Selasa, 06 Mei 2014

Suntikan motivasi

Bismillah, alhamdulillah, shalawat dan salam dari kita untuk Utusan-Nya, Muhammad (shalatu wa salam 'alaihi) dan Keluarganya dan Sahabatnya.

Jadi begini.

Sudah lebih enam bulan aku tinggal di negeri yang asing ini. Kalau dilacak kembali apa motivasinya, dan melihat persiapan ke sini, maka boleh dikatakan minim sekali motivasi untuk 'bersekolah' lanjutan. Buku yang dibawa (dan sebagiannya terpaksa ditinggal, sebelum dikirim sebagiannya lagi): terjemah Shahih Sirah Nabi; terjemah Fathul Bari (beberapa jilid), Bulughul Maram, dan sebundel kecil kumpulan jurnal ilmiah.

Di kota kecil ini, bahkan belum ada bangunan khusus yang kita kenal sebagai Masjid. Yang ada, seperti sebelumnya telah kukisahkan, adalah ruangan untuk rukuk dan sujud yang 'meledak' pada hari-hari Jum'at (entah bagaimana nasibnya di hari raya kelak). Namun, semangat penduduknya yang Muslim untuk memakmurkannya amat membuat betah.

Kebetahan yang memakan 'korban', sayangnya.

Sejak ketibaan di sini, telah bulat keinginanku untuk tidak memasukkan kotak ajaib bernama televisi ke tempatku tinggal. Memang ada dari jaringan internet, tetapi tentu lebih sulit mengakses televisi melalui komputer dan internet. Dari internet ini pula aku biasanya mendengarkan siaran radio dari kampung halamanku.

Segala pujian dialamatkan untuk Allah, dan dari-Nya dibukakan jalan untukku memperbaiki kekurangan di soal agamaku melalui banyak jalan, di antaranya siaran radio tersebut. Mereka juga mengingatkanku kembali mana yang mestinya jadi prioritas, berdasarkan jangka waktunya: kehidupan di dunia, atau kehidupan di akhirat kelak.

Keimanan (keyakinan/kepercayaan) kehidupan mendatang ini yang mestinya membedakan muslim dari penganut agama lainnya (atau penganut tak beragama lain). Kehidupan akhirat, sebagaimana dijelaskan di banyak tempat di al-Qur'an, mu'jizat terbesar Rasul kita (s.a.w*), adalah kekal, abadi, selama-lamanya. Sementara dunia ini tidak lain memiliki batasnya yang kita kenal dengan kematian.

Selama ini, betapa kurang yang aku ketahui tentang Tuhanku, tentang Utusan-Nya (s.a.w), dan yang berkaitan dengannya. Dunia dan perhiasannya sukses melarutkanku merapal kaidah-kaidah fisika, kimia, dan matematika (walaupun, itu juga tidak ada apa-apanya). Tapi untuk bekal di kehidupan mendatang? Nyaris nol.

Jadilah hal ini seperti buah simalakama, saat aku sudah di sini, di atas tanggungan orang lain untuk 'belajar', justru melalaikan amanah tersebut. Allah yang menciptakan manusia (dan menciptakan segalanya) tentu mengetahui kondisi ciptaan-Nya. Salah satu yang menonjol dari manusia disebutkan dalam firman-Nya pada surat Al-Nisaa- (4):

يريد الله أن يخفف عنكم وخلق الإنسان ضعيفا
(28) Allah menghendaki untuk meringankan bagi kalian (kesulitan-kesulitan kalian), dan diciptakan manusia (dalam keadaan) lemah. [dengan revisi terjemahan]

Ya, manusia diciptakan dengan kelemahan yang bisa jadi masing-masing memiliki kelemahan masing-masing, misalnya pengaturan waktu.
Padahal Allah juga berfirman pada surat al-Qashash:

.... وابتغ فيما آتاك الله الدار الآخرة ولا تنس نصيبك من الدنيا وأحسن كما أحسن الله إليك
(77) dan carilah pada apa yang telah Allah anugerahkan padamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu. ....

Dengan demikian, bukan berarti fokus mengejar akhirat membuat dunia terbengkalai. Justru, dunia yang dicari harus menunjang pengejaran pada akhirat (bukan berarti dunia boleh secara mutlak, dan kita berlezat-lezat dengan yang boleh).

Dari itu, apa yang sekarang sedang aku pelajari saat ini adalah ciptaan-Nya (material komposit). Sejauh yang aku tahu apabila dipikirkan dengan benar dapat jadi membawa maslahat bagi umat, khususnya di kampungku. Juga, pengamatan padanya secara mendasar tidak membawa pertentangan dengan apa yang Ia inginkan. 
Baik rasanya bila mulai sekarang kita niatkan bukan 'sekadar' belajar (dan kegiatan pengiringnya), melainkan mempelajari makhluk-Nya untuk mengenal Pencipta-Nya. Mudah-mudahan dari situ Allah memberikan kemudahan pemahaman, kelancaran pelaksanaan, kesudahan yang baik, dan lain-lainnya bila tujuannya sudah benar (dan bisa dipersatukan dengan tujuan mencari kehidupan Akhirat).

-- 
F I N
05/07/35 | 06/05/14 ; vers 01h00
+33 / 56100 / 1RNA 1033

*) = shallallahu 'alaihi wa sallam, disingkat pada tulisan ini, namun hendaknya dibaca lengkap demi manfaat besar dunia dan akhirat.

Tidak ada komentar: