Kamis, 16 Desember 2010

Traktiran patah hati

Ha ha.. Maaf judulnya provokatif. Tapi kira-kira begitulah. Petang ini, setelah kemarin mendapatkan hadiah hiburan dari rekreasi jurusan - dan tetap utuh isinya karena merangkap jadi seksi dokumentasi, aku diberi kesempatan mentraktir kawan karibku Alfian, Reza dan Odi di sebuah rumah makan di suatu mal tak berapa jauh dari Terminal Depok. Adapun, selain amplop itu masih utuh, juga ada sesuatu yang perlu aku luruskan di antara kami. Tidak jauh, masih tentang beliau yang itu.

Kebetulan juga kami berempat tadi berpuasa, seperti kebiasaan kami tiap Kamis dan Senin. Untuk Kamis ini, bertepatan dengan tanggal 10 bulan pertama Hijriyah yang diriwayatkan memiliki banyak keistimewaan. Yah, jadi ambillah ini traktiran buka puasa untuk kami berempat.

Setelah berputar-putar -- pusat perbelanjaan itu seperti labirin, kalau mengutip Reza -- akhirnya kami mendapati tempat makan yang konon murah dan mengenyangkan itu. Mencari tempat duduk, membiarkan Fian yang memilih tempat tak jauh dari kumpulan "stabilo" (istilahnya untuk perempuan berhijab yang warnanya mengingatkan pada pena warna itu), kemudian memesan dengan gegas. Tinggal kurang dari 15 menit sebelum waktu Maghrib tadi.

Syukurlah pelayanan di resto tersebut tergolong cepat. Tak 10 menit, empat gelas teh manis dingin telah tersaji, dan menyusul kemudian nasi dan menu pesanan kami. Tunggu punya tunggu, waktu Maghrib pun tiba, ditandai berkumandangnya adzan maya dari ponsel Fian. Mudah-mudahannya jamnya tidak salah. Haha.

Nah, di tengah lahapnya mereka makan, aku meminta waktu sebentar. Singkat cerita, mengalirlah cerita tentang beliau, dan bahwa beliau menyatakan bahwa untuk saat ini.... Belum saatnya

Aku beruntung mendapati mereka bertiga -- yang mungkin tidak mampir dan membaca tulisan ini -- sebagai sahabatku. Aku beruntung. Itu saja. Dan nama yang kemudian mereka 'rekomendasikan' untuk menggantikan beliau, aku sanggah. Sementara tidak dulu. Terus terang aku masih meletakkan harap. Kosong, memang, tapi peluang kejadian nol apabila kejadian belum terjadi tidaklah nol. Tapi ya, entahlah. Mudah-mudahan beliau bahagia. Itu saja.


--
F I N
written on 16. Dez 2010, 22.15 WIB (UTC +7), 23.15 WITa (UTC +8)
Really, miss. It crossed my mind that you deliberately didn't want to see me. But I take it as you were taking your lunch. Just that. I'm sorry.

Tidak ada komentar: