Rabu, 22 Oktober 2008

D -101: Entahlah...

Entahlah. Mungkin itu yang bisa kutulis sementara ini. Sementara ujian tengah semester, atau mid, atau apalah, akan menjelang Senin (27. Okt 2008) ini, sementara itu pula proyek kami sedang 'panas-panasnya'.

Yah, agak salah juga sih, memberi tanda petik pada kata panas itu, sebab panas itu terasa semakin nyata sekarang. Jakarta (maksudku, Depok) tak kunjung dirangkul hujan di tengah-tengah hari. Bahkan kerumunan capung yang dulu kuanggap pertanda hujan kini sudah tak sah lagi. Ditambah lagi kerja dapur (terjemah dari furnace memang dapur, meskipun bentuknya menurutku lebih mirip oven) untuk memanaskan kaca demi pelapisan konduktor oksida transparan yang melampaui 600 °C. Wuihh... Setiap kali pintu oven dibuka untuk memasukkan kaca yang sudah disemprot lapisan itu, setiap itu pula rasa panas menyengat sampai ke ubun-ubun. Juga belum termasuk pemanasan kaca konduktif itu di atas lempeng panas dengan tujuan membuat lapisan titanium oksida putih di atasnya menyatu. Hufff....

*Keluh* Jelang uts ini pula, tugas semakin banyak dan bertambah-tambah. Tidak tanggung, empat mata kuliah memberi tugas --individu maupun kelompok-- harus dikumpul pada hari-H uts mata kuliah yang bersangkutan. Belum lagi laporan akhir praktikan yang perlu diperiksa, juga keharusan membuat soal untuk ujian akhir praktikum. *Keluh*

Rasanya ingin aku lari dulu. Bukan, bukan lari seperti dikejar setan dari lab polimer ke kelas baja paduan nun di areal depan kampus seperti tadi hanya untuk menemukan alih-alih dosen memberi kuliah, justru melontarkan tugas (lagi). Ingin aku lari sembunyi, sembunyi di balik bayanganku sendiri, tidak dicari. Atau mungkin tidak. Mungkin aku melarutkan diri di depan layar monitor, memaksa diri mengerjakan tugas, dan selepas semua tugas itu --atau mungkin tepat di saat letih sudah raga ini-- aku mengambil air sedikit, kemudian bersimpuh dan sedikit merengek kembali di hadapMu. Yap, anak bandel ini sering sekali lupa denganMu, dan kembali hanya ketika ada perlu. Abdi macam apa anak ini...

Ya Allah, beri aku peluk erat. Taburkan senyumMu padaku. Luruskan lagi niatku. Tidak lupa yang terakhir... Jatuhkan air dari langit yang menghidupkan bumi dari kematiannya, biar tiap tetesnya menembus keras kepala ini, biar curahannya mendekap hangat bersama basahnya...


F I N
written on 22. Okt 2008, 18. 50 WIB
. C . A . P . E . K .



Tidak ada komentar: