Kamis, 10 Februari 2011

Setahun bersama (9/Habis): Nov-Dez

Ah, sampai juga di akhir perjalanan kita setahun. Minta maaf atas keterlambatan yang amat sangat ini. Jadi November dan Dezember kalau boleh aku beri tema adalah bulan hasrat. Di sini aku menemukan hasrat yang bangkit setelah setahun hampir bersama dengan Twendy: Foto olahraga dan lanskap perjalanan. Hmm.. Yang terakhir ini agak meragukan. Nanti kita lihat sama-sama apa yang aku dapatkan. Langsung saja yuk.

November. Di pertengahan November kami berkumpul. Saat itu kami sekeluarga mengantar adikku Ica yang akan kembali ke Jogja selepas 'mengungsi' karena meletusnya Gunung Merapi. Sebelum kereta berangkat (dan menunggu tiket yang diantarkan karena ternyata tertinggal di rumah), kami (Ibu, Ica, aku, dan sepupuku Kak Dilla) menyempatkan berjalan berkeliling tugu kebanggaan warga Jakarta: Monumen Nasional alias Monas. Monas di waktu malam (libur) ternyata ramai. Keramaiannya, ehem, bukan spesialisasiku. Yang kudapat malah foto di bawah ini, diambil dari silang tenggara Monas, dekat pintu terdekat dari Stasiun Gambir.



Mengenai Monas di kala siang hari sendiri, aku ada pernah menuliskannya di sini. Ah, ini dia. Terbagi dalam dua tulisan. Silakan.

Kemudian sepekan-an kemudian saat hari ulang tahun Ayah 22 November, hujan turun dengan derasnya diiringi kilat dan petir menyalak bersahut-sahutan. Ah, setelah foto tetes air yang cukup sukses dibuat secara teknis (secara artistik masih jauh), sebetulnya ada setidaknya satu yang belum kesampaian: Foto kilat. Ya, kilatan cahaya yang mengagumkan menerangi gelap langit di sela-sela hujan itu secara teoretis mudah. Akan tetapi kesempatan yang memang cenderung kecil dan risiko yang terbilang besar menyulitkan mendapatkan foto seperti ini.



Tidak begitu bagus, tapi hei... Aku dapat gambarnya kan? He he. Jadi ini sebetulnya yang kecil. Yang spektakuler, kalau boleh kudeskripsikan ulang, memiliki cabang besar tiga, yang masing-masing terbagi tiga lagi, dan cabang-cabang itu ada lagi cabang yang lebih kecil lagi. Hanya saja, saat kilat itu menyambar. Suara gemuruhnya memekakkan telinga, dan udara seperti bergetar dihela guntur tersebut. Aku yang setengah bersandar di pagar beranda atas rumah kami dengan telunjuk siap di tombol rana justru langsung terpana dan tidak jadi menekan tombol rana. Setelah itu, hujan mulai mereda dan petirnya juga. Barulah foto di atas itu bisa terambil, dengan aku surut, alih-alih bersandar di pagar, malah lebih mendekat ke rumah. Kira-kira itu cerita di balik gambar kilat yang (akhirnya) bisa kudapatkan.

Kemudian, hasrat lain terkait soal perasaan. Ya, ya. Aku terlalu perasa sepertinya. Dan kemarin dulu sudah kutuangkan hampir semua ceritaku di lamanku ini. Kamu tahu siapa kamu. Dan salah satu yang kukira bisa mendekatkan kami adalah, yah, acara malam keakraban tahunan jurusan kami. Aku datang sebagai alumnus kali itu, dan yang ada malah reuni dengan teman-teman Metal 2005. Ini kami. Foto diambil oleh, um, Ardiles J. Sitorus, Metal 2008 (?).



Ah, November kelabu. Meskipun ada satu dari November ini yang termasuk favoritku juga. Foto tumbuhan sih, lumut (kerak?) yang tumbuh di tanah di tepi jalan Cisarua. Mengingatkan bahwa kehidupan juga ada di bawah sana.



Maaf agak filosofis. Tapi kira-kira begitulah November berlalu. Agak sakit juga kalau ada sesuatu yang tidak terungkapkan. Maaf.

Baiklah. Beranjak Desember, bulan yang aktif. Bulan ketika Twendy tepat setahun bersamaku. Kalau dibuat tematik, Desember itu bulan jalan-jalan dan keluarga. Ya, dan kerjaan (dan utang) mencetak foto dan menyalin CD jalan-jalan keluarga Metal belum dilunasi. Ugh. Oke. Di akhir pekan pertama Desember, kami (Udin, Uthy, Aku, Reza, Mbak Esti) mengunjungi Bandung, alias Parijs van Java, dalam rangka survei untuk jalan-jalan keluarga besar Jurusan Metalurgi. Oke. Ditodong, lebih tepatnya. Hasil survei dirahasiakan (supaya terkesan fropesional), tetapi ada dua foto ini yang bisa kubagikan dari Bandung.



Kemudian, dua pekan berikutnya, adik sepupuku Fauzan (tidak muncul di foto di bawah ini) dan klub sepakbola yang dibelanya berpartisipasi dalam turnamen Piala Garuda. Di sini terbuka kesempatan yang lama belum nampak. Aku punya mimpi, kalau boleh aku ceritakan, untuk duduk di tepi lapangan bola sepak di kejuaraan Piala Dunia, atau di pinggir sirkuit balap mobil Formula 1 atau MotoGP. Ah, masih jauh lah. Yang jelas, foto di bawah ini tim utama SSB GOR Ragunan yang bermain pada 19. Dez 2010 dan 26. Dez 2010. Foto-foto lain bisa dilihat di galeri flickr ini.



Dan terakhir sekali, wisata! Di tanggal merah akhir tahun aku ikut serta bepergian ke Sukabumi, dan kemudian ke Palabuhan Ratu. Lebih tepatnya ke daerah Karang Hawu. Saat di sana, cuaca cerah terik menjelang siang - meskipun akhirnya berganti segera dengan hujan deras di pertengahan hari.

Pantai Karang Hawu adalah pantai berkarang - yang sempurna untuk mengambil foto. Meskipun disayangkan juga karena kami baru tiba menjelang siang, saat mentari telah tinggi karena memutuskan sarapan terlebih dahulu. Ini foto-foto dari kawasan pantai di Palabuhan Ratu.




Yah, kira-kira itu perjalanan setahun kami bersama. Setahun yang penuh warna (dan hitam putih juga). Setahun yang menyenangkan, meskipun tidak begitu menyenangkan kalau "setengah dipaksa" menjadi seksi dokumentasi. Kalau sepenuh hati, apalah yang tidak menyenangkan, toh? :)

**

Dan setelah setahun sebulan lebih, akhirnya Twendy dan si mini 50/1.8 II, serta Siggy 'warisan' ayah mendapat teman baru. Siapa gerangan dia? Ah... Izinkan aku bernapas sebentar. Setelah ini. He he..


--
F I N
Written 'til 10. Feb 2011, 17.45 WIB (UTC +7), 18.45 (UTC +8).
My love to you, Twendy, will not subside -- I hope. Just like mine to, err.. Okay. That Fair Lady from afar. *blush*