Senin, 14 Januari 2008

Air Raksa?

Maaf, hanya ingin bertanya bagi yang tahu dan mengerti. Yang betul "Air Raksa" atau "Raksa" saja?

Yang dulu pernah aku dengar dari guru-guruku (semoga guru-guru pelajaran Bahasa Indonesia tenang di tempat mereka masing-masing, tetapi maaf, aku tidak pernah bisa mengerti Bahasa yang satu itu) dan juga dari sedikit membaca, yang lebih tepat adalah "Raksa". Mengapa "Raksa" jangan kamu tanyakan aku. Tetapi bagaimana sehingga zat kimia berlambang Hg itu sebaiknya (atau seharusnya) disebut "raksa", adalah karena memang zat itu bukan air.

Dari yang kubaca ini dan ini, disebutkan asal nama unsur ini (Hg adalah bentuk pendek dari bahasa latin Hydragyrum) adalah Υδραργυρος, hydragyros. Nama ini adalah gabungan dari air (karena bentuknya pada suhu ruang adalah cair), dan perak (karena warnanya yang keperakan). Nama lainnya adalah Mercury (di sini mungkin diterjemahkan sebagai merkuri, ya?), didasari atas nama dewa dalam mitologi Romawi bernama sama yang terkenal cepat dan lincah. Mungkin karena bentuknya cair sehingga raksa dikatakan lincah dan cepat. Mungkin ini juga yang mendasari nama lain raksa pada bahasa Inggris, yaitu quicksilver (quick=cepat, dan silver=perak). Yak, cukup dulu untuk perak, lebih lanjut silakan baca sendiri, ya?

Sekarang, mari bermain air. Air -murni- yang kutahu disimbolkan sebagai H2O (H-O-H). Dari sini bisa dilihat, bahwa air dan raksa adalah dua zat yang berbeda. Air adalah um, apa namanya? Molekul, ya? Iya betul, dan raksa adalah unsur. Memang tidak menutup kemungkinan bila dalam air yang ditemukan sehari-hari mengandung raksa, juga tidak menutup kemungkinan dalam raksa yang ditambang ada kadar air dalam jumlah tertentu, tetapi bukankah yang lebih utama yang dikedepankan untuk disebut?

Ah, sudahlah. Lagipula mengapa aku pusing-pusing memikirkan raksa dan air raksa, kalau ternyata salah seorang dokter yang sekarang ini sering sekali muncul di televisi pun menyebutnya air raksa. Sampai-sampai, sejauh yang kudengar, semua mengucapkannya dengan fasih: "Air Raksa"

--
F I N
written on 13. Jan 2008
TODO: moto4lin-C650-Celena. Ayo, dong! 'kan gambar-gambar pendukung sudah siap...

Sabtu, 12 Januari 2008

Pencetak Rusak, Internet Jebol, Apa Lagi?

Hari Ahad yang lalu (6. Jan 2008), entah mengapa sebabnya, mesin pencetak merk EPSON C41 SX, yang selama ini sudah setia menemani untuk lebih dari 5 tahun, yang dimiliki keluarga kami mogok mencetak. Peringatan yang ditampilkan, secara kasat mata adalah berkedipnya lampu daya (hijau) dan lampu perawatan (indikator tinta, warna merah) secara bergantian. Kemudian pada aplikasi EPSON Status Monitor 3, ada peringatan "Part inside your printer are at the end of their service life. See your printer documentation."

Panik? Tentu saja... Tidak! He he he. Kebetulan saat itu sambungan internet di rumah ("spidi") sedang kuputus sementara akibat "penggunaan yang berlebihan di awal bulan". Kebetulan juga keesokan harinya kawanku Reza mengajakku ke kampus untuk "mengecek nilai" dan lain-lain (:P). Dan kebetulan lagi, bahwa perkuliahan sedang libur (Hore... Hore... Hore...).

Jadilah keesokan harinya aku berangkat dengan tanki bensin sudah terisi penuh ('makasih Ayah Nyengir). Setibanya di depan Halte FT, kulihat Reza sedang mengarah ke daerah "Kukusan Teknik". Sedikit klakson (yang setelah pergantian sakelar sepertinya menjadi lebih nyaring) dan membuka helm menarik perhatiannya. Kata beliau, "Sepi di Jurusan. Nggak ada 2005-nya". Dan setengah tak percaya, aku mengajaknya kembali ke Jurusan.

Benar ternyata, memang Perpustakaan Jurusan/Komputer Jurusan sangat-amat-sepi-sekali. Kunyalakan satu komputer, ternyata apa yang kutemukan? Aksesnya mati! Argh, ada apa ini? Kemudian atas usul dari Reza pula, kami bersama berangkat ke UPT PLK Perpustakaan Pusat UI, di mana juga tersedia akses internet dengan komputer yang 'lumayan'.

Sesampai di sana, ternyata sudah penuh saudara-saudara. Jadilah kami naik dulu ke lantai dua. Aku iseng-iseng mencari buku dari katalog online di komputer lantai dua. Sebenarnya ingin mencari buku karangan Herman Mellville "Moby Dick", tetapi sayangnya buku yang kumaksud tidak di lantai dua, melainkan di lantai tiga (referensi). Jadilah aku iseng-iseng mencari buku Herman Mellville yang lain. Ternyata, aku tak pernah sampai ke rak yang kumaksud, karena aku menemukan buku yang sangat-amat-menarik. "Soccer: Winning Through Techniques and Tactics" karangan Richard Alagich, pendiri Kamp Latihan dan Akademi Sepakbola Pasifik. Jadilah aku turun membawa buku itu sampai 21. Januar 2008. Yah, singkat cerita, setelah duduk di antrean daftar tunggu di depan ruang komputer, aku mendapat satu kursi dan seperangkat komputer, dengan internet tentu.

Baiklah, aku salah waktu itu tidak mencatat kalimat "penting" tentang mesin pencetakku itu. Jadi, kuputuskan segera membuka akun surat elektronikku, yang kebetulan menjadi anggota milis sebuah tabloid komputer yang bisa dibilang ternama. Segera kulemparkan pertanyaan, apakah ada cara memperbaikinya sendiri. Karena uang itu cukup menjadi masalah buatku. Kemudian, respon yang luar biasa cepat datang dari Pak Yohan, kata beliau, itu disebut juga "Blinking", yang arti harfiahnya mengedip, kalau tidak salah. Aku disarankan berjalan-jalan ke weblog beliau dan mengunduh aplikasi bernama SSC Service Utility fon Epson Stylus Printer dan melakukan yang disebut soft reset. Kemudian balasan juga datang dari "Rogan" (masjoe***@*********), disarankan membaca di sini dan di sini.

Baiklah kalau begitu, segera aku pulang (setelah meninggalkan Reza di Stasiun tentu saja. Masa' aku bawa pulang?) dan praktik. Begini langkah-langkahnya:

1 Lepaskan pencetak dari hubungan dengan komputer maupun daya listrik.

2 Persiapkan 'lokasi kerja', karena 'perbaikan' pencetak ini tergolong 'kotor'. Persiapkan juga sarung tangan pelindung dan kertas-kertas bekas untuk mencegah 'kemungkinan terburuk.
Ya, tidak perlu sarung tangan bila ingin semua orang bertanya-tanya "Selesai pilkada di mana, Mas?"

3 Buka penutup mesin pencetak (biasa disebut: Casing).
Agak sulit, sebab pada artikel kedua disebutkan "buka baut pada bagian belakang dan bawah pencetak", sedangkan tipe C41SX ini tidak menggunakan baut, melainkan hanya berupa semacam lidah pengunci dari plastik. Terbukti, proses ini memakan korban. Pengencang bagian belakang (total ada tiga kaki) sebelah tengah patah sampai lepas, sedangkan pengencang pendek di sisi kiri (dilihat dari belakang) patah, tetapi masih menggantung. Hanya satu pengencang yang masih bertahan utuh. TIPS: Sodok dengan 'obeng minus' sembari diusahakan dibuka dengan telunjuk atau jempol kiri menahan pengencang, dan tangan lain 'memaksa' membuka penutup.

4 Carilah semacam spons atau kapas di bagian kiri belakang (dilihat dari belakang).
Spons ini ada 4 yang relatif panjang, dan satu yang kecil. Jangan sampai ada tertinggal, sebab cukup mengesalkan juga bila tertinggal seperti yang aku alami.

5 Ambil spons tersebut, disarankan dengan tang dan kertas bekas untuk membawanya ke tempat mencuci.
Ya, dicuci. Spons itu seingatku merupakan bagian dari penampungan tinta sisa. Sayang sebenarnya, tetapi mau apa lagi. TIPS: Pergunakan air hangat/panas, walaupun percobaanku dengan air dingin cukup berhasil.

6 Cuci bersih spons tersebut, bila perlu 'diperas' agar tinta sisa keluar seluruhnya. Kemudian, keringkan.

7 Kembalikan spons tersebut ke tempatnya, dan kemudian pasang kembali penutup mesin pencetak tersebut.

8 Pasangkan aplikasi SSC tadi di OS (sayangnya hanya bisa berlaku di Win cows)

9 Pilih mesin pencetak yang bersesuaian, juga 'matikan' Status Monitor bawaan pabrik. Entahlah, aku lupa alasannya, tetapi alasannya ada di menu bantuan aplikasi ini, kok.

10 Pilih "Reset Protection Counter" dengan meng-klik kanan ikon yang ada di area dekat penunjuk waktu (task bar). Jika ada pertanyaan semacam sudahkah spons tersebut diganti, jawab saja sudah.

11 Setelah sudah dilaksanakan, matikan pencetak selama beberapa saat.

Kemudian, voilá, lampu-lampu pada pencetak tidak berkedip-kedipan genit lagi.

Dan mereka hidup bahagia selamanya, ups, maksudnya mesin pencetak tersebut bisa kembali digunakan seperti sediakala. Hasil sampingan yang didapatkan: Satu pengencang patah; telunjuk kiri yang tertutupi tinta, persis seperti selepas pilkada Jakarta tahun lalu; Nada aneh (seperti 'tik-tik' sewaktu mencetak. Sekian

NB: Oh, iya. Kemarin itu juga bertemu Nisa di Perpustakaan. Sayangnya hanya sekilasan saja, tidak sempat bicara-bicara tentang, entahlah. Tapi bila berlama-lama, aku khawatir digebuk juga... He he he. Damai, ya Nis!

--
F I N
written on 12. Jan 2008
TODO: Panduan memindahkan berkas dari Motorola C650 menggunakan moto4lin di distro linux turunan Ubuntu. (Dari dulu rencana terus...)