Iya, maaf belum ada tulisan sendiri, dalam beberapa waktu ke depan aku mulai nulis sendiri deh...
Ini artikel (atau post ya?) dari Bapak I Made Wiryana, salah satu "aktivis" (kalau boleh dibilang begitu) Linux dan FOSS (Free and Open Source Software) yang tinggal di Bielefeld, Jerman (maaf kalau data sudah berubah). Mungkin sebagai perbandingan dengan keadaan di sini saja, ya? Selamat membaca!
############################################################################
Banyak jalan menuju Roma, banyak jalan menuju Uni
Suatu hari saya dan Anthi ke rumah mbak Nanik, salah seorang kenalan saya. Mbak Nanik ini baik sekali, sering menghibahkan peralatan, wajarlah sebagai mahasiswa di rantau, harus bisa mengirit. Rupanya salah satu anak gadisnya sedang ada di rumah. Dia baru saja selesai ujian akhir SMA (Abitur dalam istilah Jerman-nya). Sembari makan siang, kami ngobrolin apa yang akan dilakukan si Tina ini, setelah ujian SMA-nya.
Tina yang tergolong manis tapi "sehat" ini (tampang seperti Tina ini mungkin bisa jadi pemeran sinetron kalau di Indonesia), memutuskan tidak langsung kuliah, baik ke Fachhochschule - FH (semacam Politeknik) atau ke Universitas. Karena dia ingin mencari pengalaman kerja terlebih dahulu. Istilahnya dia mau mengambil jalur "Ausbildung" terlebih dahulu. Hal ini lazim dilakukan oleh orang Jerman. Langkah ini lazim dilakukan bila seseorang ingin memastikan di bidang apakah dia ingin kuliah dan bekerja nantinya.
Di Jerman anak lulusan SMA sudah dianggap bisa memutuskan masa depan mereka sendiri. Mereka akan menentukan sendiri apa yang paling baik bagi mereka. Bila mereka rasa ingin langsung kuliah di Universitas, mereka akan memilih jalur itu. Tetapi bila mereka tidak ingin jadi "researcher, atau akademisi", tetapi ingin terjun ke industri, mereka akan mengambil jalur Fachhocshule. Begitu juga bagi mereka yang ingin ambil pengalaman dunia kerja (dunia nyata) terlebih dahulu, mereka akan melakukan Ausbildung. Jadi tidak perlu merasa kehilangan gengsi bila selesai SMA tidak melanjutkan kuliah. Dan masa depan juga tidak akan menjadi suram.
Tina ingin mencari pengalaman di bidang teknologi dan disain media. Kebetulan bidang ini tergolong baru, jadi perusahaan yang mengkhususkan diri di bidang ini masih sedikit di daerah saya. Memang ada perusahaan Bartelsmann (perusahaan media International) berpusat di dekat kota saya (di kota Guttersloh). Tetapi perusahaan kecil lainnya masih sedikit. Untuk itu Tina harus aktif mencari tempat dan kesempatan Ausbildung di perusahaan-perusahaan sekitar Bielefeld.
Langkah pertama adalah ke Arbeitsamt (Departemen Tenaga Kerja). Di sana diberikan daftar perusahaan di bidang yang diminati dan berada di sekitar Bielefeld. Setelah itu, Tina langsung mengirimkan surat "lamaran" ke perusahaan tersebut. Karena program Ausbildung di perusahaan-perusahaan ini adalah bertujuan untuk memberikan ketrampilan kepada masyarakat, maka tentu saja tidak disyaratkan bahwa calon pelamar harus sudah memiliki ketrampilan tertentu. Program Ausbildung ini dimanfaatkan bagi siswa SMA atau lulusan SMA untuk memperoleh skill bekerja.
Setelah dia mendapatkan surat panggilan dari perusahaan, dia datangi perusahaan itu. Wah dia senang sekali dengan suasana kerjanya, walau di tempat kecil, bukan di tengah kota. Tetapi suasana kerjanya menyenangkan, dan yang paling penting, dia bisa belajar banyak. Setelah menyelesaikan Ausbildung maka dia akan ujian dan memperoleh sertifikat yang diakui di perusahaan sejenis. Ujian sertifikat ini dilakukan di perusahaan tersebut, tetapi jelas tidak semua perusahaan boleh menyediakan tempat untuk Ausbildung. Hanya mereka yang memiliki Meister yang boleh. Perusahaan ini kecil pegawainya cuma enam, tetapi sudah mau "menyediakan" tempat dan dana untuk Ausbildung. Selama Ausbildung maka peserta Ausbildung akan memperoleh semacam "gaji" yang cukup untuk satu bulan. Tentu saja gaji ini tidak sejumlah gaji pegawai tetap. Tina tampaknya menyukai bidang media dan dia makin yakin untuk kuliah di bidang ini nantinya.
Ruly, salah seorang anak Indonesia lain lagi jalur hidupnya. Dua tahun sebelum dia menyelesaikan sekolah SMA (biasanya diakhiri dengan Abitur). Dia memutuskan untuk menunda sekolah SMA-nya dulu. Lalu dia mengikuti Ausbildung di perusahaan mesin Bullhof, karena dia ingin bekerja di bidang mesin nantinya. Setelah kurang lebih 2 tahun dia sudah menyelesaikan Ausbildungnya, dan telah mengantongi sertifikat. Ketika ujian Rully ini mendapat tempat terbaik di negara bagian NRW, dan mendapat hadiah boleh ikut pelatihan extra, seharga beberapa ribu DM per tahun.
Setelah menyelesaikan Ausbildung, dia memilih bekerja di Bullhof. Biasanya setelah Ausbildung, orang bebas menentukan apakah dia akan bekerja di persh itu atau tidak. Walau dia sudah mendapat gaji selama Ausbildung (jadi mirip "beasiswa") tetapi tanpa ikatan dinas. Jadi setelah menyelesaikan Ausbildung di perusahaan tersebut, orang boleh memilih untuk tetap bekerja di perusahaan itu atau mencari perusahaan lain. Dengan tetap bekerja tetap di Bullhof, Ruly meneruskan sekolahnya. Karena bekerja pagi hari hingga siang, dia memilih meneruskan di Abendgymnasium (sekolah malam). Setelah kurang lebih 2 tahun dia kini telah mengantongi ijazah Abitur, dengan kata lain dia sekarang berhak untuk masuk ke Universitas. Tetapi hal itu tidak dilakukan karena dia ingin melakukan beberapa hal sebelum masuk ke Uni.
Tahun depan, karena dia pernah mendapat hadiah untuk ikut pelatihan gratis tersebut, Ruly memilih untuk mengambil kursus bahasa Inggris di luar negeri. Pilihannya mungkin di USA. Melihat negeri lain ini lazim dilakukan siswa/mahasiswa Jerman, biasanya mereka memilih kesempatan untuk melakukan Auslandstudium (belajar 1 atau 2 semester di luar negeri) ataupun Auslandpraxis (praktek kerja di luar negeri). Hal ini mereka lakukan sendiri, dan harus dibiayai sendiri (bukan kewajiban sih, tetapi seperti menjadi keharusan). Kadang demi menangguk pengalaman Auslandstudium ini, para mahasiswa harus mengencangkan ikat pinggang, bekerja paruh waktu dan lain sebagainya. Yang namanya mengirit demi bisa ke luar negeri, sangat mengirit sekali. Dari pagi sampai malam hanya makan roti gelap yang murah. Tetapi mereka sadar bahwa ini semua untuk masa depan mereka, maka mereka rela melakukannya.
Di samping karena ingin mengikuti kursus, Ruly juga perlu menunggu agar bisa memperoleh Bafog. Bafog adalah salah satu bantuan dana dari pemerintah untuk orang di Jerman agar dapat melanjutkan kuliah. Bafog ini dapat diperoleh dengan dua cara, misal dengan melihat penghasilan orang tua. Sehingga hanya mereka yang memiliki orang tua penghasilan pas-pasan (ukuran Jerman) saja, yang akan memperoleh Bafog. Tetapi Bafog ini juga bisa diperoleh tanpa terkait dengan penghasilan orang tua yaitu setelah orang tersebut bekerja minimal 6 tahun.
Setelah memperoleh BaFog maka dia bisa kuliah dengan lebih tenang, karena setiap bulan akan memperoleh dana untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sedangkan untuk uang kuliah tidaklah menjadi masalah, karena di Jerman uang kuliah adalah gratis, baik untuk warga negara Jerman ataupun bukan. Tetapi ini bersifat pinjaman, yang harus dikembalikan ke pemerintah setelah mahasiswa tersebut bekerja. Mahasiswa juga ada batasan, selama berapa lama dapat memperoleh dana Bafog ini.
Jadi dalam benak seorang "lulusan SMA" di Jerman ini, tidak hanya ada jalur yang tunggal, yaitu selesai SMA, lalu kuliah. Sehingga timbul kesan pokoknya kuliah, nggak tahu kuliah apa, yang penting nggak malu dengan tetangga. Mau berangkat kuliah terus di kampus cuma he. he. he. di lapangan parkir itu nggak penting, yang penting harus kuliah setelah lulus SMA. Titik... karena kuliah penting.. untuk pergaulan.
Ausbildung ini salah satu model pendidikan yang "khas" di Jerman. Merupakan salah satu pola kerjasama "win-win" baik bagi perusahaan ataupun tenaga kerja. Tampak bahwa, pengembangan pendidikan di Jerman ini bebannya dibagi, tidak saja menjadi tugas lembaga pendidikan, tetapi juga masyarakat dan industri. Masyarakat (mahasiswa) dalam hal ini sudah bertanggung jawab untuk memperkaya pengetahuannya misal dengan berinisiatif mencari kesempatan Auslandpraktikum ataupun Auslandsemester.
Industri merasa bertanggung-jawab dengan menyediakan bantuan untuk pendidikan, tempat untuk Ausbildung, dan sebagainya. Jadi industri tidak hanya "teriak-teriak" lulusan Universitas tidak siap pakai, tetapi juga aktif membantu lembaga pendidkan (Uni atau FH), membantu masyarakat agar bisa jadi siap pakai. Memang terasa seperti mau enaknya sendiri, kalau industri tinggal enaknya saja menerima tenaga siap pakai, tetapi sedikit memberikan bantuan ke lembaga pendidikan untuk mempersiapkan anak didik. Bukan berarti Industri itu "panti asuhan", tetapi memang mereka menganggap semua itu adalah investasi masa depan. Sedangkan pemerintah relatif hanya menyediakan peraturan yang memayungi dan memfasilitas agar proses ini dapat berjalan dengan mulus.
Mungkin itu disebabkan Jerman memiliki model relasi industri-tenaga kerja yang berbeda dengan negara lain. Kali lain mungkin saya akan melamunkan masalah perbedaan ini.
Bielefeld, 21 Juni 2002
I M W
dari http://nakula.rvs.uni-bielefeld.de/~made/
############################################################################
Jadi agak malu kalau melihat paragraf keempat dari belakang, semoga aku bukan salah satu yang beliau maksud, ya?
--
komentar atau apapun selalu dinanti...
2 komentar:
bagus rif, besok2 ditunggu tulisan2 darimu :)
~eh gw link ya..
~masih inget deni yang ini kan? :p
Terima kasih sudah menyempatkan membaca... Gimana, Bang, masih lancar itu kuliah yang, dengar punya dengar, dua tempat?
*ingetkompetisiabang28...*
~Aku link balik juga ya?
Posting Komentar