Jumat, 18 Juli 2014

Ramaḍan An Oriant

Bismillah, walhamdulillah. Shalawat dan salam teruntuk Nabi tercinta Muhammad ṣallallahu `alayhi wa sallam.


Ramaḍan kali ini ada yang lain. Itu ringkasan dari catatan ini.

Bila Ramaḍan-Ramaḍan yang telah lalu biasanya dijalani 'sendiri', kali ini baru benar-benar sendiri secara jasmani. Alhamdulillah, Allah jadikan muslimin di kota nirmasjid (yakni rupa masjid yang sejati) ini demikian guyub. Kalau tidak demikian, bisa jadi selain sendiri, aku pun 'sendiri' juga menjalani Ramaḍan kali ini.

Lorient, atau dalam bahasa Breton (Brezhoneg) disebut sebagai An Oriant, adalah kota kecil di daerah Bretagne di Perancis. Kecil, barangkali kalau dibuat perbandingan dari kota yang aku tahu, kelas kota ini adalah Kota Sukabumi. Kecil, karena menurut referensi lemah berupa wikipedia, penduduknya paling banyak hanya 60.000 kepala saja. Penduduk muslimnya, sebagaimana stigma kita bila mendengar Islam di Eropa, adalah minoritas. Warga 'asli' yang muslim jelas lebih sedikit lagi.

Kalau ingin melihat jumlah muslimin dan sebagian muslimat, sebagaimana kasus yang umum di negara berpenduduk muslim juga, datanglah hari Jum`at. Datanglah ke Maison des Association, 12. Rue Colbert; Tidak jauh dari pusat kota, tidak jauh dari Stasiun/Gare de Lorient (yang stasiunnya sendiri bisa ditempuh dalam empat jam perjalanan kereta dari Gare Montparnasse, Paris).

Bila waktu shalat Jum`at tiba, barangkali ada sekitar 400-500 muslimin dan muslimat yang tinggal di kota berangin ini. Kalau dilihat dari wajahnya, kebanyakan bernuansa Arab, lebih tepatnya wilayah Maghribi (Afrika Utara). Tanyakan pada mereka dari mana asal mereka, dan akan didapatkan jawaban dari Aljazair, Tunisia, hingga Maroko. Tentu, juga ada warga pendatang sementara dari Malaysia, India-Pakistan, dan seterusnya, namun bisa dibilang tidak seberapa.

Di Ramaḍan yang bertepatan dengan libur musim panas ini, Fajar dikalkulasi terbit mulai dari setengah lima waktu setempat hingga terbenam matahari pada saat jam menunjukkan pukul 22 lebih. Dua hal yang perlu dicatat adalah bahwa tengah hari (sesaat sebelum waktu Ẓuhur) jatuh pada sekitar pukul 14 lebih seperempat, dan musim ini juga hampir bertepatan dengan summer solstice, sehingga semakin ke belakang bulan hari mulai kembali memendek.

Sebagaimana diumumkan di Jum`at terakhir bulan Sya`ban, "dewan masjid" alias asosiasi mengadakan iftar (berbuka puasa) bersama-sama, setiap hari. Secara pribadi, aku diundang datang oleh seorang Saudara yang setiap hari juga mempersiapkan hidangan berbuka puasa. Mudah-mudahan dengan demikian bisa menjadi 'donor' pahala bagi yang memberikan hidangan untuk kami-kami.

Mengenai makanan berbuka puasa, 'normal'-nya adalah roti Perancis (baguette) yang panjangnya bisa setengah meter, yang dibagi dua. Kemudian ada selada (cf. KBBI daring Pusat Bahasa Kemdiknas, lema selada no. 2). Yang lebih wajar, jelas, adalah kurma. Ada juga Sup à la Maghribi yang dibagikan lepas shalat jama`ah, yakni lebih kurang 15 menit setelah Adzan dikumandangkan. Adapun minumannya biasanya adalah air, jus buah dalam kotak, susu, dan kopi (kopi susu dan kopi hitam).

Sementara itu, kadang-kadang ada juga hidangan yang 'tidak normal', yakni ketika ada jama`ah yang mendatangkan makanan besar. Rupanya bermacam-macam, yang sudah keluar antara lain adalah nasi (kebuli [?]), nasi khas Senegal (seperti nasi goreng), baso dengan kuah "tajine" dan kacang polong, ayam bakar (yang bumbunya sangat mengingatkan ke restoran Padang di rumah), maupun ayam panggang.

Walhamdulillah, makan bersama (dengan hidangan sepiring bersekian) adalah sesuatu yang dianjurkan oleh Rasul kita yang mulia ṣallallahu `alayhi wa sallam. Barangkali salah satu hikmahnya adalah mempererat kebersamaan. Buatku sendiri, rasanya jadi memperluas perut. Biasanya apabila berbuka puasa sendiri, sedikit nasi lauk atau roti sudah mengenyangkan. Sedangkan saat duduk di antara saudara-saudara, rasanya lebih banyak yang bisa tertampung sebelum (ke)kenyang(an).

Sebelum Ramaḍan, tadinya aku ada niatan membuat rendang untuk dijadikan lauk makan bersama di 'Masjid'. Namun nampaknya belum bisa terlaksana karena satu dan lain hal (tidak ada wajan 'raksasa', tidak ada bahannya, masakan percobaan yang gagal, dst). Jadilah, partisipasi yang bisa kuperbuat sebatas menggelar karpet untuk alas makan bersama saja.

Mudah-mudahan Allah membangunkan Masjid untuk penduduk Lorient. Kalau berkenan membantu dana, silakan kunjungi http://www.mosquee-lorient.com/?page_id=44 (bahasa Perancis) untuk mempelajari lebih detail.

***

Terakhir, ada keputusan besar yang telah diambil. 'Bola' sudah digulirkan, tinggal dioper ke pihak-pihak terkait. Syaithan meniupkan was-was bahwa keputusan ini kelak akan jadi sesalan. Namun bisa jadi juga keputusan ini hasil konspirasi Syaithan juga. Oleh karena itu, selalu mintalah perlindungan pada Allah dalam setiap langkahmu.

Allah-lah yang memberikan taufiq

--
20 Ramaḍan 1435, menjelang sahur
+33 / 56100 / 1RNA 1033

AR

Tidak ada komentar: