Jumat, 24 Oktober 2008

Mendengar(kan)

Yah... Apa mau di kata. Saat merasa ingin bicara, dan butuh seorang untuk mendengar(kan), yang ada malah si Himsky yang ujug-ujug masuk ke lab polimer dan memulai. Oh iya, sebelum kita sedikit intip apa yang kami bicarakan tadi, yuk kita lihat dulu apa sih bedanya mendengar dan mendengarkan.

Kalau Pak Komaruddin Hidayat mengartikannya dengan menyetarakannya dengan kata bahasa Inggrisnya "Hearing" dan "listening". Kemudian beliau menerangkan kalau mendengar adalah aktivitas yang lebih pasif daripada mendengarkan. Kamu bisa saja berada di depan khatib Jum'at, mendengarkan dengan segenap hatimu --membuatmu "berada di sana"-- dan kemudian mendengar ada deru kereta listrik di kejauhan, dering telepon seluler orang-orang sibuk yang bahkan di tengah kuliah agama setengah sampai satu jam saja tak bisa 'membunuh' sementara kesibukan lainnya. Dimengerti kan? Mendengar hanya memerlukan telinga, mendengarkan perlu lebih dari sekadar telinga --perlu segenap hati dan pemikiran juga. Hmm.. Tulisan itu bisa dijumpai di kolom tetapnya setiap Jum'at (menggantikan M. Ainun Nadjib/Cak Nun sebelumnya) di koran dari jaringan MNC yang ayah langgan di rumah. Koran yang, maaf-maaf, betul-betul inspiratif --sesuai tagline-nya, "Sussah cari inspirassi?"-- dalam hal luputnya penyuntingan di berbagai sisi. Uh, aku lebih suka koran yang lebih kecil itu, yang kawan-kawanku sering membelinya eceran di stasiun kereta.

Jadi, mari kita lanjut. Apa yang ia ceritakan, dan apa yang aku dengarkan? Sebetulnya tak jauh dari soal "semester/tahun terakhir" kami. Begini, dia itu asisten Lab Kimia --berseberangan dengan Lab Polimer, kebetulan. Yah, jujur saja dulu aku melamar ke lab tersebut juga, tetapi hasil wawancaraku sangat-amat jauh di bawahnya. Syukur masih ada kesempatan lain dan akhirnya CV-ku bisa kuisi satu baris lagi. ^_^

Yah, kembali ke pokok masalahnya. Jadi Lab kimia ini baru saja menyelesaikan setengah semester yang... Wuihh.. Sibuk! Sibuk dengan praktikum kimia dasar untuk mahasiswa tingkat pertama (iya, iya.. Mahasiswa baru), juga beberapa "sisa" dari angkatan sebelumnya yang entah-bagaimana-caranya belum/tidak lulus praktikum itu. Nah, untuk praktikum ini, Hims jadi salah seorang --dari tiga-- PJ-nya. Agak berat juga sebetulnya, mengingat ia tengah menjalani TA juga sepertiku. Karena itulah ada semacam "perjanjian" bahwa Hims tidak akan bertanggung jawab penuh atas praktikum kali ini, karena soal TA dan rencana lulus semester ini.

Apa yang terjadi? Sayang seribu sayang. Hanya Hims, seorang sesama PJ, dan seorang asisten lain yang betul-betul "banting tulang peras keringat" untuk praktikum ini. Malahan, praktikum yang semestinya lebih banyak dijaga oleh asisten dari angkatan 2006 malah ditangani (lagi) oleh asisten dari angkatan 2005. Yah, begitulah, Hims jadi merasa... Bagaimana yah, semestinya 'kan memang 2006 yang lebih menangani, tapi kok malah jadi 2005 (lagi) yang turun. Sedangkan hampir semua asisten dari angkatan 2005 --Panji, Cicis, Nurma, Martha, Mba Idham-- sedang fokus kepada skripsi/TA masing-masing. 2006? Entah ke mana saja mereka, Hims tak pernah tahu. Padahal tahun kemarin, untuk praktikum angkatan 2007, yang turun tangan pun asisten 2005, dengan asisten 2004 lebih memegang pengawasan saja. Duh...

Lebih parah lagi, rasa-rasanya --menurut Hims, tentu saja-- asisten 2007 pun malah mengikuti jejak 2006 yang tidak ketentuan ke mana perginya. Kalau mengutip Hims, "Mau dikemanain Lab Kimia?". Nah, terkait arah itu juga, ada ketakutan menggelayut di benak Hims, bahwa 2008 nanti asisten akan seperti apa. Sebabnya jelas, citra praktikum kimia dasar pada angkatan 2008 ini yang Hims coba bangun adalah, "Asisten nggak bisa dimainin". Tetapi, dengan (akan) perginya asisten 2005, dan praktikum kimia analitik kuantitatif dan kualitatif akan dipegang penuh oleh 2006? Yah, masih tanda tanya kalau betul yang kudengarkan dari Hims tadi.

Kemudian... Tunggu dulu, ini belum selesai? Yap, betul. Soal TA berikutnya. TA Hims dan tiga rekan kami --temanya fuel cell, sel bahan bakar-- memerlukan peralatan yang tidak ada di lab-lab jurusan. Untuk itu mereka perlu meminjam (baca: menyewa) alat di tempat lain. Nah, ternyata tarif alat itu berdasarkan waktu. Pengerjaan mereka berempat, itu justru lebih lama daripada Hims bekerja sendiri. Jadilah sewa alat itu mahal, lebih dikarenakan kelambatan kerja kawan-kawan kami itu. Yah, dengan itu kesimpulan yang ia tarik ialah, "kalau ada yang bisa gue kerjain sendiri, gue kerjain sendiri dulu deh".

Apa yang mau kukata? Cuma sedikit tanggapan di sela-sela menjejak ulang langkah yang kami lakukan untuk proyek kami ini. Sulit rasanya memang. Saat aku sendiri rasa butuh kawan yang bisa kuajak bicara entah ke mana saja, malah entah bagaimana caranya aku diturunkan kawan untuk kudengarkan. Kudengarkan karena bisa kutuliskan kembali sebagian besar detailnya. Syukur juga aku bisa sedikit berbagi pusingnya mensintesis TiO2 yang bisa menyerap pewarna dengan baik agar proyek kami bisa lekas kelar.

Dan... Senin esok (27. Okt), kami resmi memulai ujian tengah semester --aku sendiri sih, mulai hari Selasa. Hari Jum'at ini pun, ada ujian pendahuluan praktikum korosi bagi sebagian besar kami, tidak termasuk aku dan semua peminat Polimer lainnya ^_^. Jadi, dengan ini kuucapkan selamat ujian. Orang bilang, "no pain no gain", "bersusah dahulu, bersenang kemudian", intinya selamat mengulangi kuliah-kuliah kemarin. Besok kita diuji sedikit. Tak usahlah tergoda jalan mudah. Dapat nilai itu mudah, dapat ilmu itu susah, 'key..

'Mat ujian, semuanya, dan untuk ujian korosinya... Semoga hasilnya baik. (n_n).


F I N
written on 24. Oktober 2008, 21.33
Makasih ya, Allah. Kamu memang paling bisa berbuat adil. Saat kepala tunduk, kau angkat kembali. Saat kepala pongah, kau tundukkan lagi. :)



Tidak ada komentar: