Rabu, 21 April 2010

21. April 2010

Tulisan berikut ini mencerminkan pendapat pribadi, hampir tanpa referensi, dan lebih berupa curahan hati. Mohon maaf, akan kuawali tulisan ini.

21. April. Di negeri ini, pada tanggal tersebut, diperingati sebuah hari yang istimewa. Hari Kartini, sebagian menyebutnya. Merupakan hari kelahiran dari seorang perempuan dengan impian yang besar, tetapi mendapati bahwa kenyataan dapat jadi sangat jauh dari mimpinya.

Dari yang aku dengar, beliau ingin dapat bersekolah sampai tingkat yang tinggi, seperti halnya lelaki pada masa itu. Dan beliau pun berkorespondensi dengan seorang rekannya di negeri Belanda. Dari yang kuketahui, kumpulan surat beliau dipublikasikan menjadi sebuah buku, "Dari kegelapan menuju cahaya" (bukan judul yang kebanyakan orang kenal, tetapi aku lebih yakin kalau beliau ingin menyampaikan hal tersebut).

Berangkat dari buah pikiran beliau terjadi perubahan, dari kebijakan yang membedakan (pribumi - eropa, dan sebagainya) menjadi kebijakan yang memperhatikan etika. Dan sampai sekarang, banyak perempuan yang menggaungkan hal yang sama dalam satu kata: "emansipasi".

**

Wahai perempuan, ciptaanNya yang tinggi, mengapakah kamu hendak disetarakan dengan kami lelaki?

Sungguh, kami sudah mengetahui betapa banyak yang dapat kamu lakukan, bahkan dalam kerangka waktu yang sama dengan yang kami lelaki punya. Dengan begitu, sungguh, kamu tidak setara dengan kami -- kamu lebih tinggi dari kami.

Coba kita lihat. Di mana Dia menitipkan ciptaannya, generasi berikutnya dari kita manusia, kalau bukan padamu? Bagaimana mungkin Dia memilih kamu, kalau kamu tidak dapat mengemban titipan itu?

Dan padamulah generasi berikut dari manusia pertama kali belajar, mengenal dunia. Sebab saat dulu manusia diciptakan, Dia sendiri yang mengajarkan manusia pertama berbagai hal. Lalu, setelah manusia bertambah, dan terus bertambah, pada siapa Dia mendelegasikan tugas memperkenalkan dunia kalau bukan padamu?

Yang kusayangi, perempuan seluruhnya. Bisakah kamu mengerti, kalau kamu bisa ini, itu, bisa mandiri, lalu untuk apa kami ada? Sudikah kiranya kamu membiarkan kami menjalankan hal yang remeh-temeh seperti pekerjaan, uang, dan semacamnya sementara kamu menanggung urusan yang jauh lebih besar?

**

Dan batu pun tertawa mendengar celotehku.

--
F I N
written on 21. April 2010, 20:38 WIB (GMT/UTC +7)
Untukmu, perempuan di luar sana.


Tidak ada komentar: