Minggu, 23 Februari 2014

Sahabat

Segala pujian bagi Allah, Dzat yang Menciptakan semesta alam,  Menguasainya, dan Mengaturnya. Shalawat juga salam keselamatan untuk utusan-Nya yang datang dengan Agama yang Benar.

Dalam pekan kemarin, tiba-tiba saja aku terkenang seorang sahabat di masaku kuliah (bukan Sahabat Rasulullah (ص) dalam hal ini). Mudah-mudahan Allah menjaganya di manapun ia berada, meskipun keadaan kami saat ini berjauhan. Tulisan ini sebatas kenangan penulis, bila kamu berkenan melanjutkan, ikutlah bersamaku.

Mengenai nama, lebih elok jika tidak aku sebutkan di sini. Tapi sedikit latar belakang tentangnya akan aku ceritakan di sini.

Perkenalan kami berawal di masa awal kuliah kami, sekitar medio 2005 di sebuah universitas di selatan Jakarta. Seperti kebiasaan terdahulu, kami dikumpulkan sebagai satu angkatan dalam kegiatan serupa opspek. Dan beliau ini termasuk seorang yang segera dikenal, karena termasuk satu dari beberapa penulis 'lagu angkatan' kami. Bahkan, bisa dibilang dulu beliau adalah pemain alat musik yang cukup baik.

Singkat cerita, hampir sepanjang kuliah kami mengenal beliau seperti itu. Beliau pun akhirnya menikah sekitar tahun 2009/2010. Pada saat itu beliau belum lulus, itu satu poin kekaguman dariku. Namun itu belumlah menjadi nilainya yang terbesar di mataku.

Setahun kemudian barulah hal itu terjadi. Dimulai dari perubahan 'nama' di salah satu jejaring sosial kenamaan. Kalau diistilahkan dengan istilah populer, 'pangling' kami dibuatnya dengan perubahan tersebut. Kemudian, setelah bertemu kembali, makin jelaslah apa yang terjadi pada diri beliau: Beliau berkenalan dengan manhaj salaf [0,1]. Ciri-ciri nampak mewujud, tetapi terasa juga pada kami adanya sesuatu yang lain dari perilakunya. Salah satunya, ia meninggalkan sepenuhnya alat musik kesayangannya, sama sekali. Apa yang Allah kehendaki terjadi, maka akan terjadi.

Pada saat itu, terus terang aku tidak mengenal sama sekali apa yang dimaksud dengan frasa tersebut. Tetapi sudah ada terasa bahwa lingkungan sekitarku memiliki sesuatu yang mengganjal. Banyak kebiasaan-kebiasaan yang, yah, tidak masuk akal dan tidak juga memiliki dasar. Bisa jadi itu akibat dari perubahan pola pikir, terutama di akhir masa perkuliahan ('icip-icip' penelitian bersama dosen). Saat itu, bahkan kalau bisa setiap kalimat pada tulisan mencantumkan sumber yang jelas dan valid.

Dari situ aku mulai mencari tahu dari kawan-kawan yang masih sering bertemu, dan ikut juga pada beberapa kajian islam tanpa afiliasi. Barangkali juga ada kebaikan pada keenggananku untuk berafiliasi pada organisasi apapun (semisal partai politik, atau bahkan organisasi/yayasan tertentu). Kemudian, sampailah pada saat itu, sekitar 3 tahun ke belakang, aku bertanya padanya. Berikut 'percakapan kami'.
Aku: Assalam'alaykum warahmatullahi, ###. Apa kabar nih, sekarang kerja di mana? Oya, btw, abang ngaji Aqidah di mana? Hari-hari kapan aja? Kemarin dulu aku ikut di ***, buku Qaulul Mufid dari Syaikh Al Utsaimin. Tapi terakhir ustadz-nya berhalangan untuk waktu yg ga bs ditentukan. Kalau masih boleh ikut serta, aku minta dikabarin ya, ###? Wassalam'alaykum warahmatullahi.

Dia: Wa'alaykumussalam warahmatullahi. Alhamdulillah kbr baik. Kayfa haaluka ya akhiy? heheh.. Gw ngaji mah di mesjid deket rumah Rif. Tiap sabtu jam 6 sore. Klo buku nya ya pake buku2 al-ulama ul-kibar, tp skrg yg di pake bukunya syaikh Muhammad bin Abdul-Wahhab sm ustadnya. Judulnya lupa, tp kajian nya msh pk bhs Indo, krn kajian utk masyarakat umum biasa. Tp selebihnya dr itu gw cuma baca di situs2 salafiyah & gw punya buku2 soft copy (format PDF & CHM), klo mau copy silakan aj dtg k rmh gw. Atau ga gw kasi link donlodnya aj di situsnya di http://abusalma.net/?page_id=344 Wa'alaykumussalam warahmatullahi.

A: Wah alhamdulillah.. Makasih link-nya ya, Bang. Nanti di-download dan dibaca segera. Jazakallaha Khairan.

D: Wa iyakum.. Smoga kita ditunjuki & dijaga Allah Azza wa Jalla dalam pemahaman yang benar.. Amin

Sekarang, di gurun pasir iman di sini, barulah terasa betapa beruntungnya dahulu. Berapa nikmatnya bisa tinggal di lingkungan yang beragama dan berdiri di atas ilmu, meskipun belum maksimal. Tetapi kebenaran tidak mengenal kata terlambat, bukan? Selama belum berpisah nyawa dari raga. Maka kesempatan yang ada menuju kebenaran, manfaatkanlah, Rif.

Dan manfaat do'a, jangan pula diremehkan. Barangkali kesadaran manusia bisa diawali dari do'a seorang sahabatnya. Dan, sebagai penutup, ada beberapa kalimat yang mudah-mudahan bisa kita renungi.

1)
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena itu, salah satu di antara kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan teman (HR Abu Dâwud no. 4833 dan at-Tirmidzi no. 2378. (ash-Shahîhah no. 927)) [2]


2)
Dari Salman Al-Farisi (ر) dia berkata: Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda: لَا يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلَّا الدُّعَاءُ وَلَا يَزِيدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا الْبِرُّ “Tidak ada yang dapat menolak takdir kecuali doa dan tidak ada yang bisa menambah umur kecuali amal kebajikan.” (HR. At-Tirmizi no. 3373, Ibnu Majah no. 3872, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 2418) [3]

--
Dan untuk sahabatku di sana, mudah-mudahan yang berikut ini mencakup apa yang telah engkau perbuat:

من سن في الإسلام سنة حسنة فله أجرها وأجر من عمل بها إلى يوم القيامة
 
“barangsiapa yang mencontohkan suatu sunnah (perbuatan) yang baik dalam Islam maka ia mendapat pahala sekaligus pahala orang lain yang mengamalkannya sampai hari kiamat”

Mudah-mudahan doa dari sahabatku tersebut juga dapat mencapai kamu sekalian.

Dan Allah lah yang paling Mengetahui.
--
F  I  N
23. fev 2014|23. R-II 1435
56100, FR

[0] http://muslim.or.id/manhaj/mari-mengenal-manhaj-salaf.html
[1] http://adiabdullah.wordpress.com/kenapa-manhaj-salaf/ 
[2] http://almanhaj.or.id/content/3480/slash/0/teman-bergaul-cerminan-diri-anda/
[3] http://al-atsariyyah.com/doa-keajaibannya.html
[4] http://muslim.or.id/fatwa-ulama/fatwa-ulama-makna-hadits-man-sanna-sunnah-hasanah.html

Tidak ada komentar: