Senin, 26 April 2010

Memulai Kembali

Jadi, hari ini diawali dengan agak off. Bangun lagi setelah subuh lumayan jauh. Bermotor (sudah dicoba hati²), masih diklakson orang buru-buru. Padahal di jalan kampung. Mau ke mana sih pengemudi Honda Freed entah nopol berapa itu. Alhamdulillah menghindari seorang yang menyeberang membawa balok kayu. Huff.. Ah, lupakan saja. Anggap saja sedikit tumpahan kopi di koran pagi, ya? Yah, intinya, aku selamat sampai di kampus, dengan segala keanehan jalan Jakarta-Depok di hari Senin... Eh, setiap hari dan lebih parah di hari-hari libur deh.

Nah, sampai di kampus, tak biasanya Fian sudah hadir dan absen mendahuluiku. Sehari-hari sih, dia juaranya, juara datang terakhir. Hehe. Tapi dia tak hadir di ruangan kami di pojok jurusan. Menurut Reza, dia sudah ke lantai 3, bersama Pak Herman. Yah, baiklah, sekali lagi aku tidak diminta untuk hadir, maka aku tidak hadir di sana. Agak gerah sih, mengingat aku juga dimasukkan sebagai bagian tim riset beliau, tapi biar kutunggu waktunya sajalah.

Dan waktunya ternyata pada hari tadi juga. Setelah makan siang, kuputuskan bahwa kalau aku tidak segera memulai, sekarang, maka niscaya tidak akan ada waktu bersantai-santai kelak di belakang hari. Mengapa demikian? Ternyata alasannya sederhana, dan sering melatarbelakangi pelbagai sikapku: Iri.

Iri? Ya, begitulah. Kawanku Nisa belum lama ini mendapat kabar gembira. Beliau akan (di)berangkat(kan) ke Eropa, Malta dan Belanda tepatnya, untuk bersekolah di sana. Senang sih, tapi tetap saja sebagai laki-laki ada tebersit iri juga, bagaimana ceritanya aku kalah dari beliau?

Jadilah aku sekali lagi mencari informasi tentang beasiswa serupa, tentang bidang ilmu yang sedikit-sedikit aku coba pahami. Ternyata ada, dan universitas yang menyediakan program tersebut ada di dua Negeri yang, sungguh, ingin aku menyinggahi atau meninggalinya: Jerman dan Spanyol. Aduh! Mereka mensyaratkan gelar magister untuk bisa masuk. Hm...

Maka aku kemudian memberanikan diri naik ke lantai 3, sedikit menyapa Pak Herman dan Fian, sebelum melihat-lihat lemari peralatan dan perlengkapan. Kubuat catatan-catatan, dan akhirnya aku pamit ke beliau dan Fian, belum shalat! *malu*

Maka setelahnya, aku mulai-mulai membaca jurnal digital yang kupengang lagi, dan mencoba mengira-ngira peralatan apa-apa yang diperlukan dan masih kurang di lab. Yah, hal-hal kecil yang kadang terlupakan itu siapa tahu perlu.

Melihat-lihat jurnal, baru teringat aku kalau ada jurnal yang belum kupegang salinan digitalnya. Kebetulan beberapa waktu lalu aku pernah meminta tolong Mbak Idham untuk mengunduhkan artikel jurnal tersebut. Hmm.. Saat hendak menulis surat elektronik untuk meminta tolong lagi, tiba-tiba saja terlintas pikiran untuk menyalakan internet messenger Yahoo! Messenger. Entah mengapa.

Setelahnya baru aku mengerti. Mbak Idham sedang tidak terhubung. Tetapi beruntung, ada Jordan teman kami yang juga diberi anugerah belajar ke Negeri Ginseng. Jadilah kuminta tolong dia, dan sedikit bincang-bincang. Sedikit mengobati kangen juga dengannya. Padahal saat dia masih di sini, aku tidak terlalu akrab juga dengannya. Jadi malu. Kadang jarak malah membantu meningkatkan kualitas hubungan ya? Hehe.

Setelah jurnal didapat, maka saatnya membaca dan membuat catatan-catatan. Bismillah, permisi dulu ya, ceritanya ku akhiri di sini. Hendak memaksa diri membaca untuk masa depanku. Semoga.


--
F I N
written on 26. April 2010, 20.20 WIB (UTC +7)
And today, the Sun seems like shining a bit brighter, and my saving is finally stuffed again.
Alhamdulillah.


Tidak ada komentar: