Jumat, 15 Agustus 2008

Istri Kok Dijual?

Petang ini, sebuah majalah investigasi televisi -- "FAKTA" -- mengupas seorang suami yang tega menjual istrinya menjadi pelacur. Pasangan itu, berasal dari Deli Serdang, tengah merantau ke Batam, Kepulauan Riau. Ternyata, sang suami justru berubah pikiran dan malah menjual istrinya sebagai pelacur. Dalam narasinya bahkan disebutkan kalau sang suami, Bambang, dengan senang hati menandatangani kontrak, dan memaksa sang istri, Rita, menandatangani kontrak itu. Dari kontrak itu, sang suami mendapatkan uang senilai 2.000.000,00 rupiah. Ya benar, hanya demi dua juta rupiah sang suami -- yang kalau aku tak salah dengar sedang dalam keadaan terdesak -- tega menjual istrinya seolah istrinya itu miliknya yang tiada berharga.

Hmm... Masygul hatiku mendengar kejadian itu. Tidak pernahkah sang suami itu mendengar bahwa tidak satu binatang melata pun di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya? (11:6) Atau mungkin beranggapan dia bahwa itu adalah perniagaan yang menguntungkan, mungkin karena pada saat menikah dahulu dia hanya memberikan sedikit untuk menghalalkan istrinya padanya? Entahlah, tak ingin ku berprasangka terlalu jauh. Bukan urusanku.

Mungkin sering kamu mendengar "pengalaman memberi pelajaran yang amat banyak". Mohon maaf, tetapi aku lebih suka menambahkannya menjadi "pengalaman memberi pelajaran yang amat banyak. Apalagi bila pengalaman itu milik orang lain". Betulkah? Menurutku demikian, sebab diciptakan manusia kebanyakan dengan dua mata dan dua telinga, untuk mendengar dan melihat lebih banyak, serta sebuah mulut beserta lidahnya, tentu untuk bicara.Jadi, lebih banyak kita diberikan fasilitas untuk memahami sekeliling, bukan?

Kasus di awal tadi mungkin bukan yang pertama terjadi. Tak pula ada yang tahu apakah itu juga yang terakhir. Entahlah apa yang terlintas di benak pria itu ketika berbuat demikian. Terdesak, mungkin dikemukakan sebagai alasan di tempat pertama. Tetapi tak adakah yang lain yang diperbuat? Bukantah sang istri selama ini menemani saat senang dan susah -- dan bukantah didampingi seorang istri, yang setia di kala kesulitan, amatlah membahagiakan?

Entahlah, jelas selalu ada pelajaran yang dapat dipetik dari semua kejadian. Apa ya? Hm... Salah satunya mungkin jangan cepat menyerah pada keadaan, ya? Solusi yang (terlihat) cepat, mudah, dan menguntungkan memang selalu menarik, tetapi tentunya akal pemikiran tidak diberikan percuma, bukan? Ah, semoga itu tidak sampai terjadi padaku kelak. Semoga juga tidak terjadi padamu.

NB: (calon) istriku, di manapun berada, sebut berapa yang kamu minta, semoga bisa kuberikan. Jangan minta sedikit, karena itu untuk menjadikan kita halal bagi masing-masing. Selain juga karena aku khawatir akan tergoda andaikata disodorkan tawaran yang nilai uang bersihnya lebih besar daripada yang kuberikan padamu, ups... :p

F I N

written on 15. Aug 2008, 19.10 WIB - 20.10 WITa - 21.10 WIT - 12.10 GMT he he he...
Untuk istriku kelak, apa ya baiknya? Rumah? Tanah? Sekolah? E90? 1098 Tricolore? Apa ya??? Hm... Waktu kan menjawab... (",)

Tidak ada komentar: