Jumat, 31 Desember 2010

5 hal dari M. UI Jum'at ini

Jum'at ini, seperti biasa dua kaki ini melangkah cepat ke salah satu tempat paling teduh di kampus: Masjid Ukhuwah Islamiyyah (M. UI). Masjid yang dirancang terbuka di tiga sisinya ini memang tempat langgananku menunaikan Shalat Jum'at bila tengah di kampus. Lantai pualamnya dingin, dan udara Jum'at yang selalu cerah berangin membuat M. UI semakin nyaman saja.

Baiklah, langsung saja. Setelah tiba di dalam, khutbah belum dimulai. Beberapa pengumuman diberikan, dan adzan pun dikumandangkan. Sebagai Khatib adalah Pak M. Salman dari Teknik Komputer FTUI, dan isi khutbah beliau secara ringkas adalah tentang lima hal yang (mudah-mudahan tidak salah) perlu ditanamkan agar menjadi manusia yang lebih baik.

Baiklah, langsung saja. Lima hal tersebut adalah:
  • Muhasabah (menghitung diri) dan mengambil hikmah
  • Mengingat janji dan utang pada Allah
  • Mujahadah (bersungguh-sungguh) dalam setiap perbuatan untukNya
  • Merasa selalu diawasi oleh Allah, dan
  • Memecut diri untuk lebih baik dari hari kemarin.
Terus terang saja, pada awal khutbah aku terkantuk-kantuk karena suara beliau yang lembut (ditambah tiga hari ini terasa lelah berlebihan). Meski demikian, pada akhir khutbah pertama, aku terbangun dan bertahan seterusnya, alhamdulillah.

Jadi mari kita lihat, dari kelima poin tersebut, yang masih berat terasa ada di poin pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima. Hmm.. Semuanya kalau begitu.

Yang pertama, berhitung diri serta mengambil hikmah. Selama ini, aku tidak berhitung. Aku takut kalau yang aku perbuat kurang. Kalau terlalu banyak menyakiti hati orang, tapi tanpa terasa. *Ampuni aku, Allah...* Dan mengambil hikmah, sejauh ini belum berhasil. Boleh dibilang terjebak di masa lalu. Padahal, teman baikku berkata untuk mengambil hikmah dan melangkah. Mulai sekarang harus bisa mengambil hikmah dan terus melangkah. Tidak boleh membiarkan diri larut dalam masa lalu. Biar yang telah lalu jadi kenangan, dan letakkan di tempat yang sepantasnya: Masa lampau.

Yang kedua, tentang janji dan hutang pada Allah. Khatib mengingatkan bahwa kita banyak berjanji padaNya. Setiap saat, setiap waktu. Setiap shalat kita, setiap doa kita. Janji itu, kalau boleh disebutkan sedikit yang masyhur di antaranya adalah, "Bahwa sesunguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, sesembahan semesta. Penuhilah, jangan dilupakan.

Ketiga, tentang bersungguh-sungguh dalam perbuatan untukNya. Ini berat, tetapi dapat dilakukan. Harus dimulai, kalau tidak ingin terlambat. Ilustrasi dari Khatib adalah seperti perumpamaan bahwa setiap shalat itu yang terakhir, tiada yang tahu apakah waktu shalat berikut masih dapat kita temui Allah dalam keadaan bernyawa. Sungguh-sungguh.

Lalu empat, selalu merasa diawasi Allah. Untuk ini beliau mengisahkan kisah seorang gembala yang kambingnya ditawar Khalifah Umar. Ketika terus didesak, dan diyakinkan bahwa tidak ada yang tahu, anak gembala tersebut menjawab, "Lalu, di mana Allah? Allah senantiasa Melihat apa-apa yang dikerjakan manusia." (atau kira-kira demikian ucapannya). Ya, kira-kira seperti itulah semestinya. Ada (manusia) yang melihat ataupun tidak, semestinya kadar kebaikan seorang tidak berkurang, dan malah bertambah. Selalu diawasi Allah.

Dan terakhir, memecut diri untuk menjadi lebih baik. Bahwa hari ini belum menyentuh Qur'an sama sekali, atau shalat di akhir waktu, atau hal lainnya harus terus diperbaiki. Beri sanksi sendiri dan beri motivasi untuk terus menjadi lebih baik. Memecut diri.

Juga beliau tekankan bahwa ladang amal itu terbentang luas di muka bumi. Bahkan di jalan, sekadar memperlambat laju kendaraan untuk memberi jalan ke penyeberang, atau lain-lain hal sederhana dapat menjadi ladang amal. Mudah-mudahan kamu dan aku semakin didekatkan padaNya. Mudah-mudahan.


--
F I N
written on 31. Dez 2010, 20:20 WIB (UTC +7), 21:20 WITa (UTC +8)
Dear my very Owner, I humbly ask you to shine your light upon my path, so that the path I take leads to You only, Amin.

Tidak ada komentar: