Senin, 12 Mei 2014

Ada Orang Enggan Masuk Surga

Bismillah, shalawat dan salam kami sampaikan kepada Utusan Allah, Muhammad (s.a.w*) beserta keluarga beliau, para Sahabat beliau (semoga allah meridhai mereka semuanya), dan mereka yang mengikuti beliau hingga akhir zaman.
Kalau mendengar "Surga", tentu kita sebagai orang beriman akan membayangkan kenikmatan tiada taranya dan tiada akhirnya. Gambaran Surga ini terserak di berbagai tempat di Al-Qur'an, di antaranya tentang pakaian, tempat tinggal, pasangan hidup, ... [1]. Meski demikian, perlu juga diingat bahwa kenikmatan Surga yang kita bayangkan itu merupakan dasar (baseline) agar kita dapat sedikit menerka seperti apa nikmat kehidupan kekal di surga.

Bagaimana kenikmatan Surga yang sesungguhnya? Dari [Sahabat] Abu Hur[a]ir[a]h, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Allah telah berfirman : Aku telah menyiapkan bagi hamba-hambaku yang sh[a]leh (di surga) kenikmatan-kenikmatan yang tidak pernah terlihat oleh mata-mata, dan tidak pernah terdengar oleh telinga-telinga, dan tidak pernah terbetik dalam benak manusia”, Jika kalian ingin maka silahkan bacalah (firman Allah) [yang terjemahnya]:
“Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai Balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan” (QS As-Sajdah : 17)
(HR Al-Bukhari no 3072 dan Muslim no 7310) [2].

Dengan kenikmatan yang bisa manusia bayangkan hanya sebatas tertentu, dan kenikmatan Surga jauh melebihinya, bagaimana menurutmu bila dikatakan ada orang yang enggan masuk ke dalamnya? Sungguh, ini bukan perkataanku sendiri melainkan Sabda Rasul Allah (s.a.w).

Masih dari Sahabat yang terbanyak meriwayatkan Hadits Nabi (s.a.w) walaupun bukan yang terlama bersama beliau, ia berkata {?**} Rasulullah bersabda, “Semua umatku pasti akan masuk surga kecuali orang yang enggan.” Para shahabat bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang yang enggan itu?” Beliau menjawab, “Barangsiapa mentaatiku pasti masuk surga, dan barangsiapa mendurhakaiku maka dialah orang yang enggan (tidak mau masuk surga, pent.)” (HR. Al-Bukhari no.6851, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu) [3].

Dan dengan demikian tulisan singkat ini penulis akhiri, dengan doa untuk kamu sekalian dan penulis juga agar Allah berkenan 'mencoret' kita dari daftar orang yang enggan masuk ke Surga-Nya.

Hikmah yang mudah-mudahan tepat yang penulis ingin sampaikan juga, adalah apabila kita mendapati ada orang enggan mengikuti aturan yang disepakati bersama dalam perkara dunia (misal penggunaan helm, lampu lalu lintas, rambu-rambu, jembatan penyeberangan, ...) demi kenyamanan bersama, maka:
1) jangan bersedih, karena itu 'cuma' perkara dunia. Surga saja ada kok yang enggan memasukinya;
2) jangan mengikuti orang-orang yang enggan;
3) jangan juga berkeinginan orang lain, apalagi saudara kita, terjerumus akibat keengganan mereka.
WAllahu a'lam.

Seorang muslim yang baik menginginkan bagi saudaranya (kebaikan) yang ia inginkan untuk dirinya [4]. Tentu akan menyenangkan bila kelak di Surga kita bersama dengan orang-orang yang kita cinta. Maka andaikata saat ini kita sudah mengenal ilmu yang benar, pelajarilah dan ajaklah serta orang-orang yang kita cinta untuk juga mengenalnya.

Wabillahi taufiq

--
AR
15:53 CEST / 12. 07. 1435 / 12. 05. 2014
+33 / 56100 / 1RNA 1033

==
Catatan kaki:
[1]: QS Al-Kahf (18): 31, Al-Rahman (55): 43-78, dapat dirujuk daring di http://quran.com/18/31 dan http://quran.com/55/
[4]: Sebagaimana tertulis pada Hadits No. 13, Arbain an-Nawawiyah pada aplikasi Hadith Arbain untuk ponsel cerdas Android, terjemah bahasa Inggris: Abu Hamzah Anas bin Malik, radiyallahu 'anhu, who was the servant of the Messenger of Allah, sallallahu 'alayhi wasallam, reported that the Prophet, sallallahu 'alayhi wasallam, said:

"None of you truly believes (in Allah and his religion) until he loves for his brother what he loves for himself". Terjemah bahasa Indonesia melewatkan huruf "lam" (dibaca "li"), yang pada bahasa Inggris diterjemahkan sebagai "for".
==
*): Shallallahu 'alayhi wa sallam. Sebuah singkatan untuk menghemat waktu penulisan, namun hendaklah dibaca selalu bila membaca/mendengar nama Rasul Allah, Muhammad (s.a.w).
**) Ada beberapa klasifikasi periwayatan, misalnya: Fulan meriwayatkan kepada kami (haddatsana), atau dari ('An) Fulan, atau aku mendengar (sami'tu) Fulan berkata (yaquulu). Masing-masing berbeda 'kelas'-nya dan dapat memengaruhi ke-shahih-an hadits. Bukan bagian ilmuku (pada saat ini ditulis).

Tidak ada komentar: