Selasa, 25 Desember 2007

Halaman Kuning

Adakah di antara kalian yang ingat tentang 'Halaman Kuning'? Bukan, ini bukan seperti kitab kuning di pondok-pondok pesantren, melainkan buku yang (mungkin) ditawarkan kepada orang-orang yang hendak memasang sambungan telepon di rumah/kantornya. Apakah kabarnya sekarang ini, ya? Apakah buku ini 'hilang ditelan bumi'™?

Ternyata tidak saudara-saudara. Dengan perkembangan internet yang cukup pesat di negeri ini, sepertinya buku halaman kuning ini ikut bergabung dengan 'sisi baik internet'. Silakan buka halaman ini. Aku sendiri mendapatkannya dari si Mbah dengan kata kunci, ehm?! Tidak perlu terlalu dibuka bukan? Sudahlah,lupakan saja kata kuncinya. Yang penting ditemukan, bukan?

Baiklah, halaman awalnya sederhana (mungkin pengaruh dari imgLike Opera diatur pada show cached only dan noscript siaga penuh, ya?), ada beberapa tautan di atas di sebelah logo, di bawah tautan-tautan itu ada kolom pencarian dengan aturan awal berupa mencari "apa" di "kota apa".
Kemudian ada semacam sambutan di bawahnya, yaitu keterangan bahwa Yolk adalah kelahiran kembali Halaman Kuning ini. Kemudian ada pilihan untuk menjelajah berdasarkan kategorinya, lalu ada keterangan bahwa halaman ini juga dapat diakses melalui PDA atau ponsel, tentang review
(mungkin lebih tepat komentar pelanggan, ya?) dan terakhir ada berita-berita, yang tanggal terakhirnya lebih lama dari tanggal aku terakhir memperbarui blog ini, he he. Tapi tanggal itu masih cukup dekat (kalau dua bulan bisa dibilang dekat) dengan waktu aku melihatnya (25. Dez). Oh iya, ada juga fakta tentang Indonesia di sebelah kanan halaman ini.

Fungsi pencarian yang diberikan juga cukup baik. Bila menggunakan pencarian dengan pengaturan asli, maka kata kunci yang dimasukkan bisa ditemukan pada nama bisnis, alamat, klasifikasi, ataupun nomor telepon. Fungsi dasar ini dapat ditingkatkan menjadi fungsi mahir dengan beberapa
kata kunci, seperti listing: nama bisnis, address: alamat, dan sebagainya (periksa sendiri halaman mahirnya, bisa?) Sedangkan fungsi pencarian mahir terdiri dari beberapa kolom yang bisa diisi, yang pada dasarnya adalah visualisasi dari kata-kata kunci yang menggunakan titik
dua (:) itu tadi, dan ada beberapa pilihan yang tidak bisa digantikan dengan kata kunci mahir tadi.

Hasil pencarian yang diberikan, menurutku, cukup berkaitan dengan apa yang aku cari. Misalnya saja kita mencari 'restaurant' pada kolom pencarian dasar. Yang diberikan adalah klasifikasi yang mengandung kata 'restaurant', dan dari usaha-usaha yang nama, klasifikasi, atau bahkan
mungkin alamatnya mengandung kata restaurant.

Interaktivitas situs ini juga cukup baik, terlihat dengan adanya pilihan untuk menilai bisnis yang tertera pada situs itu. Hanya saja, sepertinya halaman komentar masih kosong. Mungkin ada dari kamu yang mau menjadi pionir? Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya dari situs ini.

Satu yang kurasa kurang dari situs ini adalah, antarmukanya berbahasa Inggris. Ini cukup menggangguku yang pengetahuan bahasa Inggrisnya minim. Bahkan, itu sebabnya aku menulis semuanya dalam 'bahasa ibuku'. Seandainya halaman ini diterjemahkan ke bahasa Indonesia, tentu akan
lebih memudahkan pengguna-pengguna awam sepertiku. Aku mengerti, halaman ini mungkin ditujukan juga untuk para ekspatriat di negeri ini, tetapi hargailah kami-kami yang tidak mengerti Bahasa Inggris ini. Setidaknya, pilihan yang mungkin adalah membuat antarmuka dalam dua bahasa, Inggris
dan Indonesia, sehingga kami juga memiliki kesempatan menggunakannya dengan nyaman.

Terakhir, aku hanya ingin menuliskan bahwa situs ini sepertinya dapat menggantikan buku Halaman Kuning bagi orang-orang yang lebih menyukai fitur pencarian daripada melihat daftar isi, jadi silakan mengunjungi (bila ada perlu) dan tulislah penilaian (juga komentar di halaman ini,
he he he. :-D)


F I N
written on 25. Dez 2005
Mau ikut kumpul-kumpul POSS-UI dan KSL-UI? Baca beritanya di sini, aku tunggu kamu di sana (kalau presentasi praktikumnya selesai cepat, he he. :-P)

Minggu, 16 Desember 2007

Soft Launching POSS UI

Hari Sabtu kemarin (15. Dez), di gedung Engineering Centre Fakultas Teknik Universitas Indonesia telah berlangsung sebuah acara bertajuk "Soft Launching POSS UI". Acara ini diselenggarakan oleh POSS (Pemberdayaan Open Source Software) UI.

Sayang sekali aku terlambat, dan tiba setelah acara cukup lama dimulai. Setibanya aku di sana, aku "disambut"oleh "penunggu pintu". Seorang perempuan yang --ehm, ehm, Rif?! Rif?! iya deh-- membagikan cd gratis. Ada 3 macam: Dewalinux, BlankOn dan --apa lagi satunya ya? IGOS kalau tidak salah. Aku sendiri memilih Dewalinux karena belum pernah dengar™. Pembicara yang ikut berbagi dalam acara ini antara lain:
  • Pak Ibam (Rahmat M. Samik Ibrahim) dosen Fasilkom UI
  • Pak Adi dari POSS UI (nama lengkapnya aku tidak tahu, maklum terlambat :p)
  • Bang Fauzan dari ... (dari mana ya? Semua gara-gara terlambat nih)
  • Bang Adin (Gladhi Guarddin-kah?) dari "Juragan Kambing"
  • Bang JP (Jan Peter Rajagukguk-kah?) sebagai moderator


Sedangkan dari sisi "peserta", ada beberapa nama, baru kukenal maupun sudah cukup lama, berikut:
  • Arif Rahman (kenal dari lahir sampai detik ini, he he he :D)
  • Khairul Umam (pemilik warnet "Nge-Net" di gang senggol FKM UI yang ber-OS zencafe, pengembang UmamOS), seangkatan di Metalurgi (Polimer) UI 2005
  • Narpati Pradana (lebih mudah dijumpai di halaman komentar beberapa blog sebagai "Kunderemp")
  • Aziz (Teknik Industri UI 2006)
  • Haris (Elektro UI 2005)
  • Deni Lukmanul Hakim (pembelot FK UI 2005, sekarang Fasilkom UI 2006, bagian Ristek senatkah sekarang, Den?)
  • Bang Ricky dari Juragan Kambing (Tukang bakar kalau menurut Bang Adin
  • Mas Andi Darmawan dari id-ubuntu (Mas belutz-kah ini?)
  • dari KPLI Depok (lupa namanya, he he :p)
  • dan banyak lagi™

Jalan Cerita™

Sesi berbagi
Aku datang ketika Pak Adi sedang bicara masalah kemampubertahanan (ampun deh, bahasa lainnya sustainability) dari suatu proyek. Salah satu yang dibicarakan adalah bahwa UI telah menggunakan UNIX selama 24 tahun. Wow, suatu waktu yang panjang, suatu kesetiaan yang dalam, he he he. Jadi ringkasnya (dan seingatku) UI memilih perangkat bukan hanya agar perangkat tersebut "jalan". Selain perangkat tersebut "jalan", orang-orang di belakangnya juga harus mampu menguasainya. Istilah sembarangnya "the right man behind the right gun", jadi harus cocok dari pengguna ke perangkat dan sebaliknya.

Selain itu prospek dari suatu perangkat juga perlu dipertimbangkan. Pak Adi menganalogikan sebuah teknologi serat optik tercepat pada dekade 80-an (maaf, namanya sulit diingat) yang dapat memindah data dengan kecepatan mencapai 100 Mbit/detik, tetapi harganya mahal. Terbukti sekarang sudah banyak yang mampu melampaui teknologi itu dengan harga yang lebih murah, dan teknologi itu sekarang seolah raib ditelan bumi™.

Setelah Pak Adi, Pak Ibam yang mendapat kesempatan bicara. Inti yang kudapatkan dari beliau adalah pentingnya asas manfaat dalam pemilihan dan penggunaan perangkat lunak, khususnya sistem operasi. Ini karena banyak orang yang terjebak pada ideologi, jadi seolah-olah sistem operasi yang sudah lama sekali dia gunakan itu adalah agamanya yang akan dia bela sampai titik darah penghabisan. Menarik karena seorang kawanku *hampir-hampir* seperti yang beliau sebutkan itu.

Pengalaman Pak Ibam dengan Linux mirip benar denganku. Dulu perjumpaan pertama beliau dengan GNU/Linux adalah dengan Slackware. Alasannya sederhana: "Karena teman saya menggunakan Slackware. Jadi nanti gampang kalau ada masalah". Persis seperti saat aku dulu menggunakan Fedora core 5. Kemudian setelah waktu terus bergulir, dan pengetahuan serta pengalaman beliau bertambah (ini kata-kata dariku, bukan dari beliau), beliau menyimpulkan bahwa yang termudah dalam perawatan dan semacamnya adalah Debian, meskipun dulu beliau tidak suka dengan Debian karena: "Namanya nggak macho. Debian, seperti Bus Deborah" (PO. Bus yang pool-nya ada di Jalan Raya Margonda -pen). Memang menarik mendengar beliau bicara, tak sedikit kata-katanya yang memancing derai tawa dari kami.

Sesi Ide
Selepas bapak-bapak di sofa nan empuk yang berbicara, kini giliran kami di karpet yang bicara. Yang pertama ada Narpati yang mengusulkan kalau POSS UI nantinya ambil bagian dalam penterjemahan manual php, yang sampai saat ini masih belum ada versi Bahasa Indonesianya. Usul ini ditampung, dan ditawarkan langsung kepada pengusul, mas Narpati.

Ada juga Umam alias Irul yang tetap kukuh mengusung ide "Distro GNU/LINUX UI" yang "baunya" akan UI sekali. Dan sekali lagi, ditampung dan dikembalikan ke pengirim. He he.

Dan, usulan-usulan lain yang dibahas kesana kemari dan akhirnya, acara resmi ditutuplah oleh Bang JP.

Sesi Foto
Ini dia yang ditunggu, "Yang foto?! Yang foto?!" (á la pedagang air asongan). Sayang sekali aku *belum* punya kamera yang cukup buat foto selebar itu (lebar, karena Pak Ibam, he he, bercanda, Pak! Pesertanya memang banyak sih). Dan nampaknya yang membawa kamdig pun tidak membawa kabel untuk transfer foto, maka jadilah tulisan ini kering tanpa foto. Tapi rencananya foto itu akan dipajang di halaman web POSS, kok, jadi ditunggu saja kabarnya nanti.

Sesi Informal
Yak, sesuai dengan persamaan jumlah_peserta jumlah_makanan_dalam_kotak && banyak yang masih lapar, maka jadilah sesi informal ini bertaburan kotak-kotak berisi makanan kecil sambil mengobrol berbagai macam. Mulai dari logo KSL-UI, rencana invasi stasiun UI oleh POSS (tetapi masih bingung karena minimnya jumlah perempuan *untuk advertensi*), dan bakar-membakar CD/DVD --yang sempat tertunda karena hanya unit CPU+HDD+ODD+Casing saja yang diangkut sehingga Bang Fauzan harus mencarikan papan kunci, tetikus, layar monitor, dan kabel daya.

Setelah semua sudah tersedia, maka berlangsunglah pesta "bakar-bakaran" itu. Sembari berjalan, Bang Ricky dan yang lainnya masih bisa membahas berbagai hal: Driver printer dan printer di GNU/Linux, penulis DVD yang bagus, masalah pembelian duplikator media optik, masalah TIKI JNE yang sering sembarang dalam menangani kiriman, pemesan DVD Repo dan CD GNU/Linux yang bermacam-macam, dan banyak lagi.

Dibahas juga agenda POSS UI --yang karena acara ini, resmi 'berkantor' di lantai 3 EC FTUI-- ke depannya. Yah, sekitar 13.20 WIB aku pulang, kurang puas karena tidak membawa DVD untuk menempatkan DVD Repository Ubuntu Feisty untuk si Celena kesayangan, tapi puas karena dengan ini, UI, khususnya POSS telah siap membuat Open Source Software bergema di kampus kuning ini. Selamat berjuang bersama!


Oh, iya. Mau "sombong" dikit ah...


You are registered as user #458756 with the Linux Counter


Aku baru tahu ini agak terlambat, baru sekitar sebulan lalu. Bagi yang mau daftar, harus seorang pengguna linux tentunya, silakan lihat di Linux Counter. Ingat, ini BUKAN untuk gaya-gayaan! (walaupun tidak dilarang juga sih... :p)



EDIT (18. Dez 2007)
Ini dia foto bersama peserta dan pengisi acara "soft launching POSS UI", selamat menikmati.
kiri ke kanan Bang Ricky (Juragan burner); Bang Fauzan; Aku; Bang Adin (Juragan kambing); Dimas Julian MR (Juragan Kambing, 'makasih Mas Narpati, edit: 20. Dez 2007); Narpati; Khairul Umam (KSL UI); Haris; Bang Andi Darmawan (id-ubuntu); Pak Adhi; Pak RMS Ibrahim; Mas dari KPLI Depok (maaf lupa namanya); [?] (sama, lupa tanya nama juga); Mbak siapa ya... (minta nomor ponselnya boleh? ;p); [?] Lupa namanya; Bang JP Alexander; Bang [?] (lupa namanya, dari Depkominfo bukan?); Taufik Hidayat, eh Deni, ding! Hehe :-)

gambar asli tersedia di halaman web POSS.

Senin, 19 November 2007

Tentang Seorang Blogger

Terkejut aku melihat kelakuan temanku. Ia memiliki blog, di sini (maaf, tetapi coba dicari bersama si Mbah, dengan kata kunci bisnis, bisnis property, tanah dijual, dan semacamnya. Aku tidak bermaksud menjelek-jelekkan orang tersebut). Isinya banyak memang, tetapi dari 190 entri yang beliau tuliskan (sampai tulisan ini diketik), banyak sekali yang berasal dari tulisan orang lain, ataupun berbagai artikel yang bertebaran di internet. Dan jeleknya, tak satupun sumber beliau cantumkan.

Satu waktu aku mendapatinya sedang mencari dengan bantuan si Mbah, ternyata yang beliau klik adalah weblognya sendiri. Kemudian, apa yang beliau lakukan? Mengisi komentar. Sekali waktu sebagai dirinya sendiri, lain waktu dengan identitas anonim. Ketika kutanya tidakkah beliau malu berpraktik sedemikian itu? Beliau menjawab bahwa beliau hanya mempraktikkan yang beliau dapat dari buku.

Entah buku apa yang beliau baca, tetapi yang aku rasa, yang tengah beliau lakukan adalah salah sebuah praktik SEO (Search Engine Optimisation). Memang ada beberapa isi tulisan beliau yang bagus, hanya saja, seperti sudah kuungkapkan tadi: Kurang referensi, karena sering kulihat berkas-berkas unduhan beliau masih 'tersisa' di komputer di lab komputer jurusan kami. Ketika kutanyakan apakah beliau akan memasang iklan, beliau menjawab ringan: "tidak".

Entah berapa lama beliau akan berpraktik seperti itu, dan entah sampai kapan beliau bertahan tanpa iklan. Tidak salah memang, karena tidak ada hukum yang mengatur praktik-praktik sedemikian itu, tetapi satu yang jelas, aku tidak akan mengunjungi blog saudaraku ini. Blog yang dibesarkan seperti ini, menurutku tidak sesuai dengan idealisme yang kupegang. Sebuah blog besar karena memang orang membutuhkannya. Tidak peduli dia terletak di halaman ke tiga ribu sekian atau ke tigapuluh sekian di hasil mesin pencarian. Bila beliau memaksakan, entahlah,kurasa karena beliau belum terlalu lama bergelut di ranah maya ini.

Masih ingat aku ketika beliau bertanya padaku tentang pembuatan website, dan kemudian kuanjurkan untuk bertanya pada temanku yang lebih banyak berkutat di bidang ini (lihat di sini dan sini). Tak sampai dua bulan kemudian, terjadilah hal yang kusebutkan di atas itu.

Entahlah, mungkin aku yang terlalu menjunjung idealisme, dan dunia tak
dapat dipandang hitam dan putih seperti yang kukira selama ini. Dan
memang, dunia berwarna-warni bukan? Jadi biarlah, biar waktu yang
berputar yang menentukan pandangan siapa yang benar. Entah beliau (dan
semua yang merasa melakukan praktik itu) atau aku (dan siapapun yang
berpandangan serupa) yang tersenyum terakhir.

SANGKALAN: Semua yang tertulis di sini adalah benar berasal dari
pemikiran penulis, nama-nama tertentu sengaja disamarkan untuk keamanan
pemilik nama tersebut. Apabila terjadi kekeliruan, sesungguhnya penulis
masih seorang anak manusia biasa, dan sebenar-benarnya kebenaran hanya
datang dari Dia yang Satu.


F I N
written on 19. November 2007
Please, I'm a newbie who still don't know how to blog correctly.
Oh, by the way:
This post is written on GNU nano 2.0.2 under Linux Mint 3.1 "Celena"
(Now available ver 4.0 "Daryna")

Jumat, 16 November 2007

(Bukan) Tugas (Fisika)

Orang bilang: "Pekerjaan yang paling memakan waktu untuk diselesaikan adalah pekerjaan yang belum dimulai". Begitulah, bahkan hukum fisika pun seolah membenarkannya. Semua benda di atas permukaan kasar memiliki µ (koefisien gesek statik). Ada dua macam µ, yang pertama µ statik, dan yang kedua µ kinetik. Benda-benda yang masih diam harus diberi gaya (atau usaha? entahlah) agar dapat mengatasi µ statik itu. Bila µ statik sudah diatasi, maka µ kinetik tidaklah sebesar µ statik. Dari sini, usaha yang lebih besar adalah yang diperlukan untuk menggerakkan benda pertama kalinya. (Ah, fisika itu indah ─ bagi yang menyukainya, sepertinya).

Lalu kenapa aku (seperti) tertarik dengan fisika? Tidak, ini hanya kebetulan. Kebetulan ada kaitannya dengan yang kualami selama sekitar sebulan ini, sehingga aku tak sempat mencuri waktuku sendiri untuk menulis lagi. Satu kata: "Tugas". Tugas yang masih menggunung di belakang punggungku.

Yap, tugas-tugas datang silih berganti ─ walaupun sepertinya lebih tepat bila disebut bertubi-tubi, kalau kamu tahu maksudku ─ seperti juga praktikum-praktikum di semester ini. Ini baru dari segi akademik. Dari luar akademik sendiri, keluarga besar ibuku sedang ada sedikit masalah. Tak elok bila kuceritakan di sini, cukup sampai di sini kamu tahu.

Dan, entah angin mana yang membawanya, aku teringat ucapan di atas itu. Pekerjaan yang memakan waktu paling lama adalah yang belum dimulai. Sepertinya aku harus segera memulai mengerjakan berbagai tugas yang datang untukku ─ ini baru pertama aku mencicip 22 SKS dan 10 kelas (2 di antaranya praktikum). Tapi sepertinya menyenangkan, ya? Semester depan sepertinya aku akan mengisi 24 SKS, seandainya diperkenankan.

Ah sudahlah, daripada berkeluh kesah, lebih baik bila kumulai mencicil tabungan tugasku. Permisi, aku mohon diri. Ada tugas yang menunggu dimulai ─ benar lagi, baru akan dimulai.



[F I N]
written on 16. November 2007
Tugas-tugas menanti, mari bersiul, sembari memulai.

Rabu, 31 Oktober 2007

Tulisan Spontan

Entah berapa lama sudah aku menulis di blog. Baik di sini, di sini, maupun di sini. Selama itu pula (sampai tulisan ini ditulis, kecuali di tempat terakhir -kalau kamu bisa menemukannya :p) aku tidak pernah menulis on-line. Yang selalu kuperbuat adalah, membuat draf di waktu senggang, kemudian mengunggahnya ketika sudah terkoneksi.

Pertama masalah memakan waktu. Dulu, ketika masih terhubung ke internet dengan koneksi dial-up, waktu terlalu berharga untuk menghadapi penyunting teks di masing-masing situs. Memang lebih mudah mengerjakan berbagai macam perubahan format di penyunting teks yang tersedia, tetapi sekali lagi masalah waktu, dan alasan berikutnya.

Kedua, aku menyukai tantangan, dan tantangan dalam menyunting tulisan secara off-line adalah bagaimana agar dari (sedikit) kode-kode yang kuingat, bisa tampil lumayan di blog-ku. Memang sedikit aneh pada mulanya, melihat dari kode-kode , dan lainnya bisa "menghilang" dan digantikan dengan format-format seperti tulisan miring, tebal, tautan, dan lainnya.

Ketiga, ide tak datang setiap saat, tetapi setiap saat, ide bisa datang. Jadi, kupilih "jaring penangkap ide"-ku adalah penyunting teks bawaan sistem operasi (bisa notepad, atau gedit).

Tapi sekarang, hm... Mungkin bisa kunafikan masalah waktu koneksi dengan adanya koneksi tidak tak terbatas di kampus (senangnya jadi mahasiswa :D). Jadi, (kalau ada yang mau) nantikan tulisan (spontan) selanjutnya dariku ya?

Ditulis setelah 'dicambuk' iLm@n cs dengan gerakan yang banner-nya kupasang di samping itu.

F I N
written on 31. Okt 2007
Almost 1. Nov 2007.

Sabtu, 20 Oktober 2007

Idul Fitri Nan Dangkal

DISCLAIMER: Penulis adalah sangat membenci Rokok, perokok yang sedang merokok di sisi penulis, dan juga asap rokok itu sendiri. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk obyektif, tetapi mewakili keprihatinan penulis akan penetrasi rokok di Indonesia, dan diusahakan sebias (baca: bias, tidak obyektif, tendensius) mungkin. Apabila ada pihak yang merasa dirugikan, penulis tidak dapat dikenai tuntutan apa-apa. Apabila anda tidak setuju, segera tinggalkan halaman ini!

Ada tulisan menarik yang kutemui di sini. Menggelitik mengingat Ibu Hanum Salsabila(yang sudah cukup lama tak nampak di layar kaca, kembali ke ruang praktik, mungkin?) juga memberi tekanan di baris ini:
Waduuh.. apalagi ininih... iklan [red]rokok[/red] yang satu ini.. yang tiap tahun di 17an selalu berganti ganti versi iklan dengan menampilkan semangat patriotisme yang luar biasa dan lagu backsound yang menggetarkan hati...
Yap, produk ini menuai masalah lagi, setidaknya untukku. Selain masalah rutin yang loyal ditulis (dalam huruf kecil-kecil sekali), ditampilkan di televisi (tak sampai 10 detik di ujung promosinya yang luar biasa): "MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI, GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN". Kali ini masalahnya benar-benar menggelitik jari jemariku untuk menulis ini.

Aku teringat sebuah dialog di radio swasta (maaf aku lupa tanggal, narasumber dan waktunya. Tapi aku ingat radio mana-mana saja itu), antara penyiar, dokter spesialis paru, dan pendengar. Sang dokter mengeluh bahwa pasiennya yang divonis radang paru, ketika ditanya apakah sang pasien merokok, justru marah-marah dan bertanya-tanya apa hubungan rokok dan penyakitnya (maaf, ini seingat aku). Juga seingatku, dokter tersebut menyatakan bahwa rokok bukanlah produk yang perlu dipromosikan.

Jelas, perusahaan-perusahaan tersebut mungkin sering lupa mencantumkan organ-organ yang justru dapat langsung terimbas asap -panas- rokok tersebut pada kemasan produk mereka. Jelas pula bahwa mereka sangat peduli pada keuntungan yang mereka peroleh -sehingga tak henti berpromosi. Tapi bukan itu yang ingin kubahas. Ini kubaca dari dua situs berita:

Pembagian sedekah ini adalah program rutin PT G (baca tautan). Setiap orang mendapat uang Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu. Tahun ini, perusahaan itu menyiapkan dana sebesar Rp 180 juta. Angka ini meningkat dibanding tahun lalu yakni Rp 120 juta (tautan)
dan
Dewasa mendapat Rp 20 ribu sedangkan anak-anak Rp 10 ribu. (tautan)

Lalu aku melihat iklan dari (perusahaan) rokok tersebut, yang (sekali lagi mungkin) memanfaatkan kesamaan nama produk dan perusahaannya untuk mencuri waktu iklan di siang hari. Iklannya, seperti halnya iklan menyambut 17 Agustus yang ditulis Ibu Hanum, iklan itu berkesan megah, meriah, lucu, dan menyenangkan. Sayangnya aku selalu antipati dengan iklan apapun yang berlama-lama seperti itu (entahlah, aku tak pernah berhitung, mungkin sekitar 120"?). Sebab hampir dipastikan iklan itu berasal dari perusahaan rokok.

Iklan semacam itu -dengan koreografi yang indah, pemain yang banyak, musik yang meriah- tentu memakan biaya tak sedikit. Jangan dibandingkan dengan biaya yang mereka keluarkan untuk "memberi sedekah" kepada fakir miskin. Tentu biaya "memberi sedekah" itu hanya seujung kuku dibanding promo yang memakan 4 spot iklan (seingatku 1 spot = 30 detik, maaf bila salah) dan tayang rutin (dan sering) di semua stasiun televisi yang ada di bumi Indonesia ini. Dengan kemampuan seperti itu -dan banyaknya orang yang sudah mereka racuni- entah mengapa mereka "hanya" mampu menyisihkan 200 juta rupiah kurang untuk orang yang tidak mampu.

Mungkin uang mereka tidak sepenuhnya habis untuk promosi, mungkin mereka mengemban "misi mulia" dengan mempekerjakan pekerja yang teramat banyak -dan sering menjadi alasan mereka menolak pelarangan rokok. Mereka juga membayar cukai yang tinggi. Tapi tidakkah ironis, di saat perusahaan tersebut sudah cukup mapan, mereka tak henti-henti mempromosikan diri, dan kemudian meninggalkan orang-orang miskin. Bukankah amanat konstitusi negara ini begitu mulia menyatakan: "Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara negara" -dengan negara selalu kutafsirkan sebagai "pemerintah, dan seluruh warga negara". Amat disayangkan bila nurani dikesampingkan hanya untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya -yang sebetulnya sudah besar.

Mungkin karena aku tidak merasakan "nikmatnya" menghirup asap? Mungkin karena aku tidak pernah mencoba? Tidak! Aku sudah berjanji pada diriku (dan pada "kakakku"), sebuah janji yang dalam dan sepenuh hati: Lebih baik mati daripada batang tercela itu pernah terselip di bibirku.

Jadi, semoga semangat perusahaan itu "ber'Idul Fitri" ( yang mungkin dengan maksud-maksud tertentu) tidak menjangkiti (setidaknya) aku. Semoga Ramadhan yang berlalu memberi jejak yang dalam di hati kita, mendorong kita berbagi, menyunggingkan senyum di wajah orang lain, dan semoga kita dapat dipertemukan dengan Ramadhan selanjutnya, Amin.

DISCLAIMER: Penulis adalah sangat membenci Rokok, perokok yang sedang merokok di sisi penulis, dan juga asap rokok itu sendiri. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk obyektif, tetapi mewakili keprihatinan penulis akan penetrasi rokok di Indonesia, dan diusahakan sebias (baca: bias, tidak obyektif, tendensius) mungkin. Apabila ada pihak yang merasa dirugikan, penulis tidak dapat dikenai tuntutan apa-apa. Apabila anda tidak setuju, segera tinggalkan halaman ini!

F I N
Finished this writing on early hours of 20. Okt 2007

Kamis, 18 Oktober 2007

Partners in Crime

Kasus gagal terkoneksi dengan internet masih berlanjut (baca sebelum ini). Sabtu yang lalu (13/10), sebuah ide melintas di kepalaku. Siapa tahu Access Point (AP) di kampus tidak dimatikan. Jadilah hari Minggunya, aku berbalas pesan singkat dengan kawanku Panji (yang juga "haus bandwidth"). Jadilah diputuskan, hari Selasa, pukul 9.00 kami akan bergerilya menuju kampus dan berinternet "gratis" di sana. Masih "gratis" karena memang tidak sepenuhnya gratis, tetapi lebih sebagai fasilitas karena membayar mungkin.

Sudahlah, kita percepat saja. Hari berputar segera ke hari Selasa. Motor buatan Cina yang kukendarai dengan was-was (belum punya SIM, nih. Rencananya besok baru mau diajukan) kunyalakan. Laptop ayah masuk tas, lengkap dengan charger dan tetikusnya. Bismillah, aku berangkat dan langsung menuju stasiun kereta api UI. Ternyata kawanku sudah menunggu di sana. Baiklah, segera kuangkut dia dan kami pun berkendaralah sampai ke FT. Maksud hati lewat pintu belakang via kantin, ternyata pintu dirantai. Wah, wah. Sayang sekali kalau gagal, nih.

Berputar kami kemudian lewat pintu depan, ternyata gerbang dikunci dan oleh bapak-bapak satpam yang terhormat dikatakan, silakan kembali lagi Senin (22/10). Tak kurang akal, kawanku mengajak kembali ke belakang, menguji aktif-tidaknya AP. Sementara itu aku berkeliling sebentar. Ketika aku kembali, ternyata positif! Jadilah kami sedikit "bandel" dengan membuka palang di dekat lokasi pembangunan gedung baru (gedung jurusan Industri yang sedang dibangun), dan masuklah kami lewat jalan belakang.

Ah, satu tantangan sudah dilalui, tinggal satu lagi yang amat mengganggu: Nyamuk! Akhirnya sebentar kutinggalkan komputer jinjing (beserta Panji tentunya) untuk membeli anti nyamuk oles. Ketika kembali, aku sedikit ketar-ketir. Aku belum mendaftarkan komjing ayah ke jurusan, apa bisa aku tersambung. Ternyata kawanku (lebih sering menggunakan AP jurusan) memberitahu ada satu jaringan yang bisa digunakan, dengan alamat IP yang, ehm ehm, ilegal. Jadilah kuikuti sarannya, dan... Was wus... Koneksi yang amat sangat cepat tersaji di depanku. Segera saja aku menjelajah dengan kecepatan yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.

Sekitar tiga jam kami di situ, matahari sudah beranjak siang, nyamuk sudah berganti lalat, akhirnya kuputuskan pulang saja. Pulang dengan membawa "beberapa" MB berkas, termasuk dua e-brochure tentang modem DSL yang -sayangnya baru aku sadari di rumah- hanya bisa "always-on". Tapi biarlah, biar kuberikan pada ayah, dan nanti biar beliau yang memutuskan.

Oh iya, ada yang terlupa:

"Selamat Idul Fitri, Mohon dimaafkan kesalahanku, biar lancar jalanku kepada-Nya. TQM (Taqabbalallahu minna wa minkum), Shiyamana wa shiyamakum, dst" (maaf lupa... :p)

F I N
written on 16. Okt 2007
.life.with.no.internet.connection.is.starting.to.kill.me. OUCH...

Selasa, 16 Oktober 2007

C650 + GPRS + LinuxMint = Internet (Mahal)

Hm... Modem DSL di rumah entah kenapa ngambek dan mogok beroperasi. Tersangka utama ada dua, entah itu AC/AC Adapter atau malah si modem itu
sendiri. Jadilah aku sedikit senewen karena rutinitas pagiku terganggu.

Biarlah, nanti modem itu biar ayah yang mengurus. Sekarang, aku teringat, bukankah di OS yang masih kuutangi itu C650 setiaku bisa berfungsi sebagai modem? Tapi bagaimana caranya di LinuxMint?

Akhrinya aku jalankan gnome-ppp, mengganti user name menjadi wap, password menjadi wap123 (pengaturan standar GPRS Telkomsel :p). Kemudian masuk ke menu setup, atur modem device menjadi /dev/ttyACM0 (nol, bukan huruf O). Oh iya, ttyACM0 itu didapat dari hasil dmesg | tail, dan mungkin saja berbeda untuk setiap ponsel ataupun distro. Lalu mengatur baud rate ke angka 115200, dan close.

Kemudian aku bingung. Berapa nomor telepon yang perlu dihubungi? Kucoba biarkan 080989999 (nomor dial-up TelkomN(y)et instan, dan connect. Dor... Yang terjadi adalah error, dengan kode "NO CARRIER".

Pikir punya pikir, akhirnya masuklah aku ke OS berlogo jendela berkibar itu, lalu dari start menu, pilih connect to, Telkomsel GPRS (diatur oleh Motorola phone tools). Lalu muncullah angka "keramat itu": *99***3#. Daripada harus bolak-balik OS, sekalian saja aku lihat pengaturan di situ, dan kudapatkan juga nilai baud rate yang diperlukan itu 230400.

Kembali ke Bianca, aku ganti pengaturan-pengaturan yang salah sama sekali itu dengan yang kudapat dari jendela dan... Tersambung! Wah, ternyata tidak terlalu sulit 'mengubah' C650 kesayangan jadi modem. Walaupun mungkin hanya sementara, karena dikhawatirkan usia pakai ponsel jadi menurun. Di samping itu juga mencegah jebolnya pulsa :p. Sebabnya jelas, 1 kb (atau kB?) oleh Telkomsel dihargai Rp. 12, 00. Bisa gawat
seandainya terlalu asyik berselancar.

DISCLAIMER: Penulis tidak merangkap sebagai penjual voucher pulsa. Kehabisan pulsa tidak ditanggung penulis, seandainya pulsa habis, silakan tanyakan penjual voucher terdekat, dan jangan lupa: DIBAYAR!

Semua merk dagang dan yang lainnya adalah milik pemegang merk yang sah. Penggunaannya di sini hanya berfungsi sebagai ilustrasi.

Sabtu, 22 September 2007

Asyiknya Terminal

Ah, sudah sekitar dua bulan terakhir ini aku 'bermain-main' di sisi Linux Mint 2.2 "Bianca" di komputer kesayangan di rumahku. Selama ini bila aku mengunduh aplikasi lewat jalan darat (baca: dari perpustakaan di jurusanku 'tercinta' :D) dari situs getdeb.net atau malah packages.ubuntu.com, biasanya aku memilih cara pintas: "klik-ganda".

Sekitar sebulan yang lalu, aku iseng-iseng mencicip cara yang -ehm, sedikit- lebih rumit: dpkg. Apa gerangan yang menggiringku menggunakan dpkg? Tak lain dan tak bukan, karena cara klik-ganda tidak bisa memasang dua paket (atau lebih sekaligus). Yang ada jika paket tersebut membutuhkan paket lain (dependensi), maka aku diminta mengunduh dari internet. Huh?

Selidik punya selidik, dengan bantuan perintah "man dpkg" dan lebih sering lagi dengan "dpkg --help", akhirnya aku memberanikan diri menggunakannya. Bismillahirrahmanirrahim, kuketikkan "sudo dpkg -i nama.paket1-arch.deb nama.paket2-arch.deb" (Rahasia ya? He he he... Cuma lupa kok...). Muncullah permintaan untuk memasukkan kata sandi. Kumasukkan kata sandiku, dan...

Muncul "reading database"... dan seterusnya sampai setting up nama.paket... Dan kembalilah lagi ia ke awal. Luar biasa, itu pikirku. Daripada harus memboroskan bandwith untuk mengunduh paket yang sudah ada, lebih baik berpayah-payah sedikit dengan dpkg, bukan?

Jadilah kejadian itu sebagai "mak comblang" antara aku dan terminal. Dan setelah itu pula aku mulai belajar bahasa terminal (bukan bahasa preman, ya? Tolong dicatat!). Sayangnya, selama sebulan ini, baru sedikit yang kuingat di antaranya:
"mkdir -[option(s)]" --> membuat direktori (folder) baru,
"ls -[option(s)]" dan "dir" --> menampilkan isi direktori (aku sendiri lebih suka ls, lebih berwarna! :D),
"cd" --> berpindah direktori,
"dpkg -i namapaket.deb" --> memasang paket yang sudah diunduh,
"rm -[option(s)]", "mv -[option(s)]", "cp -[option(s)]" --> menghapus, memindah, dan menyalin berkas (dengan dibarengi nama berkas dan, untuk cp dan mv, tujuan pemindahan/penyalinan)
"clear" --> membersihkan tampilan layar terminal

Yah, baru sedikit sekali, ya? Mudah-mudahan dengan (kadang-kadang) rajin menjelajah www, dan coba-coba bisa bertambah banyak nantinya.

Oke, misi berikutnya: "bagaimana caranya memasang mesin pencetak merk Epson C41 SX di linux mint". Betul-betul mengganggu masalah pencetak ini, aku harus bolak-balik dua sisi (Pinguin ke Jendela) hanya untuk mencetak beberapa lembar dokumen. Sebal rasanya, tapi sejauh ini aku belum mendapat solusi soal ini. Jadi, ada yang mau bantu?


For Fun Only: Coba ketik apt-get moo di terminal linux mint/ubuntu (atau semua debian-based GNU/Linux ya?), dan hasilnya... He he he... coba dulu dong, nanti di-tulis di bawah ini
(sumber milis ubuntu indonesia)

Senin, 03 September 2007

Kupilih Polimer!

Hah? Polimer? Hewan apa tuh? Bukan, bukan. Polimer, atau lebih tepatnya ilmu polimer itu salah satu cabang ilmu material yang sekarang aku pelajari. Sebenarnya jurusanku membuka dua program studi peminatan, yang satu ilmu logam (metallurgi), dan yang satunya lagi ilmu polimer. Tetapi sepertinya tahun ini tahun terakhir adanya dikotomi (ampun... sebutlah pemisahan, biar lebih mudah) seperti itu. Menurut informasi yang kudengar, tahun depan akan berlaku kurikulum 2008, dengan ditiadakannya pemisahan metallurgi-polimer.

Jadi, kembali ke judul, aku telah memutuskan (jelas, sebab kalau belum tentu aku menganggur sekarang) untuk memilih memasuki dunia polimer. Begini alasanku sebelum memilih:

1. Aku ingin menjadi seorang pionir,seorang pembaharu, dan logam bukanlah hal baru

2. Karena aku selalu ingin "ngerjain" (ups, maksudnya "mempekerjakan") orang, aku lebih memilih plastik yang peluang pasarnya lebih besar daripada logam

3. Logam jumlahnya lebih terbatas, dan tidak bisa dimanipulasi sesuai keinginan



Sekarang, seminggu sudah aku menghadiri kelas-kelas ilmu polimer, alasanku bertambah lagi. Ini dia:

1. Kelas-kelas polimer jauh lebih kecil dibanding kelas ilmu logam. Nah, ini dia yang kucari sejak dulu: ketenangan, juga dengan kelas kecil, suasana diskusi dosen-mahasiswa bisa terbangun dengan relatif lebih santai.

2. Dosen pengajar kelas-kelas polimer sepertinya lebih menyenangkan (jangan dibandingkan dengan dosen termodinamika, hasilnya: D), mungkin pengaruh dari suasana kelas juga ya?


Alasan-alasan selanjutnya, tunggu dulu ya, biar aku menyelesaikan PR termodinamika dulu, ya? (Tapi 'kan sudah pernah tahun kemarin? Tahun kemarin aku tidak mendapat apapun di kelas itu, ampun deh, jangan samapai perlu diulang lagi itu kelas, amit-amit...>,<)

FUN FACT: Ali Daei (mantan kapten timnas sepakbola Republik Islam Iran) adalah seorang sarjana Teknik Material (Metallurgi) daru "Sharif University of Technology"
Sumber: wikipedia

Rabu, 08 Agustus 2007

Si Kadal, eh, Pilkada...

Akhirnya, paku menusuk, jari tercelup, usai sudah aku memilih -untuk pertama kalinya- gubernur DKI Jakarta. Si kadal, eh Pilkada, kalau mengambil istilah yang umum, di Jakarta, yang jadwalnya masih sampai nanti pukul 13.00 WIB. Apa pilihanku? Rahasia antara kami tentu saja, tapi semoga di antara kedua pasang calon itu tidak ada yang "mengadali" aku dan semuanya.

Kalau melihat keadaan di TPS 25 tak jauh dari rumahku, TPS-nya dipadati orang-orang yang sudah meimilih maupun yang menunggu giliran. Memang tidak seramai TPS di mana calon-calon gubernur itu memilih, tentu saja, tapi tetap saja ramai. Yah, mudah-mudahan pemilihan akan berjalan lancar seterusnya, tidak terjadi kecurangan, kekacauan, apalagi kerusuhan.

Buat kawan-kawanku di Jakarta yang belum menjatuhkan pilihan, tolong ya, jangan disia-siakan suaramu. Siapa tahu selisih satu suara bisa membuat kita bahagia seterusnya di Jakarta. Dan, jangan lupa, PILIH NOMOR 1 (satu)!!! Atau PILIH NOMOR 2 (dua)!!! Tapi jangan semuanya ditusuk, ya! :P

Ya Allah, siapapun yang terpilih, berikanlah beliau panduan-Mu, agar Jakartaku ini menjadi Jakarta yang ramah. (amin!)

AYO BENAHI JAKARTA UNTUK SEMUA!!!

Senin, 30 Juli 2007

Server 2 Shoutmix Berulah...

Sayang sekali. Shoutbox yang belum pernah dijajah terpaksa tutup dulu. Si Rubah Api berkata, "The connection to www2.shoutmix.com has timed out". Ketika diperiksa ke shoutmix-nya, eh, ternyata ada berita kecil di sisi kiri:

Recent News (2007.07.30)

We're working on bringing server 2 back online. Sorry for the inconvenience caused.


Terserahlah...

Komik Format .pdf!

Komik Format .pdf!
Wah, iseng-iseng menjelajah dunia maya kadang-kadang bisa asyik juga, ya? Beberapa waktu kemarin aku ketemu komik yang aku cari-cari (tapi untuk keluar uangnya malas :P): Asterix dan Obelix (aslinya: Asterix et Obelix kalau tidak salah)...

Ini alamatnya:
http://www.topmdi.com/cerita/komik/index-00.html

Selain Asterix dan Obelix, ada juga buku (dan komik) lain yang bisa dimulai dari halaman mukanya topmdi.com

-------------------------------------------------------------------------------
Besok main ke perpustakaan jurusan, terus mainin Flashgot sama wxDownload Fast, terus sedot semuanya ah...

Kamis, 19 Juli 2007

KALAH!

Ya, Tim Nasional sepakbola Indonesia memang kalah pada pertandingan melawan Timnas Korea Selatan (Korsel) . Kekalahan yang diderita, untunglah tidak besar, hanya kemasukan satu dan tak mampu membalasnya. Pada pertandingan semalam, sayangnya, Indonesia gagal menunjukkan tingkatan permainan seperti pada pertandingan-pertandingan sebelumnya.

Mungkin ada baiknya kita simak pernyataan pelatih timnas Korsel pada wawancara dengan televisi swasta seusai pertandingan. Dalam wawancara itu Meneer Verbeek menyatakan kekalahan Indonesia dikarenakan kekurangan pengalaman bermain di level internasional. Selain itu, tekanan yang terlalu besar juga dapat menjadi faktor yang menentukan. Disebutkan juga oleh Meneer Verbeek, bahwa pertandingan melawan Bahrain dan Arab Saudi tidaklah memberi tekanan sebesar pertandingan semalam, karena kedua pertandingan itu masih "terbuka", sedangkan ketika akan menghadapi Korsel, timnas mendapat tekanan berupa harapan yang tinggi dari semua rakyat karena Korsel datang dengan satu angka, dan mereka amat berharap Timnas Indonesia bisa melangkah ke perempat final untuk pertama kalinya. Barangkali benar yang orang katakan, bahwa kita sedapat mungkin tidak meletakkan harapan terlalu tinggi, sebab bila jatuh, maka jatuhnya bisa jadi sakit sekali.

Tapi sudahlah, tidak ada yang perlu disesali. Timnas Indonesia sudah menang di hati seluruh warga Indonesia. Sudah lama sekali, rasanya olahraga yang digemari seluruh lapisan masyarakat di ranah Indonesia ini -- dan olahraga lain, sebenarnya-- miskin prestasi. Perjuangan mereka kini harus diakhiri. Tapi ingat saudaraku, jalan panjang masih terbentang. Timnas Indonesia belum pernah memasuki kejuaraan sekelas Piala Dunia Sepakbola sebagai negeri merdeka. Masih panjang jalan membina generasi, yang sudah semestinya tak hanya cerdas dalam kelas, tapi juga cerdas dalam olahraga. Biarlah kejuaraan kali ini menjadi pelajaran yang berharga bagi pemain, pelatih, ofisial, pengurus PSSI, dan seluruh Indonesia ke depan. Dan selanjutnya, sudikah aku, kamu, dan kita semua duduk manis di stadion, menyaksikan laga-laga lain yang berlangsung di sini, dan mengabarkan pada AFC dan dunia luas, ada suatu negeri bernama Indonesia, yang mencintai sepakbola setulus hatinya

Maju, Indonesiaku tercinta, semoga kelak akan berhasil!


Salam cinta, dari seorang penonton yang menyaksikan dari balik obor

Selasa, 17 Juli 2007

Tentang Peluang

Mulai awal penyelenggaran Piala Asia 2007, koran yang rutin kubaca menyemarakkannya dengan membuka jalur komentar melalui pesan singkat. Beberapa komentar membesarkan semangat (atau menulis dengan sinis, ya?) tim Nasional Sepakbola Indonesia. Sedangkan beberapa yang lain, seperti sudah kuduga, memandang rendah (tim Nasional Sepakbola) Indonesia. Tulisan yang kutemui bahkan cenderung kasar, seperti "Indonesia menang itu mustahil, lolos babak selanjutnya cuma mimpi".

Jujur aku tidak terkejut. Tidak karena beberapa orang tidak pernah belajar. Di bangku sekolahku dulu (dan mungkin semester besok, siapa tahu?) aku diajarkan bahwa peluang itu bernilai antara 0 dan 1, atau dari 0 sampai seratus persen. Ambil contoh pernyataan "semua manusia akan mati". Bagaimana peluangnya? Tentu saja satu, atau disebut juga pasti terjadi. Sedangkan bagaimana peluangmu mengulangi waktu dua detik yang lalu? Tentu saja nol, alias takkan mungkin terjadi. Di luar peluang kejadian-kejadian seperti itu, tentu masih terbuka peluang, bukan?

Lalu mengapa aku menulis ini? Tentu untuk mengingatkan, biarpun angka peluang lolosnya Indonesia dari grup D piala Asia 2007 hanyalah 0.0000000000000001 atau 10 pangkat negatif 16, karena angkanya yang tidak nol, maka lolosnya Indonesia tetaplah BUKAN mustahil. Selama suatu kejadian yang akan dapat berjalan ke dua arah belum terjadi, maka tidak sahih bila ada yang menyatakan peluang Indonesia tidak ada. Yang lebih masuk akal adalah melihat ke semua sisi dengan obyektif, kemudian berikanlah opini tanpa mengadili. Sungguh, dunia indah tanpa pandangan sinis.


REMAIN OPTIMISTIC! Go Indonesia, we'll stand for you!
MAKE POVERTY HISTORY, eh, Let's make history maksudnya... :-P

Jumat, 13 Juli 2007

Membuka 14-digit 'Rahasia' Voucher Prabayar Tanpa Menggosoknya, Mungkinkah?

Pernahkah mengalami kejadian seperti, telepon yang terputus di tengah pembicaraan, pesan singkat (sankat) yang tidak terkirim, dan GPRS yang tiba-tiba tidur? Mungkin masalahnya ada pada... 'PULSA' kamu.

Kemudian, perkenalkan FreeMat 2.0, sebuah program yang -apa ya- begini, mungkin sebagian dari kita lebih kenal dengan program MATLAB. Nah, FreeMat 2.0 ini bisa dikatakan sebagai pengganti dari program tersebut. Program ini, sebagaimana MATLAB menggunakan matriks sebagai basis untuk melakukan perhitungan. Kenapa aku sebut pengganti, karena padanya terdapat banyak fungsi yang bersesuaian dengan fungsi pada MATLAB.

Kelebihannya, antara lain waktu mulai program yang (jauh) lebih cepat,
lisensinya yang murni GPL (GNU Public License, bukan Glodok Punya Lisensi) yang menjamin ketersediaan kode sumbernya, dan menu bantuan yang sederhana tetapi mudah dimengerti.

Salah satu fungsi yang menggelitikku adalah fungsi randi. Penjelasan pada menu bantuannya seperti ini:

"Generates an array of uniformly distributed integers between the two supplied limits", kira-kira terjemahannya, "Memunculkan angka-angka bilangan bulat yang tersebar merata antara dua batasan yang diberikan."

Dari fungsi itu, kemudian terpikir olehku -oke, tidak sepenuhnya dariku, tetapi ada sedikit 'tantangan' dari temanku, puas?-, mungkinkah aku mendapat 'pulsa' tanpa mengirit uang makan sehari-hari atau sebagainya? Sedikit membaca manual FreeMat 2.0, dan kemudian improvisasi, dan jadilah script seperti di bawah ini:

voucher=randi(zeros(1,14),9*ones(1,14)); //Menghasilkan matriks 1 baris 14 kolom dengan isi yang berupa bilangan bulat acak

disp(voucher) //Menampilkan isi dari matriks bernama voucher

clear all; //Membersihkan variabel pada script ini dari memori


disimpan sebagai voucher.m pada folder yang ditentukan, dan dapat dipangggil sewaktu-waktu, cukup dengan mengetikkan "voucher" (tanpa tanda kutip), dan, voilá, muncullah angka, di antaranya seperti ini:

0 6 7 8 0 5 8 4 9 6 2 6 8 5
1 1 4 7 5 4 2 9 3 1 3 1 7 4
3 2 6 4 5 9 7 6 7 3 0 5 2 5

Hanya saja, kekurangannya -yang baru saja kuperhatikan- adalah, angka pertama yang dimunculkan -setiap FreeMat 2.0 pertama kali dijalankan dan kemudian menjalankan voucher- selalu sama, 3 7 9 2 1 4 9 1 7 3 9 6 2 0, dan tidak menutup kemungkinan angka-angka selanjutnya juga berulang setiap program dijalankkan ulang.

Jadi, pertanyaan terakhir, kembali ke judul artikel ini: Mungkinkah?


---
Penyangkalan: Artikel ini ditulis tanpa niat (um, mungkin sedikit ya? :-P) merugikan pihak manapun. Penulis tidak pernah menggunakan cara tersebut untuk mendapatkan keuntungan. Apabila dalam pelaksanaannya ada pihak-pihak yang merasa dirugikan, penulis dibebaskan dari segala tanggung jawab berkaitan kerugian tersebut.

MATLAB, FreeMat 2.0 dan apapun yang berkaitan dengan merk dagang atau merk terdaftar ditulis hanya sebagai penjelas.

Selalu gunakan software asli, terutama bila mampu. Bila tidak mampu? Selalu ada Free and Open Source Software di sisimu, sayang!

FreeMat 2.0 dan versi terbarunya dapat ditemukan dengan meng-klik di sini.

Kamis, 12 Juli 2007

Post Pertama (di Blog yang Kedua), Mohon Bantuannya!

Iya, maaf belum ada tulisan sendiri, dalam beberapa waktu ke depan aku mulai nulis sendiri deh...

Ini artikel (atau post ya?) dari Bapak I Made Wiryana, salah satu "aktivis" (kalau boleh dibilang begitu) Linux dan FOSS (Free and Open Source Software) yang tinggal di Bielefeld, Jerman (maaf kalau data sudah berubah). Mungkin sebagai perbandingan dengan keadaan di sini saja, ya? Selamat membaca!

############################################################################

Banyak jalan menuju Roma, banyak jalan menuju Uni

Suatu hari saya dan Anthi ke rumah mbak Nanik, salah seorang kenalan saya. Mbak Nanik ini baik sekali, sering menghibahkan peralatan, wajarlah sebagai mahasiswa di rantau, harus bisa mengirit. Rupanya salah satu anak gadisnya sedang ada di rumah. Dia baru saja selesai ujian akhir SMA (Abitur dalam istilah Jerman-nya). Sembari makan siang, kami ngobrolin apa yang akan dilakukan si Tina ini, setelah ujian SMA-nya.

Tina yang tergolong manis tapi "sehat" ini (tampang seperti Tina ini mungkin bisa jadi pemeran sinetron kalau di Indonesia), memutuskan tidak langsung kuliah, baik ke Fachhochschule - FH (semacam Politeknik) atau ke Universitas. Karena dia ingin mencari pengalaman kerja terlebih dahulu. Istilahnya dia mau mengambil jalur "Ausbildung" terlebih dahulu. Hal ini lazim dilakukan oleh orang Jerman. Langkah ini lazim dilakukan bila seseorang ingin memastikan di bidang apakah dia ingin kuliah dan bekerja nantinya.

Di Jerman anak lulusan SMA sudah dianggap bisa memutuskan masa depan mereka sendiri. Mereka akan menentukan sendiri apa yang paling baik bagi mereka. Bila mereka rasa ingin langsung kuliah di Universitas, mereka akan memilih jalur itu. Tetapi bila mereka tidak ingin jadi "researcher, atau akademisi", tetapi ingin terjun ke industri, mereka akan mengambil jalur Fachhocshule. Begitu juga bagi mereka yang ingin ambil pengalaman dunia kerja (dunia nyata) terlebih dahulu, mereka akan melakukan Ausbildung. Jadi tidak perlu merasa kehilangan gengsi bila selesai SMA tidak melanjutkan kuliah. Dan masa depan juga tidak akan menjadi suram.

Tina ingin mencari pengalaman di bidang teknologi dan disain media. Kebetulan bidang ini tergolong baru, jadi perusahaan yang mengkhususkan diri di bidang ini masih sedikit di daerah saya. Memang ada perusahaan Bartelsmann (perusahaan media International) berpusat di dekat kota saya (di kota Guttersloh). Tetapi perusahaan kecil lainnya masih sedikit. Untuk itu Tina harus aktif mencari tempat dan kesempatan Ausbildung di perusahaan-perusahaan sekitar Bielefeld.

Langkah pertama adalah ke Arbeitsamt (Departemen Tenaga Kerja). Di sana diberikan daftar perusahaan di bidang yang diminati dan berada di sekitar Bielefeld. Setelah itu, Tina langsung mengirimkan surat "lamaran" ke perusahaan tersebut. Karena program Ausbildung di perusahaan-perusahaan ini adalah bertujuan untuk memberikan ketrampilan kepada masyarakat, maka tentu saja tidak disyaratkan bahwa calon pelamar harus sudah memiliki ketrampilan tertentu. Program Ausbildung ini dimanfaatkan bagi siswa SMA atau lulusan SMA untuk memperoleh skill bekerja.

Setelah dia mendapatkan surat panggilan dari perusahaan, dia datangi perusahaan itu. Wah dia senang sekali dengan suasana kerjanya, walau di tempat kecil, bukan di tengah kota. Tetapi suasana kerjanya menyenangkan, dan yang paling penting, dia bisa belajar banyak. Setelah menyelesaikan Ausbildung maka dia akan ujian dan memperoleh sertifikat yang diakui di perusahaan sejenis. Ujian sertifikat ini dilakukan di perusahaan tersebut, tetapi jelas tidak semua perusahaan boleh menyediakan tempat untuk Ausbildung. Hanya mereka yang memiliki Meister yang boleh. Perusahaan ini kecil pegawainya cuma enam, tetapi sudah mau "menyediakan" tempat dan dana untuk Ausbildung. Selama Ausbildung maka peserta Ausbildung akan memperoleh semacam "gaji" yang cukup untuk satu bulan. Tentu saja gaji ini tidak sejumlah gaji pegawai tetap. Tina tampaknya menyukai bidang media dan dia makin yakin untuk kuliah di bidang ini nantinya.

Ruly, salah seorang anak Indonesia lain lagi jalur hidupnya. Dua tahun sebelum dia menyelesaikan sekolah SMA (biasanya diakhiri dengan Abitur). Dia memutuskan untuk menunda sekolah SMA-nya dulu. Lalu dia mengikuti Ausbildung di perusahaan mesin Bullhof, karena dia ingin bekerja di bidang mesin nantinya. Setelah kurang lebih 2 tahun dia sudah menyelesaikan Ausbildungnya, dan telah mengantongi sertifikat. Ketika ujian Rully ini mendapat tempat terbaik di negara bagian NRW, dan mendapat hadiah boleh ikut pelatihan extra, seharga beberapa ribu DM per tahun.

Setelah menyelesaikan Ausbildung, dia memilih bekerja di Bullhof. Biasanya setelah Ausbildung, orang bebas menentukan apakah dia akan bekerja di persh itu atau tidak. Walau dia sudah mendapat gaji selama Ausbildung (jadi mirip "beasiswa") tetapi tanpa ikatan dinas. Jadi setelah menyelesaikan Ausbildung di perusahaan tersebut, orang boleh memilih untuk tetap bekerja di perusahaan itu atau mencari perusahaan lain. Dengan tetap bekerja tetap di Bullhof, Ruly meneruskan sekolahnya. Karena bekerja pagi hari hingga siang, dia memilih meneruskan di Abendgymnasium (sekolah malam). Setelah kurang lebih 2 tahun dia kini telah mengantongi ijazah Abitur, dengan kata lain dia sekarang berhak untuk masuk ke Universitas. Tetapi hal itu tidak dilakukan karena dia ingin melakukan beberapa hal sebelum masuk ke Uni.

Tahun depan, karena dia pernah mendapat hadiah untuk ikut pelatihan gratis tersebut, Ruly memilih untuk mengambil kursus bahasa Inggris di luar negeri. Pilihannya mungkin di USA. Melihat negeri lain ini lazim dilakukan siswa/mahasiswa Jerman, biasanya mereka memilih kesempatan untuk melakukan Auslandstudium (belajar 1 atau 2 semester di luar negeri) ataupun Auslandpraxis (praktek kerja di luar negeri). Hal ini mereka lakukan sendiri, dan harus dibiayai sendiri (bukan kewajiban sih, tetapi seperti menjadi keharusan). Kadang demi menangguk pengalaman Auslandstudium ini, para mahasiswa harus mengencangkan ikat pinggang, bekerja paruh waktu dan lain sebagainya. Yang namanya mengirit demi bisa ke luar negeri, sangat mengirit sekali. Dari pagi sampai malam hanya makan roti gelap yang murah. Tetapi mereka sadar bahwa ini semua untuk masa depan mereka, maka mereka rela melakukannya.

Di samping karena ingin mengikuti kursus, Ruly juga perlu menunggu agar bisa memperoleh Bafog. Bafog adalah salah satu bantuan dana dari pemerintah untuk orang di Jerman agar dapat melanjutkan kuliah. Bafog ini dapat diperoleh dengan dua cara, misal dengan melihat penghasilan orang tua. Sehingga hanya mereka yang memiliki orang tua penghasilan pas-pasan (ukuran Jerman) saja, yang akan memperoleh Bafog. Tetapi Bafog ini juga bisa diperoleh tanpa terkait dengan penghasilan orang tua yaitu setelah orang tersebut bekerja minimal 6 tahun.

Setelah memperoleh BaFog maka dia bisa kuliah dengan lebih tenang, karena setiap bulan akan memperoleh dana untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sedangkan untuk uang kuliah tidaklah menjadi masalah, karena di Jerman uang kuliah adalah gratis, baik untuk warga negara Jerman ataupun bukan. Tetapi ini bersifat pinjaman, yang harus dikembalikan ke pemerintah setelah mahasiswa tersebut bekerja. Mahasiswa juga ada batasan, selama berapa lama dapat memperoleh dana Bafog ini.

Jadi dalam benak seorang "lulusan SMA" di Jerman ini, tidak hanya ada jalur yang tunggal, yaitu selesai SMA, lalu kuliah. Sehingga timbul kesan pokoknya kuliah, nggak tahu kuliah apa, yang penting nggak malu dengan tetangga. Mau berangkat kuliah terus di kampus cuma he. he. he. di lapangan parkir itu nggak penting, yang penting harus kuliah setelah lulus SMA. Titik... karena kuliah penting.. untuk pergaulan.

Ausbildung ini salah satu model pendidikan yang "khas" di Jerman. Merupakan salah satu pola kerjasama "win-win" baik bagi perusahaan ataupun tenaga kerja. Tampak bahwa, pengembangan pendidikan di Jerman ini bebannya dibagi, tidak saja menjadi tugas lembaga pendidikan, tetapi juga masyarakat dan industri. Masyarakat (mahasiswa) dalam hal ini sudah bertanggung jawab untuk memperkaya pengetahuannya misal dengan berinisiatif mencari kesempatan Auslandpraktikum ataupun Auslandsemester.

Industri merasa bertanggung-jawab dengan menyediakan bantuan untuk pendidikan, tempat untuk Ausbildung, dan sebagainya. Jadi industri tidak hanya "teriak-teriak" lulusan Universitas tidak siap pakai, tetapi juga aktif membantu lembaga pendidkan (Uni atau FH), membantu masyarakat agar bisa jadi siap pakai. Memang terasa seperti mau enaknya sendiri, kalau industri tinggal enaknya saja menerima tenaga siap pakai, tetapi sedikit memberikan bantuan ke lembaga pendidikan untuk mempersiapkan anak didik. Bukan berarti Industri itu "panti asuhan", tetapi memang mereka menganggap semua itu adalah investasi masa depan. Sedangkan pemerintah relatif hanya menyediakan peraturan yang memayungi dan memfasilitas agar proses ini dapat berjalan dengan mulus.

Mungkin itu disebabkan Jerman memiliki model relasi industri-tenaga kerja yang berbeda dengan negara lain. Kali lain mungkin saya akan melamunkan masalah perbedaan ini.

Bielefeld, 21 Juni 2002
I M W

dari http://nakula.rvs.uni-bielefeld.de/~made/

############################################################################

Jadi agak malu kalau melihat paragraf keempat dari belakang, semoga aku bukan salah satu yang beliau maksud, ya?

--
komentar atau apapun selalu dinanti...