui status. Mungkin karena sebelumnya, di sistem operasi Wind*, ruang sisa di cakram keras (ehm, "hard disk" kalau kamu bingung) tinggal tersisa sedikit membuatku malas menambah aplikasi lain lagi.

Nah, setelah ada penambahan secara besar-besaran (secara harfiah) ruang sisa cakram keras, barulah aku terpikir untuk... Bukan, bukan menambah aplikasi lain. Yang benar adalah memasang Linux Mint 7: Gloria. Bukan edisi utamanya, tetapi edisi komunitas dengan pengatur tampilan muka XFCE. Maklum, memori juga telah mengalami penambahan yang cukup.

Ups, daripada semakin kacau dan melebar, mari kita mulai membahas sedikit tentang aplikasi klien twitter yang kusebutkan di judul: Twhirl.

Kalau boleh sedikit bercerita, tadinya aku berniat menggunakan pengaya untuk perambah firefox yang dinamakan echofon. Namun entah kenapa pengaya ini tidak menyimpan nama penggunaku di twitter. Mengerikan rasanya mengisi lagi dan lagi dan lagi nama pengguna setiap kali menyalakan echofon.

Kemudian, aku mendapati sebuah laman (maaf lupa sama sekali alamatnya) yang membahas beberapa aplikasi yang dipergunakan untuk mengakses twitter di sistem GNU/Linux. Salah satunya ya, twhirl ini.


Tangkapan layar twhirl: Sederhana, tapi lengkap

Penempatan tombol-tombol mungkin perlu pembiasaan pada awalnya. Sedikit kujelaskan bahwa di bagian bawah tersedia tombol-tombol (berturut-turut) untuk memunculkan/menyembunyikan kolom pembaruan status, halaman muka ("home"), balasan tweet(s), pesan yang langsung ditujukan ke pengguna, tweet(s) favorit, daftar kontak, pencarian pengguna, dan pencarian tweet.

Di sisi atas ke kanan lalu ke bawah dari kolom pembaruan status adalah untuk mengaktifkan/tidak penyaring (berbasis kata), penanda "terbaca" pada semua tweets yang masuk, muat ulang, pilihan untuk mengunggah gambar, pemendekan URL, penanda karakter tersisa (ingat, terbatas di 140 ya!), dan tombol pembaruan status.

Antarmukanya, terutama tema warnanya dapat diubah sesuai keinginan. Selain itu, aplikasi ini juga bisa mengirim pembaruan status ke ping.fm dan Jaiku. Sehingga, kalau boleh menilai aplikasi ini dalam satu kata, yang terlintas adalah "sederhana".

Satu hal yang cukup mengganjal (dan memberatkan mungkin untuk kamu-kamu yang tergolong fakir/kikir bandwidth) adalah bahwa aplikasi ini berjalan di atas runtime Adobe AIR. Mengapa demikian? Perhatikan. Untuk GNU/Linux, berkas biner yang harus diunduh sebesar 13,11 MiB. Untuk SO Wind*, 15,4 MiB. Sedangkan MacOSX - tak tanggung-tanggung - 21,5 MiB. Wow...

Tapi, kalau melihat potensi dari AIR ini, yang berusaha memacu para pengembang aplikasi mengembangkan aplikasi internet kaya (rich internet application, RIA), dan semakin dalamnya internet masuk di negeri ini, rasanya besarnya unduhan tersebut (kelak) akan sebanding dengan kegunaannya.


F I N
written on 16. Okt 2009, 21.15 WIB, 22.10 WITA
Please Mr. Postman, send it to her. Quick that she'll be glad I wish.. *blush*


Link

Kamis, 01 Oktober 2009

Antara Padang - Jakarta: Sedikit Cerita

30 September 2009, Petang.

Lepas kuliah yang kembali dilalui dengan twitter-an bersama C650 yang daya baterainya habis, maka meluncurlah aku pulang. Entah mengapa jalan Depok-Pasar Minggu petang itu terasa lebih padat dari biasanya. Tidak ada rata-rata 70-80 km/jam di atas si Putih Merah yang biasanya ditembus dengan agak susah payah.

Sampai di rumah, si bebek sudah masuk kandang, maka masuklah aku ke Rumah. Tiba-tiba saja Ibu berkata, "Mas, Padang berantakan".

Hah?

Tak mengerti aku pada awalnya. Kemudian teralihkan pandanganku ke layar kaca. Eh? "Breaking News"? Ada apa ini?

Tak berapa lama kebingunganku terjawab. Telah terjadi gempa bumi di Sumatera Barat. Ya, yang dimaksud "Padang berantakan" itu nyatalah akhirnya di hadapan mataku melalui layar televisi. Bangunan-bangunan runtuh, dan tanah sepertinya juga terbelah. Kemudian tebersit pertanyaanku.

"Bu, Mak tuo (Bibi/Tante/Budhé/Aunt dalam bahasa Padang) bagaimana?"

"Mak tuo nggak papa, tapi sempat jatuh dari Angkot."

Hah? Sekali lagi diriku dilanda kebingungan. Kemudian akhirnya Ibuku menceritakan bahwa beliau telah menelepon Mak tuo tak lama setelah kejadian. Ternyata pada saat kejadian, Mak tuo sedang menuju ke pasar bersama anak bungsunya. Mungkin saat kendaraan berjalan, tidak terasa getaran gempa tersebut. Tetapi, pada saat hendak turun, barulah terasa getaran itu -- membuat Mak tuo kehilangan keseimbangan.

Meskipun demikian, Mak tuo masih berusaha berdiri, tetapi kemudian terjatuh lagi dan lagi sampai ditenangkan oleh orang-orang di sekitarnya. Mereka kemudian menjelaskan bahwa tengah terjadi gempa keras, sehingga sebaiknya tidak berdiri dulu khawatir kehilangan keseimbangan. Yang terjadi kemudian, Mak tuo justru menangis, karena anaknya masih di dalam angkot. Waduh...

**

Syukurlah, sejauh ini tidak ada kabar berita duka dari keluarga Ibuku di Padang sana. Meskipun demikian, duka dan doaku kukirimkan khusus untuk 'saudara-saudara' kamu dan aku di sana yang tidak seberuntung keluarga Ibuku. Mudah-mudahan mereka yang ditinggalkan diberikan kekuatan menghadapi bencana/musibah/peringatan [coret yang tidak perlu] ini.

Juga kalau boleh mengingatkan, bagi yang sekadar ingin "Wisata Bencana" ke sana, janganlah. Masih banyak yang perlu ditolong, jadi berikanlah jalan untuk mereka yang mampu dan mau menolong.

--
F I N
01. Okt 2009, 20.09 WIB
Mungkin ini akibat dari motto "Lanjutkan!" ini mengikutsertakan di dalamnya "Lanjutkan semua bencana/musibah/peringatan ini" ya? Entahlah..