Sabtu, 13 September 2008

Trilogi BuBar Bagian Kedua: BUBAR Metal 2005!

Setelah Kamis (11. September) kemarin berbuka dengan keluarga nenekku yang kecil tapi besar itu, pada Jum'atnya (12. September) kami ber-66 orang (secara teoretis, tapi yang datang tak kurang dari 45 orang kuduga. Maaf tak sempat berhitung) berkumpul di rumahnya Himsky (yang juga menuliskannya dengan singkat, padat dan jelas di sini).

Jadi, cerita dimulai pada hari Selasa, 9. September kemarin dalam kelas Mekanika Perpatahan bersama Prof. Anne yang, hm....... (diisi sendiri deh, takut salah menyebutnya). Di situ, Himsky dan Ida (setidaknya) yang memulai pembahasan tentang acara ini. Ya, jadi acara kemarin itu bisa dibilang mendadak, dan semacamnya lah. Sayangnya rasa pesimis sempat muncul kala hari Rabu dan Kamis-nya. Masalah klasik sih: Banyak yang belum bayar.. Duh, mahasiswa, mahasiswa... (Padahal sama juga, aku juga nunda-nunda kok. Maaf ya, Kak Ida..).

Tapi ternyata eh ternyata, Jum'at sore, selepas kuliah (lagi-lagi) Prof. Anne, di tempat kami biasa berkerumun di bawah kanopi baru dan di gasebo itu, banyak juga yang berangkat. Belum semuanya sih, tapi setidaknya yang tidak ada kuliah selepas 'Ashar pun berangkatlah dengan bermobil beramai dan bermotor berdua-berdua. Di pasukan motor, aku kebagian mengangkut si Panji, ada Amin dan Aci, Alfian dan Dharma, Irwan dan Edu, Lulus dan Alid, banyak deh. Di barisan sopir (he he...) ada Himsky, Falahy, Riko, dan juga Agung alias Julung.

Kalau jalannya sih, tidak perlu diceritakan lah. Lagu lama dari Jakarta yang ada: MACET! Di Uni Pancasila, TB Simatupang, juga setelah berputar menuju rumah Himsky. Yang paling mengesalkan ya si berisik beroda tiga alias Bajaj. Sang pengemudi seolah tak sadar kalau ukuran kendaraannya tidak mencukupi untuk menyelip-nyelip di antara kemacetan. Huh!!

Ah, sudahlah yang jelas di rombongan motor yang berangkat dari kampus bersama selepas 'Ashar (sebab ada Abang Alfari yang dari rumah langsung), aku dan Panji jadi yang terbelakang, he he... Dasar Bajaj! Tapi.... sesampai di sana malah Himsky belum sampai, tidak mengambil jalan tol rupanya, jadilah dia dan penumpangnya datang setelah adzan Maghrib berkumandang. Ckckckck...

Baiklah, sekarang di inti acaranya, berbuka puasa bersama. Setelah semua yang hadir tiba dan berkumpul, kami shalat Maghrib terlebih dulu, untuk kemudian menuju halaman untuk icip-icip masakan dari Ibunya Hims. Wah, ada spaghetti.... Tapi sial, tak kebagian aku pada giliran pertama. Ternyata biar puasa, tenaga banyak di antara kami memang disimpan untuk makan! He he... Yah, jadilah meja di halaman itu medan tempur, di mana hampir semua anak (laki-laki) metal rusuh demi sepiring spaghetti untuk masing-masing.

Jadilah aku, juga Panji, Reza eMyU, kak Ida, dan kebanyakan anak perempuan Metal kebagian es buah saja.. Weleh.. Memang sih, kemudian Ibunya Hims memasakkan lagi pasta itu, dan aku juga masih kebagian sepiring (makasih banyak, Tante. Maaf kami semua rusuh. Sudah bawaan lahir, mungkin). Memang dasar kami-kami ini, tante meleng sedikit sudah langsung ludes beragam makanan-minuman itu.

Dan, setelah makanan 'kecil' --memang tidak kecil juga, sih-- tandas, kami pun makan berat di dalam, berkumpul dalam satu lingkaran besar di ruang tamu/ruang keluarga/ruang .... (maaf ya, Hims. Aku tak tahu ruang apa itu. :p). Sekotak nasi + ayam + sayur segar + sambal (yang ini tak kusentuh, he he...) habis dalam waktu yang berbeda-beda, ada juga yang membawanya pulang saja macam Edu, Uthy, dan banyak lagi deh. Yang cepat ada Mas Didi, sampai dikatakan padanya, "lho, nggak makan, Di?". Ah, anak-anak memang gila (baca: gila-gilaan. Kalau gila betul, alih-alih ke Depok, kami malah berangkat ke Grogol dong..). Yah, jadi kalau menurut filosofi Jawa, "Mangan ora mangan, sing penting ngumpul" (betul ya?). Nikmat memang, kami masih bisa berkumpul. Makan ataupun tidak, bersama-sama membuatnya jadi indah.

Selepas makan, ada usul dari Amin, Pak Ketua Angkatan 2005, kalau ada yang ingin dibicarakan yang masih mengganjal dalam 3 menjelang 4 tahun kami bersama, ungkapkanlah. Jadilah, waktu satu jam setengah itu kami bergantian, meskipun tak semuanya, mengungkapkan banyak hal. Ada Irul, "Kita yang berencana, Allah yang menentukan" terkait rencananya dulu pada semester 7 akan menikah. Amin sendiri, "Buat yang kuliah Daur Ulang Plastik, gw masih nyimpen duitnya kalau ada yang kurang", juga, "Kebiasaan jelek, misal nge'ceng'in (baca: mengolok-olok) orang, tinggalkanlah. Mungkin ada yang tidak bisa menerima tapi tak bisa diungkapkan".

Lalu ada banyak lagi, Agung dengan taklimat singkatnya, Panji dengan ucapan terima kasih atas penerimaan kami, Dian yang sampai tersedu-sedu terbawa emosi, Arya alias JaMet yang meminta maaf tentang barang-barang yang belum dikembalikan, sampai "si Mbah" 'Aliq yang mengingatkan supaya kami semua bukan sekedar bersama dan dekat antar sesama, tapi juga kepada dosen, dan semuanya, juga agar kami lebih peka pada masa depan bangsa --'makasih pengingatannya, Mbah. Aku sendiri? Hm.. Tak ada kata yang bisa terlontar selain ucapan maaf dan terima kasih, serta minta dukungan dan akan mendukung yang akan lulus, terbata-bata semuanya. Duh... Kenapa lidahku seolah bertulang, dan tak bisa mengungkap banyak hal karena terlalu berat ya... Uhh... Terima kasih kawan atas bantuannya, dan maaf kalau banyak hal yang tersembunyi dariku pada kalian.

Dan... Setiap pertemuan ada perpisahan. Setengah sembilan malam jam di dinding ruang itu, foto-foto bersama (aku tidak bawa kamera.. Berat dan belum ada film-nya), lalu kami pamit dan pulanglah. Aku membonceng Suryadi alias Odie sampai Tj. Barat, untuk dia menyambung dengan angkot ke Depok. Maaf Di, tidak bisa mengantar ke Depok. Hati-hati, semoga selamat selalu. Kami pulang paling awal, sepertinya. Maaf ya, kawan-kawan, aku sayang semuanya kok, dengan beberapa kekecualian (maksudnya, ada beberapa yang lebih kusayangi.. Maaf ya. :p).

Ahh... Momen-momen semacam ini. Kenangan yang tercatat dalam halaman-halaman hidupku yang sedang menuju tahun keduapuluh. Semoga pada halaman-halaman akhir hidupku, masih bisa kita berkumpul bersama, mengenang X tahun silam, di rumah Himsky, Mas Ii' (sayang tidak hadir kemarin...), juga Dini dulu dengan dibuka oleh kata-kata, "Eh, ingat nggak dulu di .........". Semoga kawanku, bukankah Bang Ikhsan alias Roy semalam mengatakan "Gue yakin, sepuluh (atau demikian yang kudengar) tahun yang akan datang, kita semua bakal sukses"?

Semoga, kawan.. Semoga...


F I N
written on 13. September 2008, 'til 11.41 WIB
....Harus.banyak.bicara.di.depan.audiens.lebih.luas.Riff....

Tidak ada komentar: