Selasa, 09 November 2010

Mata jendela hati (?)

Sepasang mata itu menatap mataku. Sedetik, dan terasa seperti, yah, sedetik. Sedetik itu otak tak bisa berpikir, dan detik berikutnya memerintahkan seluruh badanku berbalik dan sembunyi. Sembunyi di balik pintu, bersandar, jantung berdebar tiada aturan, nafas tersengal lebih dari melompati anak tangga tiga lantai. Tak bisa duduk aku, berdiri pun tidak.

Anak macam apa aku ini, bahkan anak perempuan pun ada yang bisa lebih dari itu.

Hanya kurang dari sepuluh langkah, dan pembicaraan kecil mestinya bisa mengawali satu cerita yang lain dalam lembaranmu. Meskipun juga bisa mengakhirinya sama sekali.

Kurang dari sepuluh langkah, di hadapan sekurangnya empat pasang mata yang lain, satu benang bisa terjalin. Sepuluh langkah yang berat, dan lebih mudah untuk kembali dan menyimpannya.

Langkah yang dapat jadi sesal seterusnya.

Maaf, aku tak sopan. Semestinya aku tak memandangmu. Semestinya aku tak mengetahui dirimu ada di hariku. Mestinya. Ah, mestinya.

--
F I N
written on 9. Nov 2010, 14:10 WIB (UTC +7) 15:10 WITa (UTC +8)

Dear, miss F. I wish my message is conveyed clearly through the air, between our eyes. :(

2 komentar:

fridha mengatakan...

is it F for my name? HAHAHAHAHA kidding..

fallin in love is always an old same feeling experienced by people.. it's killing but addictive! enjoy the way LOVE brings you.. ihiiiy :)

ArIf mengatakan...

Er, No. Isn't yours Mrs. G? Hahaha. Amin.. :D

It sure kills, and not having the ability to express it kills me even further. Or maybe I should say, mutilates me. Argh. >_<