Rabu, 27 Agustus 2008

D -157: Sudah Datang...

-- sekaligus meralat jumlah hari yang ditargetkan sebelumnya. (n_n)

Iya, salah tulis... Seharusnya D -161 pada post yang terakhir. Ah, sudahlah. Hari ini, cukup menyenangkan. Pertama, aku bersepeda (lagi) ke Kampus, demi Ducati 1098 Tricolore yang diidamkan, dan melalui jalan yang relatif sepi. Kedua, bahan yang kami perlukan datang sebuah, dan satu lagi dalam dua-tiga pekan ke depan. Ketiga, mahasiswa baru (banyak, euy!) tur laboratorium. Keempat, sudah mengisi rol film ke dalam kamera 'peninggalan' ayah.

Hm... Bersepeda? Apa asyiknya sih, selain bisa mengatur waktu sendiri untuk sampai ke kampus, tanpa biaya sepeserpun (kecuali untuk segelas es teh manis sesampai di kampus, he he...). Sebetulnya dulu aku bersepeda juga, pada semester-semester awal kuliah dulu, sebelum diberikan SIM. Nah, setelah SIM didapat, jadilah aku bergantian dengan adikku berkendara dengan itu motor pinjaman dari Bulek Eti. Tapi... Selama masa itu, jadilah aku malas bersepeda lagi, terutama --karena kurang perawatan-- Fed hijau itu juga rusak di sana-sini, dan gaya mengayuhku masih norak (cepat sekali sampai lambat sekali). Tapi kemarin(-an), karena dari sekolah adikku --juga sekolahku dulu-- ada acara "Shaking Wheels", mengendarai sepeda dari sekolah ke Bundaran Hotel Indonesia, jadilah Fed itu diurus kembali, dan semangatku bersepeda kembali pula.

Yang jelas, andaikan aku tidak bermotor dan memilih jalan-angkot-kereta api-jalan lagi, waktunya bisa cukup lama, terutama setelah setrip kedua itu. Jadi ingat lagu dari Bang Iwan Fals, "... Duduk aku menunggu tanya loket dan penjaga, "Kereta tiba pukul berapa?"". Yap, KRL jurusan Jakarta-Kota/Manggarai/Tanah Abang menuju Bogor/Depok memang sulit diprediksi datangnya. Apalagi duduk pun belum tentu di kereta itu. Ditambah jalan cepat melintasi FISIP-FIB-Jembatan? Fiuh.. Keringat bisa membanjir. Bandingkan dengan bersepeda, waktu tempuh lebih kurang sama, bisa lebih cepat dengan kayuhan yang lebih kuat tentunya (^_^). Belum termasuk angin sepanjang jalan yang menimbulkan konveksi paksa keringat. Belum lagi kalau di jalan ada.... Ups, jangan disebutkan deh, rizki Tuhan yang satu itu. :-D

Yah, sebetulnya si Agung --alias Julung-- menyebut jam 10.00 WIB (atau WIR, Waktu Indonesia Raya? (",)) sebagai jadwal tur laboratorium untuk mahasiswa baru. Tapi sesampainya di kampus, jam 10 lewat, menuju lab, masih kosong saudara-saudara. Yang ada baru Enriko dan Edu yang juga menunggu si Julung. Selidik punya selidik, ternyata jadwal tur lab itu baru dimulai sekitar pukul 2-3(-an) petang, duh... Setidaknya ada yang kutunggu, sebetulnya. Kedatangan bahan antimoni(III) oksida, beserta kepastian akan datangnya timah untuk pelapisan kaca itu melegakan, dan itu juga yang kutunggu siang tadi.

Sekitar pukul 11 Pak Herman memanggil. Mencari mesin pencetak untuk lab kesayangan kami, lab polimer/nanoteknologi. Bujet, rahasia ya... (n_n). Yang jelas rencananya sore tadi kami akan mencari itu pencetak. Makan siang, biasa saja. Sepi sendiri lagi (-_-'). Selepas Dzuhur ternyata, pak entah-siapa (maaf ya, Pak?), kurir kiriman Pak Nur yang mengantar bahan kimia itu datangnya. Pak Herman menyelesaikan masalah finansialnya, dan berpindahlah zat itu ke lab kami. PR buatku: "Tolong cari MSDS (Material Safety Data Sheet) material ini ya, Rif?" begitu pesan Pak Herman. Yah, lega sedikit hatiku, nanti akan kuberitahu Dini.

Ya, pada akhirnya --setengah empat sore, dan belum 'Ashar... (-_-)-- tur lab pun dimulailah, begitupun ritual membuat "hitung-hitungan". Yah, sederhana sih, Jurusan kami --juga jamaknya jurusan di Fakultas Teknik, kecuali Arsitek, mungkin-- tergolong "kering" untuk urusan perempuan. Jadi ya, begitulah... Syukur di lab ada Ryan (non-Jombang tentu saja. ^_^), kemudian Edu untuk lebih membangkitkan minat adik-adik kami. Jadi... Hasil hitunganku sebagai berikut: Minimal mahasiswa perempuan ada 16 (setidaknya yang hadir pada tur lab hari ini), dan ada setidaknya 4 yang, ehm, spotted-on. Jadi berpikir juga mengapa tidak mengambil mata kuliah Pengenalan Material Teknik itu ya, memperbaiki nilai C sekaligus... :p. Hey, kalau kamu berani kubayarkan semua tabunganku di muka. Ups...

Yah, begitulah. Tur lab awalnya sedikit membosankan --baru Ryan dan aku yang memegang kendali. Maklum, kurang baik komunikasiku --jadi malu. Setidaknya ada Ryan, "Anak Komunikasi yang Nyasar di Metal". Aku ambil spesialisasi menerangkan mesin-mesin saja deh, sembari menatap ke satu titik di belakang gerombolan adik-adik kami laki dan perempuan (n_n). Baru setelah dua kelompok, hadirlah Edu alias Pepi yang, aku curiga dia baru habis makan gulai ikan (menurut versi Ryan: Mie) Aceh yang konon diramu dengan ganja (hehe... bercanda, insya Allah korps AsLab Metalurgi Fisik bersih, kok), menyambut adik-adik kami yang cantik-cantik dan laki-laki (he he...) dengan semangat '45. Menerangkan segala tentang "core competence", "ini kelebihan kita", dan semuanya yang disambut meriah adik-adik kami. Duh, sedikit iri jadinya, mengapa aku tak bisa seperti itu ya. Ada satu anak yang kuingat pernah muncul di lab yang sama sebelumnya, berseragam SMA dalam acara Metallurgical and Material's (MnM's) week sebelumnya. Berarti.... Kami SUKSES meracun adik-adik kami untuk masuk jurusan tercinta ini, he he...

Yah, hari beranjak petang, sepeda tak berlampu, tapi kaki belum lelah. Jadi, pulanglah akhirnya kami (aku dan korps pengunduh Metal, he he), mereka bersepeda motor, aku bersepeda minus motor saja. Di jalan pulang, masih dalam kompleks kampus, tepatnya di antara Gerbang Utama (Gerbatama) dan "Hollywood UI", aku, masih di atas si Fed, diberi acungan jempol oleh seorang ibu yang membonceng sepeda motor bersama (kuduga) suami dan anaknya, sambil beliau berkata "Yang semangat, Mas!". He he, jadi malu. Jadilah senyum saja yang bisa kulayangkan pada mereka. Oh iya, jadi, yang dimaksud Hollywood UI ini adalah papan nama, atau semacamnyalah, yang ada di tepi danau dekat Gerbatama. Pernah masuk FAKTA loh, sebagai latar bagi pemandu acaranya di episode pembunuhan mahasiswi UI bernama Anita Rahmat. Ups...

Hm... Entahlah, bersepeda sepertinya memang mengasyikkan. Sepanjang jalan bisa memandang kanan-kiri, melihat langit biru-kelabu (entah, kuduga asap yang kelabu itu), kereta yang melaju cepat, angkot yang ngetem sembarangan, diklakson oleh pengendara sepeda motor (hei, aku juga mau pulang cepat... Sabar sedikitmi!), dan banyak lagi. Semuanya itu, cuma bisa kusimpulkan dalam seulas senyum, sembari bersyukur atas banyak hal yang terjadi padaku. Persis seperti kalau aku menggoda Ida --dan delapan korps perempuan Metal lainnya: Senyum dong! (",)

F I N
written on 27. Aug 2008, 22.38 WIB
Senyum dong!

DITUNGGU: Obituari Pak Bus(tanul Arifin), Dosen/Alumnus Metal (1946-2008). Belum siap menulis lagi... *keluh*


Tidak ada komentar: