Jumat, 17 Oktober 2008

Bulan, Hujan, dan.... Sariawan!

Wuih... Pekan ini berat. Sungguh, belum pernah sepekan sepanjang zaman, eh, maksudnya seumurku hidup ada pekan semacam ini. Pekan yang lengkap menguras fisik dan otak. Jadi ceritanya begini, terhitung Selasa (14. Okt 2008) kemarin, praktikum Karakterisasi Material I (1 SKS, dulunya praktikum Metalurgi Fisik) sampai Sabtu (18. Okt 2008) besok dilangsungkan. Praktikumnya sih, untuk mahasiswa angkatan masuk 2006, biarpun ada juga sih sesama 2005 dan bahkan 2004, tapi jumlahnya tak banyak. Kalau menurut teknik statistik malah "bisa diabaikan", he he he...

Yang jelas, yang kerepotan bukan hanya para praktikan --yang diharuskan membuat paper dengan berbagai tema, juga laporan awal-- melainkan juga kami, sepuluh orang asisten lab (aslab) DT (Destructive Test). Yah, bermula dari urusan paper --sebelumnya tidak ada. Dari situ Bang Agung alias Julung menitahkan pada kami untuk mencari tema paper dari setiap modul. Tidak tanggung, enam setiap modul! Wahh... Tapi karena titah paduka Julung (he he) adalah kewajiban, jadilah dibagi-bagi tugas itu ke (hampir) semua aslab.

Kemudian, ujian pendahuluan. Setidaknya untuk mengukur kemampuan dasar praktikan sebelum masuk lab, dong... Pemilihan jamnya ternyata tidak bagus. Masa' ujian dilaksanakan jam 5 petang sampai setengah tujuh malam? Duhh... Untung ada sogokan sebatang cokelat untuk aslab yang mengawasi. Kalau untuk praktikan sih, itu urusan masing-masing deh. :p

Yah, akhirnya hari Selasa tiba juga. Aku dan Didi T (Tampan, eh, Tegal {^_^}v) menangani modul pengujian keausan. Jadi intinya material diuji ketahanannya terhadap gerusan material lain yang keras, begitu.
Gelombang pertama lancar, meskipun ada juga hambatan besarnya di pengujian impak --dulu favoritku-- untuk suhu minus. Nitrogen cair belum tiba! Ampun... Jadilah gelombang pertama (4 kelompok) diberi jadwal hari berikutnya.

Kemudian, hari Rabu, hari kedua, hari yang pada hari itu kartu kirimanku diterima di sana (kupikir tidak akan sampai karena aku memaksa mengirim dengan perangko Rp 2500, loh!). Ups, jadi hari kedua itu hari impak. Battering time! Pernah menonton film-film masa perang zaman romawi dan semacamnya? Atau Lord of The Rings, ketika gerbang Minas Tirith dihantam dengan berbagai-bagai battering ram? Nah, pengujian impak kira-kira ilustrasinya sedemikian. Jadi, material diberikan beban besar dalam waktu yang singkat dan diamati ketahanannya, yang ternyata berbeda tiap material, dan pada material yang sama, berbeda di berbagai suhu. Kelompok pertama dan kedua sih, tak masalah. Dengan ada Odie yang menangani pembukaan dan pertanyaan untuk praktikan, sedang aku... Menilai laporan dan paper saja. He he, dasar!

Masalahnya... Tiada angin tiada hujan (belum turun sampai hari itu, hiks.. Payah..) gelombang pertama ternyata disuruh datang hari Rabu itu, jam 12 siang --jam makan siang, bukan? "Kruu...k", kalau kata perutku. Jadi deh, 'lembur' sesiangan itu, dan baru selesai beberapa menit jelang pukul 13.00 WIB. Ampun... Terpaksa melewatkan makan siang, demi mengejar kelompok-kelompok selanjutnya. Kasihan mereka kalau mereka harus menunggu kami aslab yang sering-sering telat, kan?

Jadilah, seharian itu perut pusing, kepala lapar, yang untungnya bisa sedikit diganjal kue yang kubawa dalam rangka "lebaran asisten". Tetap saja, rasanya tak biasa. Sepulangku di rumah, tak sempat belajar, baca-baca supaya setidaknya jangan sampai aku lebih tidak tahu dari praktikan. Masalah citraan, tentu saja. Sebab komputer sudah dipegang Ica, kemudian Ifa, kemudian Ibu. Duh, tak tega mengganggu jadilah aku naik ke kamarku. Sekeluarnya ke beranda.... Ah, purnama! Tentu saja, tanggal 14 sudah masuk pertengahan bulan, dan tentu saja bulannya penuh. Kali itu, sang Purnama terlihat cantik, bersinar kekuningan, dengan cahaya lembut, tetapi cukup terang untuk sedikit menerangi kebun (milik orang) di belakang pagar rumahku. Cukup menenangkan melihatnya, rasanya seperti teringat orang-orang yang masih bisa berlembut hati di tengah badai masalah hari-hari ini. Aku tidak termasuk, sepertinya, padahal sudah janji akan meliputi hati dengan senyum. Uff... Yah, jadilah malam itu tidur dengan hasil membaca yang minim, meskipun sempat membuat 'contekan' untuk dipertanyakan keesokan harinya.

Lalu, pagi hari berikutnya, Kamis 16. Okt 2008, ada satu pengumuman yang menyita perhatianku --yang terlambat datang ke lab. "Briefing Praktikum Korosi, Kamis 16. Okt 2008, Ruang K 301". Hah? Berarti ini akan menyisakan aku dan Dini --partner TA-ku-- di lab? Kemudian tak sedikit praktikan yang mengambil praktikum korosi juga. Ditambah lagi pertemuan dengan Pak Bambang --Kepala Jurusan-- di akhir hari ini. Kemudian Odie yang izin jam 3 sore. Alamat kacau praktikum hari ini.

Benar saja, di dalam ruang aslab, sekaligus tempat tes awal pengujian tarik yang kutangani bersama Riko hari itu, konsentrasi kami buyar. Praktikum hari itu berjalan sama-sekali-tak-sesuai-rencana. Praktikum yang dimulai sangat-amat terlambat (08.30), kemudian alokasi waktu yang berantakan (kelompok kedua datang pukul 10.45 ke ruangan). Kemudian karena waktu briefing itu tadi sudah tiba, jadilah semua pengujian ditunda sampai selesai briefing, menyisakan aku dan Dini di ruang aslab. Sekembalinya, wajah-wajah Reza MU, Didi, Riko, Julung, semuanya deh, malah muram. Yang benar saja, menulis laporan (5 modul) harus dilakukan dengan tangan? Hey, ini zaman komputer, Bung? Ada-ada saja kalian aslab korosi berniat mengerjai para praktikan!

Tapi siang itu, setelah setengah hari di dalam ruangan aslab tanpa jendela, saat ku keluar, ada pemandangan yang lama kurindu. Hujan! Ah, perjalanan menuju mushalla rasanya nyaman sekali, setelah hari-hari panas tak berkesudahan, hujan itu seolah melenyapkan panas dalam kepala dan hatiku juga. Inikah kiriman balasan dari kirimanku? Pikirkan lagi, Arif. Yang jelas, setelah itu praktikum malah baru dimulai lagi 20 menit jelang pukul 2 siang. Jadilah sisa praktikum hari kemarin itu seolah tanpa manfaat. Pertanyaan yang bisa kami ajukan terpaksa dipangkas, dikurangi untuk akrobat dengan terbatasnya waktu. Sampai jam 5 bahkan praktikum belum selesai. Riko, Julung, eM-yU sudah meninggalkan Aku, Dini, Didi, dan Ryan di modul masing-masing --tarik, impak, kekerasan, dan keausan. Aku sendiri, sudah menguap semangatnya, mengajukan pertanyaan jadi sekenanya. Maaf ya, gelombang III, bukan maksudku tidak memberi cukup ilmu, tetapi jadwal hari itu memang luar biasa kacau. Ditambah Pak Herman yang meminta perkiraan kebutuhan bahan untuk proyek kami. Kupikir bisa kutunda keesokan harinya, ternyata Pak Herman meminta hari itu juga.. Makin kacaulah gelombang ketiga itu yang berakhir lewat Maghrib.

Sepulangnya, aku yang sudah janji menjemput Ica di tempat lesnya, berpikir bolak-balik. Pulang berarti hanya sedikit waktu di rumah, kemudian langsung berangkat lagi. Tidak pulang berarti menunggu *cukup* lama di tempat bimbelnya di bilangan Rawa Bambu, Pasar Minggu. Belum lagi perjalanan bermotor Depok-Pasar Minggu bisa jadi sangat melelahkan dengan ketidakrataan jalannya. Jadilah aku putuskan untuk jalan saja, kemudian berhenti di satu Masjid, menunaikan Shalat 'Isya di sana, kemudian berputar ke rumah mengambil helm untuk adikku, kemudian melaju ke tempat bimbel adikku. Alhamdulillah, tidak terlalu lama ku menunggu. Sesampainya di rumah, duh, badanku rasa rontok. Langsung saja aku merebahkan badan, dengan masih berpakaian sama dengan seharian itu plus jaket sehabis bermotor, dan......

** Pukul 3.00 WIB. Duh... Lapar, belum makan. Merambah meja makan, makan, kemudian merebahkan diri lagi.

** Pukul 4.30 WIB. Duh... Kram lutut kiri, eh, turun ke betis.. Harus-memaksa-berdiri... Shubuh, kemudian tergeletak seperti tak bernyawa lagi dan lupa membangunkan Ayah-Ibu-Ica-Ifa.

** Pukul 6.10 WIB. "Mas, nganter aku nggak?". Oh, iya. Adikku harus kuantar ke sekolah.

** Pukul 7.00 WIB. Ah, bisa sedikit mengerjakan PR Statistik, entah dikumpulkan entah tidak, terserah. Itu pun sekadarnya saja kukerjakan.

Yap, hari Jum'at (17. Okt) ini tidak ada praktikum. Terpotong waktu Jum'at. Jadi rencananya hari ini aku dan Dini berencana meng-oven kaca-kaca modul surya kami, dengan terlebih dulu menambah asam klorida pekat ke larutan TCO (Transparent Conducting Oxide) yang ternyata kekurangan HCl itu. Apa nyana, Beni yang juga sedang TA membawa pulang seluruh sediaan HCl di lab ke rumahnya! Jadilah Dini, setengah emosi, memarahi Beni via SMS, menyuruhnya segera memulangkan HCl itu, dan mengambil seperlunya. Huff..

Ah, pekan ini, roda kehidupan berjalan cepat sekali. Keriangan berganti kesulitan dalam waktu sesingkat lima-sepuluh menit saja. Cepat sekali sampai aku harus berkali-kali mengingatkan kalau, "waktu terus berjalan. Yang membedakannya cara menjalaninya. Kalau dibawa (baca:dipaksa) senang, dan senyum, tentu lebih nikmat daripada dibawa ngedumel, dan ngomel-ngomel". Yang jelas, pekan ini juga pekan yang kurang baik untuk rongga mulutku. Sebab semua hal di atas terjadi dengan SARIAWAN menyerang dua kali. Tidak di posisi yang tepat, syukurnya, hanya di gusi atas agak ke kiri depan, dan di pipi kiri. Tapi cukup mengganggu suasana hati juga sih.

Sudahlah, daripada banyak mengeluh, lebih baik besok banyak tanya pada praktikan saja. Ada Nike 'kan? He he he... Jangan salah sangka. Nike ini mahasiswi 2006, kadang dijuluki 'Ibu beasiswa', sebab beasiswanya dengar punya dengar ada setidaknya dua. Wah, hebat.. Tapi biar besok kita uji seberapa baik logika dan ingatannya, juga kawan-kawannya tentu saja.. Ha ha ha.. ** Tertawa kejam ** ;)


F I N
written on 17. Oktober 2008, 23.47 WIB
Thanks for the compliment, but sorry, cause my card wasn't the best of the pack... Sorry. But surely It felt like having a family that lives quite afar. :)


Tidak ada komentar: