Rabu, 11 Februari 2009

L-C-D

Ya... L-C-D di sini adalah kependekan dari kata bahasa Inggris "Liquid Crystal Display". Agak bertolak belakang memang, karena dari pembelajaran dasar material dulu, kristal adalah suatu keteraturan dalam jangka panjang dari atom-atom -- yang notabene sulit dicapai pada material yang bersifat cair karena derajat kebebasan yang lebih tinggi. Tapi bolehlah kita sebut bahwa dengan kemajuan yang dicapai manusia -- meskipun bukan manusia berkebangsaan negeri berkode +62 ini -- dapat dihasilkan pada material berwujud cair.

Nah.. Cukup cerita tentang L-C-D! Kalau masih tertarik, silakan tuju blanko alamat di bagian atas perambah, kemudian ketikkan alamat situs pencarian favoritmu, kemudian ketikkan L-C-D atau Liquid Crystal Display. :-D

Oke, beralih ke pokok ceritaku. Kemarin sore, Ayah menelepon saat aku tengah berada di mobil angkutan menuju rumah selepas pengambilan gambar (ehm, pas foto tentu saja. Atau ada yang perlu peraga? :-P). Tidak ada hujan, tetapi banyak angin -- karena jendela mobil Kijang lawas itu terbuka lebar, Ayah bertanya tentang beberapa spesifikasi monitor L-C-D untuk komputer.

Wah, ilmuku masih sedikit, tapi tak mengapa kucoba saja sejauh yang kuketahui. Jadilah kulayani pertanyaan ayah tentang sesuatu yang bersatuan ms (kuduga ini milisekon/milidetik, jadi kuduga ini adalah waktu respon), terkait waktu (respon) tentu saja kuduga lebih cepat lebih baik. Kemudian pertanyaan berikut tentang sebuah perbandingan. Hmm.. Kurasa sih, angka 7000:1 dan 6500:1 itu terkait rasio kontras. Jadi, ambil yang lebih tinggi saja. Haha.. Ups.. :p

Kemudian soal resolusi. Setidaknya ada dua pilihan, resolusi biasa (atau kemudian baru kukenal dengan resolusi persegi/square) 4:3 dan semacamnya, dan resolusi lebar/wide 16:9 atau 16:10 dan semacamnya. Dari yang pernah kubaca sebelumnya, kumengerti bahwa angka itu adalah kelipatan persekutuan yang paling kecil dari resolusi yang didukung. Jadi kalau misal resolusinya 1024x768 (pixel:pixel; PixEl= Picture (pix) Element/elemen gambar/titik), maka KPK (ehm, kelipatan persekutuan tadi, bukan KPK yang berkantor di Kuningan itu lho..) alias perbandingan resolusinya tinggal dibagi dengan 256, maka hasilnya 4x3, sehingga perbandingan sisi panjang : sisi lebarnya 4:3, begitu seterusnya. Pembahasan berlanjut sepanjang Jalan Jatipadang, dan akhirnya menurut Ayah dan aku, lebih baik monitor dengan perbandingan biasa.

Petang harinya, saat sedang membenahi kamar yang hancur lebur berantakan tak terurus karena kalah prioritas dengan Si Krispi, Ayah pun pulanglah. Di tengah-tengah pembenahan itu, yang disambi mendengarkan radio KISFM karena topik -- ehm, maaf. Maksudku bintang tamunya (seorang reporter/presenter stasiun televisi swasta) yang menarik -- Ibu memanggilku turun, meminta bantuanku.

Ternyata eh ternyata. Waw... Sebentuk kardus cokelat yang tidak begitu besar menanti di dekat meja komputer kami. Dari etiketnya, terbaca bahwa itu adalah monitor L-C-D berukuran 43 cm (17") dari pabrikan Korea berseri SyncMaster 743 NX. Aw aw... Saat kardus dibuka.. Aw aw.. Licin (baca: cantik, eh salah, maksudnya bagus, hehehe... :p).

Jadilah, duapuluh menit kemudian aku mengangkat monitor yang usianya jauh lebih tua dari keponakanku ke gudang/kamarku, kemudian memasang monitor itu untuk pertama kalinya.


Kesan, Pujian, dan Ujian

Kesan pertama... Duh, tombol untuk menyalakannya di mana yah?? Yah, bisa dibilang ini bagus, karena secara tidak langsung memaksa pembeli lain untuk membaca petunjuk pemasangannya
(aku jangan diikutsertakan yah, aku memegang pedoman itu di tangan kanan selagi membetulkan letak monitor itu kok).

Kemudian, kesan berikutnya adalah kagum. Kagum karena tombol-tombol di panel depan monitor ini tidak ada.. Tidak ada??? Maksudnya tidak ada yang timbul. Satu sisi, dengan tombol yang seolah menyatu dengan badan monitor, timbul kesan anggun. Jadi kesan rapi yang monitor ini miliki meninggalkan monitor-monitor yang pernah singgah di rumah kami pada jaman batu *berlebihan*.

Sisi gelapnya -- secara harfiah memang gelap -- adalah bahwa tombolnya tidak nampak. Lain dengan etiket merknya yang berwarna abu-abu cenderung putih, warna 'tombol'-'tombol' yang ada pada sisi kanan tulisan merknya itu berwarna abu-abu cenderung gelap. Agak keemasan mungkin, tetapi dengan cahaya dari monitor, dan juga dari lampu di ruangan, tulisan pada 'tombol' itu seolah hilang ditelan cahaya. Hal yang bisa dilakukan untuk mengatasinya? Lampu senter, tentu saja. Mudah saja, tinggal sorotkan lampu senter ke sisi kanan bawah monitor apabila perlu menyalakan, juga mengatur ulang monitor ini. Hey, tak ada larangan bukan? Toh ini milik kami. Weekkk... :-P

Jelek yang satu lagi -- tapi ini bisa mempersalahkan keadaan rumah kami juga -- warna yang dibawanya adalah hitam.. Warna hitam + Debu = Kusam.. Kumal.. Tak terawat.. Huhuhu.... Yang bisa kami lakukan mungkin mencari kain untuk menutup monitor ini bila tidak digunakan.

Selanjutnya pengujian.. Tak sahih rasanya kalau tidak dilakukan pengujian -- dasar makhluk skeptis! Pengujian paling umum untuk layar monitor L-C-D adalah pengujian pixel mati (dead pixel). Dari pengujian di salah satu tempat [di sini] (lainnya cari sendiri yah, kata kuncinya "dead pixel test"). Sepertinya tidak ada yang dimaksud dead pixel dan kawan-kawannya itu. Jadi, ceritanya, dead pixel itu adalah pixel yang, yah, sudah mati. Jadi dia tidak bisa berubah warna meskipun sekitarnya kita ganti. Misal, satu titik selalu berwarna hitam meskipun kita mengganti gambar. Nah, dapat jadi itu adalah pixel mati itu.

Yah.. Bagaimanapun, alhamdulillah telah tiba juga monitor ini. Monitor yang menurut pengakuan ayah, hadiah. Hadiah untuk... Apa ya? Kelulusan atau untuk ulang tahun? Entahlah. Tak ada cerita hadiah barang dari orang tuaku setelah lama.. Tapi buatku, dengan Ibu-Ayah tetap bersama kami itu sudah lebih dari cukup. Makasih Ayah, makasih Ibu.. (^^,)


--
F I N
written on 11. Februar 2009, 09:19 WIB
Semoga bisa bermanfaat... (^^,)

1 komentar:

Panjoel mengatakan...

Hahahaha...
Asiikkk....
LCD baru!!!!!

Slamat-slamat!!!